03

1 1 0
                                    

I'm sorry for typo


Aku baru saja pulang dari kantor hari ini aku tidak ke rumah sakit karena disana ada mama Resa yang menjaganya jadi aku akan menjenguknya esok hari. Setelah sampai aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

20 menit kemudian aku selesai mandi dan berniat kebawah untuk makan malam bersama keluarga ku. "Lan sini makan Bunda masakin cumi mercon favorit kamu." Ucap ibuku sambil memberikan sepiring nasi dan cumi sebagai lauknya.

"Makasih bunda muachhh" Ibuku hanya mendengus geli.

"Kamu udah mandi emang Lan?" Tanya ayah yang sedang menyesap kopi hitam tanpa gula favoritnya.

Aku mendengus, "udahlah ayah nggak liat rambut Wulan masih basah ini?"

"Takutnya aja kamu cuma basahin rambut taunya nggak mandi."

"Apasih ayah nih jayus banget deh."

"Udah dimakan itu." Kata Ibuku melerai, aku meledek ayah dengan menjulurkan lidah.

Lalu kami makan malam dengan khidmat seperti biasa. Aku punya satu kakak perempuan, dia sedang ada dinas ke luar kota 5 hari jadi rumah hanya di isi kamu bertiga. Setelah 20 menit berlalu akhirnya kami semua selesai makan malam.

Ayah mengajak aku dan ibu untuk menonton film sambil mengobrol santai. Ini adalah salah satu kegiatan yang selalu kami lakukan sejak aku dan kakak ku kecil.

"Di kantor gimana Lan lancar nggak?" Tanya ayah sambil mengunyah kacang rebus favoritnya.

Aku mengangguk. "Ya kayak biasa aja Yah bos nya juga baik."

"Dia ... Kakaknya Resa?" Tanya Ibu. Lagi aku mengangguk.

"Gimana keadaan Resa apa dia masih kemoterapi?" Kata Ayah.

Aku terdiam. "Dua bulan terakhir ini Resa nolak buat di kemo dia bilang badannya udah nggak kuat buat nahan efek samping jadi dia cuma mau minum obat aja."

Ibu mengusap pundak ku. "Ibu bangga sama kamu Wulan kamu bersungguh-sungguh dalam mencintai Resa ibu harap kalau suatu hari Resa sudah memutuskan menyerah tolong kamu ikhlaskan ya?"

Lagi dan lagi mengapa orang-orang tetap teguh menyuruh ku untuk mengikhlaskan kepergian Resa kalau itu terjadi. Apakah mereka tidak mengerti perasaan ku aku belum siap dan mungkin tak akan siap Karen aku begitu mencintainya sangat mencintai.

Aku hanya tersenyum getih, Ibu dan Ayah pun melanjutkan menonton film sedangkan aku memilih untuk masuk ke kamar dengan alasan mengantuk.

Aku mengunci pintu kamar dan langsung meluruhkan tubuhku ke lantai disertai bulir bening yang ku tahan sejak tadi. Aku menangis pelan, Tuhan aku ingin egois sekarang jangan rebut cintaku apa bisa?


















Sorry kalau kurang ngefeel tapi gue akan usaha untuk kasih yang terbaik di cerita ini. Kalau memang ngga suka bisa langsung tinggalin ok? Terimakasih.

Gata[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang