Intro

10 2 2
                                    

4 bulan sebelumnya...

"Gue nggak masalah kalau dia ada yang baru-"

"BEGO LU"

"APA BANGET SIH LO?"

"Asal gue gak di ghosting gini. Belum kelar gue ngomongnya."

Yap, begitulah Raya. Bodoh masalah perasaan. Selalu saja susah buat melupakan seseorang yang bahkan belum sempat jadi siapa-siapa. Kenalin, Aylia Raya, panggil aja Raya. Raya lahir dan besar bersama Ibunya, dari kecil Raya tidak pernah tahu-menahu siapa dan dimana Ayahnya.

"Ay, lo gak mau cek kemajuan latihan anak-anak buat event dua minggu lagi?"

"Ck. Raya lo suruh cek. Status doang panitia acara, tanggung jawab nol besar."

Huft, itu dia dua manusia paling bertolak belakang yang ada dihidup Raya.

"Lo gak punya kaca, ya?" Kainara, panggil aja Nara, tim basket inti Putri di sekolah. Teman Raya dari ia masih belajar ngomong. Nara sudah bagaikan sayap dan selimut bagi Raya, melebihi Mamanya. Nara punya keluarga yang cukup harmonis, Raya suka sekali lama-lama di rumah Nara kalau waktu kosong. Perawakan Nara yang ceria dan hangat bikin banyak orang betah di dekatnya.

"Punya. Nempel di lemari. Lo mau bawain?" Gilang. Ketus tapi baik. Nara dan Gilang dulu satu kelas waktu SD, eh ketemu lagi pas SMA. Tapi, Raya paham alasan watak Gilang yang ketus dan kadang suka gak mikirin perasaan orang lain. Gilang kurang suka sama hal-hal berbau olahraga dia satu organisasi sama Raya, OSIS. Sebenarnya, Gilang juga dimasukkan ke Ekskul Futsal sama guru Olahraga mereka. Tapi Gilang gak pernah ikut Latihan atau bahkan masuk ke lapangan futsal sekalipun.

"Iya-iya, bentar gue ke lapangan. Lo ikut gue, Lang. Gue gak mau sampai Kak Zave marahin gue doang karna gak stay di sana buat awasin anak-anak yang latihan." Begitulah cara Raya untuk membujuk Gilang.

"Ogah." Dan begitulah respon Gilang.

"Hahahaha, mana bisa Kak Zave marahin Gilang, dia aja suka sama Gilang setengah mampus. Ketos aneh. Sukanya kok sama Gilang," Sindir Nara. Waktu terus berjalan, tapi mereka bertiga tidak kunjung bergerak.

"Ya udah, deh, kalo gue diapa-apain salah lo, ya." Tunjuk Raya ke arah Gilang sambil melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Mending lo susul deh, firasat gue Raya bakal diapa-apain sama pacar lo." Bisik Nara.

"Lo gue pukul, ya, bilangin ketos itu pacar gue lagi." Kesal Gilang. Setelah itupun Gilang langsung mengikuti Raya dengan langkah malasnya. Diikuti Nara setelah ia mengambil handuk kecil dan botol minum miliknya di tas.

Raya berjalan menyusuri koridor kelas 11, di mana banyak sekali murid-murid yang duduk di depan kelas. Oh ya, dua minggu lagi sekolah Raya mengadakan event gabungan dengan sekolah-sekolah lain. Dan yang paling utama adalah Futsal dan Basketnya. Raya dapet tugas dari organisasi jadi panitia di event ini untuk mengawasi perkembangan latihan dari Ekskul Futsal. Raya bukan tipe orang yang malas-malasan, tapi jika menurut Raya cukup untuk diawasi, Raya akan berhenti dan mengisi waktu.

BRUK!

"Aw.." Raya menabrak seorang perempuan dengan rambut dikuncir kuda dilengkapi pita kecil berwarna kuning yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Eh, sorry. Gue kurang fokus." Jawab perempuan itu dan langsung melanjutkan langkahnya.

"Huh? Kaya gak asing sama suaranya." Gumam Raya.

Sambil berjalan lagi, Raya memikirkan dan mencoba mengingat suara perempuan tadi. Tapi nihil, Raya tidak bisa memaksa otaknya untuk terus mengingat suara perempuan taid. "Ray!" Teriakan itu memecahkan lamunan Raya. Raya sedikit tercengang, namun ia tetap tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KaRayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang