"Ambil kiri Jun, Indomaretnya udah deket." Jaemin kini sudah duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi, bergantian dengan Renjun. Mereka sudah sampai di kota tujuan dan sudah keluar dari pintu tol, omong-omong.
Setengah jam yang lalu, Mark mengirim live share location di grup WhatsApp agar mereka bertemu di sebuah mini market. Katanya, sekalian membeli kebutuhan untuk ia bawa besok. Jaemin yang duduk di depan bertugas menjadi penunjuk jalan. Dalam diam, Jaemin memperhatikan profile picture miliknya dan Mark yang semakin tak ada jarak.
Duh, pemuda itu tidak tahu mengapa sekarang tangannya berkeringat. Sejak tadi ia mengelap telapak tangan pada celana jeans-nya. Masa, sih, ia gugup akan bertemu Mark?
"Tidak Jaemin, jangan bersikap seperti itu! Yang harusnya gugup itu kan Mark, karena dia yang punya salah sama kamu! Kenapa jadi kamu yang repot begini?"
Sampai di lokasi, Renjun memarkir mobil di tepi jalan, lantas menurunkan kaca pintu di sisi Jaemin. Membuat pandangan sepasang mantan kekasih itu bertemu.
"Bang!"
***
Mark sejak tadi sudah selesai berbelanja. Ia sudah membeli beberapa camilan sebagai bekal perjalanan. Ia juga membeli kopi di cafe corner di dalam Indomaret. Tadinya ia akan duduk di bangku yang tersedia di serambi mini market itu, namun saat mengecek grup ternyata teman-temannya sudah hampir sampai.
Jadilah ia menunggu di parkiran, memperhatikan mobil yang lewat. Tak lama sebuah mobil berplat AB mendekat, itu mobil Chenle.
"Bang!"
Suara Renjun menyapa telinganya, namun wajah yang ia lihat pertama adalah milik seseorang yang sudah lama tak ia temui secara langsung. Pandangan mereka bertemu singkat ---sangat singkat, hanya satu detik--- sampai Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu Mark melihat Renjun dan membalas lambaian tangannya.
Tadinya ia hendak mendekat di samping pintu tempat dimana Jaemin duduk. Namun melihat wajah Jaemin yang tampak tidak ramah, maka ia memilih berdiri di samping pintu belakang ketika jendelanya juga terbuka dan menampilkan wajah Chenle.
"Heh bocah!" Ia mengacak rambut Chenle disambut tawa lumba-lumba sepupunya itu. Tak lupa ia menyapa Jeno dan Haechan.
By the way, tawa lumba-lumba itu bagaimana ya, bunyinya?
"Kalian ada yang mau dibeli nggak, sebelum kita ke rumah gue?"
"Mampir nggak?" tanya Chenle pada teman-temannya.
"Nggak, deh. Masih ada banyak kok jajannya," ujar Haechan.
Sebelum mengambil sepeda motornya, Mark bergeser ke depan untuk mengatakan pada Renjun supaya mobil mereka mengikutinya dari belakang. Ia menyempatkan diri untuk melirik Jaemin yang wajahnya menghadap padanya, namun netranya entah menatap bahu atau lengan jaket Mark, ia tidak tahu. Yang pasti bukan menatap matanya.
"Yaudah tak ambil motorku dulu. Entar ikutin ya Jun."
Mark membawa rombongan itu ke rumahnya yang tak jauh dari mini market, membukakan pintu gerbang supaya mobil bisa masuk.
Si Tuan Rumah menyalami satu persatu mereka yang keluar dari mobil, termasuk Jaemin. Namun saat tangan keduanya berjabat, bukannya menyapa Mark barang sedikit seperti 'hai', 'oi', atau semacamnya, Jaemin justru memanggil Renjun agar membukakan kunci pintu bagasi.
"Hai Jaem-"
"Jun itu kunci pintu bagasinya bukain sekalian, dong!"
Mark masih tersenyum walaupun Jaemin sudah melepas tangannya dan berpaling ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed Vacation
FanficJaemin dan teman-temannya merencanakan agenda liburan, namun tak disangka ada satu orang yang ingin bergabung. Bagaimana jika orang itu adalah mantan pacarnya? a Markmin local AU