(e/c) is eyes colour
Warn: typos in everywhere"LA DE ROUGH"
Ddu-du-du... sedang menanti chapter terbaru dari Vanitas. Anw, ayo yang belum vote segera vote ya. Yang mau spam komen, spam aja, ayo kita gelud bareng. Aku up chapter selanjutnya dari cerita ini setelah up 70 votes. Semangat!!
•
•
•"Rumornya ada sebuah vampir yang megamuk di tengah kota." Salah satu wanita bersurai cokelat berkata pelan pada rekan di sampingnya.
"Apa mereka benar-benar bangkit dan balas dendam pada kita?" Salah seorang lagi melontarkan omong kosong sembari memeluk dirinya sendiri. Merasakan kengerian yang kian menggerogoti tubuh.
Namun, seorang pria berwajak sangar dengan surai legam melambaikan tangan lalu bergeleng. "Vampir hanyalah legenda."
"T-tapi, kakek buyutku pernah bercerita jika beliau melihatnya secara langsung." Rupanya pembicaraan tentang makhluk penghisap darah menjadi topik hangat di dalam pesawat udara yang membawa mereka ke kota Paris.
Banyak orang yang berlalu-lalang di dalam pesawat. Beberapa di antaranya berhenti kala melihat poster berita tentang vampir. Mereka bergumul layaknya semut yang tengah mengambil inti sari dari manisnya gula. Beberapa dari mereka tertawa geli bahkan berekspresi takut. Tidak dengan seorang pria bersurai putih dengan trench coat berwarna putih. Obsidian sang pria memandang kanan dan kiri. Ia seperti linlung karena baru pertama kali memijakkan kedua kaki di dalam pesawat udara. Seekor kucing putih dengan dua bola mata yang bersilah sisi warna bergelut lembut samping kaki sang pria.
Noe Archiviste. Anak itu telah tumbuh menjadi pria tampan dengan tampilan maskulin. Tubuh tingginya membuat orang sekitar menjadi terpana bahkan tak segan meliriknya langsung. Beberapa tahun telah berlalu semenjak kejadian yang selalu ingin ia lupakan. Noe berniat untuk mencari kitab Vanitas. Namun, setiap vampir yang ia jumpai serta tanyakan hanya menggeleng pertanda bisu bahwa mereka sama sekali tidak tahu akan legenda mematikan tersebut.
"Dingin."
Telinga Noe menangkap vibra dari seorang perempuan. Ia mengerut karena tidak menemukan asal sumber suara karena banyaknya orang. Pria itu melangkahkan tungkai jenjang. Bibirnya tertarik datar dan melihat para manusia secara bergantian. Saat Noe ingin kembali, netra ungunya menangkap perempuan berpakaian merah muda serta memakai syal cokelat hampir pingsan. Noe berlari dengan tergesa agar dapat menangkap tubuh perempuan itu. Cekatan, sang pria membawa perempuan dalam dekapannya ke food court yang disediakan oleh kapal tersebut.
Noe kembali dengan secangkir teh. Kedua obsidian pualam itu menatap kaki sang gadis yang gemetar. Ia mendekatkan diri. Pria itu hanya berniat untuk menanyai kondisi gadis di hadapannya ini. Namun, jarak yang terlalu dekat membuat rona merah di pipi cantik itu melebar hingga wajah. Kucing putih itu meloncat ke pangkuan gadis bersurai brunette. Insting kuat dari hewan berbulu selalu peka terhadap hal yang membuat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
La de Rough; Vanitas no Carte
Fanfiction(Name) de Aspero, adik kandung Vanitas pertama yang selamat dari insiden eksekusi. Gadis vampire dengan surai perak layaknya alumunium. Memajukan tekad untuk membalaskan dendam kepada vampire bulan merah yang membawa kutukan dari balik punggung. Me...