04

1 1 0
                                    

I'm sorry for typo

"Wulan laporan kemarin tolong kasih ke kak Seno ya mau dia rekap katanya." Kata teman sebelah ku namanya Ayudya.

"Ok kak Seno dimana emang?"

"Ada di ruangan biasa lagi ngecek-ngecek."

Aku mengangguk dan bangkit dari kursi sambil membawa beberapa berkas yang dibutuhkan. Namun saat aku menuju lift untuk keruangan Kak Seno aku melihat pak Winandra berlari cepat.

"WULAN!"

Aku menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan dia berlari kehadapan ku dan menarik tanganku. Aku terkejut dan refleks melepaskan genggamannya.

"Maaf pak tapi saya harus-"

"Resa kritis."

Ucapan lirih itu seakan sebuah pedang tak kasat mata yang menghunus dadaku. Baru saja semalam aku berdoa agar Tuhan mau mengabulkan doaku.

"Resa kritis Wulan dia butuh kamu di sampingnya." Dan saat ini, seluruh karyawan kantor melihat bagaimana atasan mereka menangis dengan isakan kecil.

"Gak mungkin..." Gumam ku lirih. Kakiku langsung lemas aku berjongkok dan menjambak rambutku sendiri.

"Wulan lo gak papa?" Pertanyaan Ayudya tak ku jawab.

Aku langsung menangis dengan kencang. "Gak mungkin, KAKAK PASTI BOHONG RESA CUMA TIDUR DIA NGGAK KRITIS!" aku refleks berteriak kepada Winandra.

"Wulan, kalau ini memang bohong nggak mungkin kakak nemuin kamu. Ke rumah sakit ya?"

Aku langsung berlari meninggalkan Winandra tujuan ku hanya menemui Resa sayangku. Resa kamu hanya tidur karena pengaruh obat kan? Bukan kritis tolong jawab aku Resa.

Winandra menggandeng tanganku dan menuntunku berjalan ke mobilnya. Setelah masuk mobil kamu langsung tancap gas ke rumah sakit. Winandra mengemudi dengan kecepatan yang tinggi aku berdoa semoga kami selamat sampai tujuan.

Dipikiran ku cuma satu, apa nanti saat aku sampai disana dia akan menyambutku seperti biasanya?
"Wulan kamu ingetkan yang kakak bilang kemarin? Kalo ini yang terakhir tolong ikhlasin Resa." Kata Winandra.

Aku menggeleng keras. "Tolong kak jangan ngomong gitu aku menolak keras untuk ini!"

"Kamu jangan egois Wulan."

"Hikss aku emang egois karena aku cinta Resa kak tolong jangan paksa aku ikhlasin dia." Kata ku lirih.

Lalu Winandra tak menimpali kembali ucapan ku kami terdiam sampai di parkiran rumah sakit. Tanpa menunggunya aku segera turun dan berlari masuk.

Karena aku tak berpikir jernih, aku malah melewati tangga darurat sedangkan ruang rawat Resa berada di lantai 5 ya cinta terkadang membuat mu begitu bodoh.

Rasa letih menaiki tangga tidak kurasakan, karena mendengar kabar buruk tentang Resa sudah membuat ku sakit sesakitnya.























Gata[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang