Prolog

116 19 6
                                    

[Fullname] berdiri menyandar pada mobil hitam di belakangnya. Sesekali manik [eye color] itu akan mengecek arloji yang melingkari pergelangan tangan kiri. Sudah 30 menit 45 detik, orang yang ditunggunya tak kunjung pula menunjukkan batang hidung.

"Aku tidak tahu jika rumor tentangnya yang suka terlambat itu benar," [Name] bergumam. Lalu mengembuskan napas pendek seraya mendongak menatap awan.

... awan mendung.

"Sepertinya akan hujan." gumamnya lagi, tepat setelah itu, [Name] mendengar langkah kaki yang akrab menghampirinya.

Telinga [Name] memang tajam, apalagi jika menyangkut orang kesayangan.

Dan orang kesayangan itu akhirnya muncul dengan senyuman lebar tanpa dosa.

"Maaf menunggu sebentar---loh, kok jadi [Name]-chan? Ijichi kemana?"

Ah. Dia ingat namaku ternyata.

Sungguh suatu yang terduga bagi seorang protagonis untuk mengingat nama salah satu pejalan kaki di hidupnya.

Gadis berusia 21 tahun yang telah berdiri dengan postur kembali tegak itu tersenyum. "Hanya setengah jam, tidak masalah Gojou-san. Dan untuk Ijichi-san, dia sedang mengantarkan murid-murid anda pergi misi."

Jika saja Gojou Satoru peka, dia akan bisa mendengarkan nada sindiran terbalut keluhan yang terselip pada kalimat basa basi formal itu.

Tapi sayangnya ...

"Ah, begitu ya ..." Gojou mengangguk sekilas, "ya sudah, ayo pergi!"

Senyum sang gadis tak berubah sedikitpun. Mengangguk setuju, [Name] dengan sopan membuka pintu mobil bagian belakang untuk Gojou. "Silahkan."

Bukannya cepat masuk, Gojou malah menghela napas. Tampak merana sekali. Seolah baru saja kehilangan sesuatu yang lebih berat dari satuan ukuran berat ton. "Kenapa [Name] gentlegirl sekali sih? Tidak dibukakan pintu mobil juga tak apa lho, aku bisa membukanya sendiri." Gojou mengeluh.

Ditatap sedemikian rupa meski terhalang oleh secarik kain hitam, jantung sang gadis masih bereaksi tidak normal, tapi di luar, ekspresi [Name] tak berubah sama sekali. Dia terkekeh. "Hanya melakukan tugas. Sudah sewajibnya saya bersikap sopan pada Jujutsushi terkuat."

Gojou menghela napas selagi masuk ke mobil. "[Name]-chan, kenapa kau jadi formal sekali kepadaku? Bersikaplah seperti biasa."

Seperti biasa? Tidak mungkin. Jika [Name] sampai melepaskan etos kerjanya, entah apa yang akan terjadi.

Yang pasti,

suatu bencana.

Jadi, untuk perkataan Gojou Satoru, [Name] hanya melemparkan senyum formal sebelum menutup pintu mobil.

Tak lama kemudian, mesin mobil menyala, dan benda hitam itu pun meluncur pergi meninggalkan halaman rumah besar Gojou Satoru untuk membelah keramaian jalan Tokyo.

Protagonis | G. Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang