A Peek Inside

5.8K 187 34
                                    

ZheVloet Era: 2.0

Growing up in a criminal family, my father has always taught me how to seduce and respect men at a young age. As I grew up, it has become part of my identity and life's purpose. Sex and being an obedient woman has circled my entire life.

He said to seduces men to make them fall over heels for me.

He said to have sex with men to show my worth.

He said to put a big smile to convince my ripeness to men.

He said to expresses myself with the sole purpose of the male gaze to make men wants me

He said to explore so I did not expired like a rotten fish for men.

He said do not love men as it will only bring me pain and suffering.

My father has taught me to always get what I want for his sake and never mine. The day my eyes meet him was the day I had ambition to get what I want.

And at the age of 22, I didn't ask to fall in love and to be obsessed with him. I didn't ask to be feel disgusted when all I want is to be loved by him. I didn't ask to be hated after the dirty deeds he taught me when it leaves me with pain and suffering of my lovers hating me for it.

•••

Gabriel ingat ketika Luna datang sempoyongan pukul sebelas malam ke rumahnya. Keadaannya kacau dengan rambut kusut, gaun tipis pendek miliknya dengan kerah rendahnya bahkan sedikit kotor mengukir indah lekukan tubuhnya, belum lagi lutut dan tangannya kotor seperti ia baru saja berbaring di tanah. Gadis itu tidak mengenakan alas kaki tinggi dan menggengamnya di tangan. Belum lagi wajah Luna yang dihiasi riasan memudar dengan bagian pipi kehitaman bekas riasan matanya, bola mata dan hidungnya juga merah bekas tangisannya tapi kecantikannya tidak pernah pudar.

Itu lima menit yang lalu, sekarang gadis itu tengah berlutut di karpet rumahnya, tangan kanannya menyentuh paha pria itu dengan tangan kiri ia sampirkan di pahanya sendiri.

"Jangan tolak aku." Kata kedua Luna setelah kediaman lama mereka, gadis itu meminta Gabriel untuk duduk di sofa dan dia inisiatif duduk berlutut dihadapannya. Sedari tadi mereka hanya saling tatap cukup lama.

Luna mendekat dan membaringkan kepalanya di paha kiri Gabriel, sesekali mengelus pipinya disana bagaikan anak kucing ke manusia.  "Please, let me do this, once." Ucapnya dengan air mengalir di wajahnya. Suaranya terlalu pahit dan terdengar putus asa untuk permintaan gilanya tadi. Ia mendongakkan kepala dan berkedip pelan—bahkan dalam keadaan seperti ini, ia bisa menggoda Gabriel agar dirinya goyah.

"I need to do this, Gabriel." Luna hampir berteriak mencari persetujuan Gabriel. Tentu saja, Gabriel hanya diam dan isi kepalanya kosong melihat Luna dengan keadaan vulnerable dan sedang berlutut. Pemikirin liarnya sudah kemana-mana disajikan perempuan liar seperti Luna berlutut dan tengah mengelus pahanya.

Tangannya menyelusup menahan tangan Luna yang mulai bergerak mendekat ke resleting celananya. Tidak ingin—belum mau—gadis itu untuk melakukannya dalam keadaan menyedihkan dan lemah seperti ini—tidak untuk selamanya. Entah apa yang terjadi, Luna si pemberani hilang dan dia terlihat tidak berdaya dihadapannya dengan permohonan tidak masuk akalnya.

Gigi Luna bergemelutup menyaksikan penolakan Gabriel namun api yang berkobar di bola mata Gabriel sangat mudah Luna baca—pria itu cukup horny dan Luna senang mendapati reaksi itu. Walaupun Luna tidak memiliki niat menangis, butiran kristal itu tetap mengalir hingga membasahi celana santai pria itu, ia benci penolakan kentara Gabriel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeductressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang