I. Awal

89 17 0
                                    

...

          Hujan datang mengguyur dengan sangat deras. Gelegar guntur dan kilatan petir terdengar memekakkan telinga.

Tapi bagi sang gadis, hanya debaran jantung menggila miliknya yang terdengar.

Napas terengah-engah berpadu dengan langkah kaki yang berlari cepat. Gadis itu basah kuyup, baik karena hujan ataupun keringat dingin. Kakinya nyaris mati rasa karena dingin dan rasa sakit.

Tapi, gadis itu tak menyerah.

Bahkan jikalau hatinya tahu bahwa lari itu sungguh gerakan yang percuma. Tapi bagaimana pun, keinginannya untuk hidup menjadi api penopang semangatnya, yang perlahan digerogoti oleh rasa putus asa.

Gadis itu adalah [Fullname] yang berusia sembilan belas tahun.

Berlari menerjang hujan badai untuk membelah lebatnya hutan, guna menghindari kejaran makhluk tak dikenal.

Asobo yo ... asobo ... khukhukhu.”

Tawa cekikikan terdengar di belakangnya.

Jantung [Name] menegang. Rasa panik dan cemas seketika menyerangnya.

“Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin!” dia menjerit, rasa takut yang teramat besar bak memicu energi tersembunyi dalam dirinya, membuat laju larinya menjadi semakin cepat.

Namun ...

percuma.

Makhluk mengerikan itu bisa menyusulnya dalam sekejap.

[Name] putus asa, fokus yang terbagi itu akhirnya menjadi malapetaka untuk dirinya sendiri.

Kaki [Name] tersandung akar pohon, tubuhnya seketika limbung ke depan, dan dengan sangat keras berguling-guling menerjang semak belukar.

Tapi entah mengapa.

[Name] anehnya merasa tenang. Dalam benak berpikir, dengan dirinya yang berguling-guling seperti ini, apakah akhirnya makhluk itu tertinggal?

Sebelum pikirannya melayang lebih jauh, tubuhnya lebih dulu menghantam sesuatu yang membuatnya terpental.

DUAK!

[Name] menghantam akar pohon besar yang mencuat, seketika, tubuhnya melenting ke udara, sebelum mendarat kembali dengan benturan keras di batang pohon.

Pening menyerang, [Name] hanya bisa melihat warna merah di sekelilingnya. Tubuhnya terasa remuk redam, bibir pucat yang memutahkan seteguk darah akibat benturan itu menggerang penuh kesakitan.

Jadi ... apakah ini akhirnya? Apakah sang penguasa akhirnya memutuskan untuk mengambil nyawanya juga? Menyelesaikan kisah hidup sialan ini saat ini juga?

Tapi, biarlah. Ibu dan adiknya juga telah tiada karena makhluk itu. Lagipula, jika dia hidup, itu juga percuma.

Karena [Name] tak lagi memiliki siapa-siapa.

Pemikiran seperti itu membuat emosi paniknya menjadi tenang. Perlahan, [Name] menutup mata. Napasnya berat, setiap tarikan napas jantungnya seakan dihujam oleh sebuah palu golam.

Protagonis | G. Satoru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang