TOSA 2 - Menyebalkan

2 5 0
                                    

Kamu manis. Bahkan gula tujuh ton belum semanis kamu.
(Arjuna Ade Danarta)

-----

Aruni memeluk guling erat-erat saat Mama Dian mengomelinya habis-habisan. Biar bagaimanapun, dirinya juga bersalah dalam hal ini. Melanggar tata tertib sekolah hingga berakhir masuk rumah sakit karena asmanya yang kambuh.

Saat ini Aruni tengah berbaring menyamping di atas ranjang sambil memeluk guling seerat mungkin. Sementara di sebelah ranjang, Mama Dian tengah mengemasi pakaian yang kemarin dibawa menginap di rumah sakit. Tentu saja mulutnya tidak tinggal diam. Meskipun ia sudah mengomel ketika di rumah sakit, tetap saja Mama Dian mengulanginya lagi di rumah.

“Lagian kamu kalau ke kamar mandi ngajak temen, dong. Buat jaga-jaga kalau asmanya kambuh, dia bisa nolongin kamu. Kalau aja kemarin nggak ada yang di hukum bersihin kamar mandi, mungkin nggak ada yang tau kamu pingsan di sana.”

Tunggu! Apa? Kamar mandi?

“Kamar mandi, Mam?” Aruni bertanya.

“Iya. Kamu ditemuin di kamar mandi sama anak-anak cowok yang lagi dihukum. Mereka langsung bawa kamu ke UKS. Untung aja mereka nggak macem-macemin kamu” kata Mama Dian menjelaskan.

Aruni bangkit dari tidurannya. Dia duduk dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana bisa ia ditemukan di kamar mandi? Seingatnya, terakhir kali sebelum kehilangan kesadaran ia tengah berada di warung Simbah Muji bersama ... emm, apakah Arjuna membawanya kembali ke sekolah dan memanipulasi kenyataan?

“Yang nemuin aku namanya siapa, Mam?” tanya Aruni cepat.

Mama Dian mengernyitkan keningnya seperti sedang mengingat-ingat. Setelah itu ia berkata, “Kalau nggak salah namanya Ar—“

Aruni menyela cepat. “Arjuna?” tanya Aruni panik.

Balasan Mama Dian membuat Aruni memucat. Gadis itu menepuk keningnya, lalu menunduk malu. Bagaimana Arjuna membawanya kembali ke sekolah?

Diseret? Ah itu kejam. Jika benar begitu, mungkin tubuhnya sudah lecet-lecet. Sedangkan, di tubuhnya tidak ada goresan luka selain bekas goresan ranting pohon.

Digendong? Itu cukup masuk akal. Tapi, masuk lewat mana? Jika lewat gerbang depan, mereka pasti sudah ketahuan guru dan Arjuna tidak akan bisa memanipulasi cerita yang sesungguhnya. Lalu, lewat mana?
Memanjat pohon? Aruni tahu badannya kecil, sementara Arjuna menjulang seperti raksasa. Tapi, bagaimana bisa laki-laki itu memanjat pohon dengan keberadaan Aruni di dalam gendongannya.

“Ar ..., kamu kenapa?” tanya Mama Dian menyadari diamnya Aruni.

“Nggak apa-apa, Mam. Aku pengen pergi ke sekolah. Kapan aku boleh berangkat?” tanya Aruni mengalihkan pikirannya sendiri.

“Kalau hari ini kamu baik-baik aja. Besok Mama izinkan berangkat ke sekolah,” jawab Mama Dian.

Ok. Yang harus dilakukan Aruni hanya bersikap seperti biasa seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi. Dalam hati ia berdoa, semoga saja Yuita beserta mulut embernya bersedia bekerja sama dengan Aruni. Semoga saja gadis itu tidak menanyakan banyak hal tentang kejadian dua hari yang lalu.

“Kamu mau makan apa, Ar? Biar Mama buatin.”

Aruni menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Nanti biar aku buat sendiri, Mam,” katanya.

“Mama mau ke toko, loh. Habis dari toko mau langsung ke butik, ada pesanan gaun pengantin di sana. Mama panggilkan Tante Mia, ya?”
Aruni mengangguk. “Terserah Mama,” katanya.

Sepeninggal Mama Dian, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan Aruni selain menonton televisi atau menggulir layar ponsel. Membosankan, bukan? Jika saja Aruni boleh berangkat ke sekolah, ia pasti tengah tertawa bersama Yuita karena membicarakan sesuatu hal yang lucu. Entah itu video, tingkah manusia, dan lain sebagainya.

The Other Side of Ar (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang