"Baik. Untuk hari ini cukup sekian." Ucap Pak Park menutup perkuliahan hari ini.
"Jen, mau ke kantin bersama?" Ajak Jisoo kepada Jennie yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya.
Jennie kemudian menoleh tanpa menjawab pertanyaan dari Jisoo.
Jennie berpikir pasti laki-laki yang sering mengganggu pikirannya itu ada di sana. Jennie ingin sekali bertemu dengannya tapi juga tidak siap jika harus melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat seperti biasanya."Hey, kenapa malah melamun? Mau tidak?" Senggol Lisa yang entah sedari kapan datang bersama Chaeyong dan sekarang ikut berdiri di samping Jisoo yang masih menunggu jawabannya.
"Kau banyak berpikir karena takut bertemu dengannya?" Tebak Jisoo tiba-tiba yang sukses membuat mata Jennie melotot.
"Hah? Jadi kau masih menyukainya Jen? Ya ampun, kenapa kau menyukai laki-laki bajingan sepertinya." Kata Chaeyong secara blak-blakan membuat beberapa mahasiswa yang masih berada di kelas menoleh ke arah mereka.
"Ssstt. Kau ini! Bisa tidak jangan berkata seperti itu! Lagipula mereka dulu sama bajingannya kan. Hanya saja beberapa dari mereka sekarang sudah bertemu pawangnya. Siapa tahu Jennie kelak juga bisa membuat Hanbin berhenti menjadi bajingan." Lisa kemudian menceramahi Chaeyong dengan panjang lebar.
"Huhh. Tapi seperti yang kita tahu Hanbin itu paling susah berubahnya diantara mereka."
"Chaeyong kau perlu hati-hati dengan bicaramu itu!" Bentak Jisoo kemudian seperti biasa yang muak karena lagi-lagi Chaeyong terlalu blak-blakan dalam berbicara.
"Sudah-sudah. Baik aku akan ikut bersama kalian. Dan tolong berhenti berbicara tentangnya, ok?" Kata Jennie kemudian. Sebenarnya ia tidak berminat untuk pergi tapi ia harus melakukannya agar mencegah adu mulut teman-temannya ini.
"Nah kalo begitu ayo."
***
Mereka kemudian sampai di kantin. Jennie mengontrol rasa gugupnya karena dari kejauhan sudah melihat Hanbin dengan teman-temannya.
Ia harus berusaha senatural mungkin untuk menyembunyikan perasaan sialnya ini agar tidak membuat semuanya curiga.Sialnya lagi tempat duduk yang tersisa adalah di tengah Jisoo dan Hanbin. Jadi mau tidak mau ia harus duduk disitu.
Jennie menghela napas kasar. Seperti biasa, ketiga temannya tadi telah sibuk dengan kekasih mereka masing-masing. Sedangkan Jennie tetap dengan mengontrol perasaannya yang makin tak karuan karena duduk di samping laki-laki ini.
"Besok libur kan? Bagaimana jika nanti kalian ke rumahku saja? Sudah lama juga kita tidak bertemu di luar kampus." Ajak Jisoo
Hampir dari mereka semua setuju. Hanya Hanbin dan Jennie yang masih terdiam belum memberi jawaban.
Belum sempat menanyai mereka berdua, tiba-tiba saja seseorang sudah datang dan dengan santainya duduk di pangkuan Hanbin.
"Nanti malam kita jadi bertemu kan?" Bisik seorang wanita di telinga Hanbin dan sialnya Jennie yang berada di sampingnya mendengar itu. Dia kemudian meremas tasnya untuk melampiaskan kekesalan hatinya.
"Akan kukabari nanti." Jawab Hanbin dengan senyum tipis. Jennie secara reflek menoleh dengan sesak didadanya yang kian menjadi-jadi.
Menyadari jika Jennie memperhatikan mereka. Wanita di pangkuan melirik Jennie sebentar dan tersenyum licik. "Baik. Aku akan menunggumu." Katanya kemudian sekilas mencium bibir Hanbin.
Hanbin hanya menanggapinya dengan senyum yang sangat tipis dan membiarkan wanita dipangkuannya beranjak dan kemudian pergi.
Sementara Jennie kini menundukkan wajahnya dengan masih meremas tas yang ia bawa.
Inilah alasan mengapa ia tak langsung mengiyakan ajakan ketiga temannya tadi. Ia hanya tak ingin merasa sesak seperti ini jika melihat Hanbin bersama seorang wanita.Jennie tidak benar-benar tahu kapan dan bagaimana mulanya ia bisa jatuh cinta dengan pria disampingnya.
Cinta memang seperti itu kan?
Kita tidak bisa merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa.
Seperti Jennie yang merasakan semuanya berjalan begitu saja.
Berawal dari teman-temannya yang kebetulan kekasihnya adalah teman Hanbin.
Disitulah Jennie dan Hanbin bertemu.
Hanya perkenalan dan jabat tangan singkat yang Jennie ingat.
Tapi tidak tahu mengapa Jennie begitu terpikat dengan pria ini.Bahkan dengan berbagai pandangan buruk yang orang-orang katakan tentang Hanbin hanya seperti angin lalu bagi Jennie.
Dia lebih dari sekadar tahu bagaimana Hanbin memperlakukan wanita-wanita yang memujanya.
Tapi juga dengan bodoh Jennie tetap mengaguminya sebagai seorang pria yang paling layak dicintai di muka bumi ini.Tidak sanggup lagi dengan suasana disini. Jennie berniat untuk pergi sebelum Jisoo kemudian meraih tangannya dan berkata "Kau bagaimana Jen? Bisa ikut tidak?"
"Em, akan ku pertimbangkan nanti ya." Jawabnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Hey, Hanbin. Kau bagaimana? Ayolah apa hidupmu itu hanya tentang seks dan wanita?"
Sarkas kekasih Jisoo yaitu Bobby pada Hanbin."Jangan asal bicara kau. Merekalah yang membutuhkanku. Bisa kau lihat tadi kan? Bukan aku yang meminta tapi mereka yang menghampiriku." Jawab Hanbin dengan nada kesal.
"Oh, jadi Somi juga salah satu mainanmu? Berani sekali dia datang dengan tiba-tiba seperti tadi. Kupikir dia kekasihmu." Kata Jinhwan ikut menanggapi.
Hanbin kemudian menengguk minumannya, dan berkata "Aku tidak mengencani wanita-wanita murahan." Jawabnya dengan nada tak acuh.
"Menganggap murahan tapi kau juga menanggapi mereka." Kini Junhoe pun turut menanggapi.
"Ayolah. Siapa yang tak mau jika diberi umpan." Jawab Hanbin masih dengan nada yang kelewat santai dan rasa tidak bersalah.
"Oh ya, dan untuk nanti malam. Akan aku usahakan setelah urusanku selesai." Lanjutnya kemudian beranjak meninggalkan mereka.Jennie memandangi punggung Hanbin yang kian menjauh.
Ia menghela napasnya pelan hingga membuat Jisoo yang berada disampingnya mengelus tangannya dengan tersenyum seolah menguatkannya.Baik Jennie. Ayo jangan menyukainya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You - JENBIN
Fanfiction"Aku tidak peduli akan segala resiko atau kekacauan yang akan ada. Yang kutahu pasti, aku hanya ingin terjatuh dan terjatuh lagi ke dalam dirimu." - Kim Jennie "Aku sudah memperingatkanmu. Namun jika kau tetap memilih untuk masuk ke dalam diriku. Ke...