DUA

13 4 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi semua murid berhamburan keluar, ada yang menunggu di halte, ada juga yang sudah di jemput oleh sopir pribadinya. Athala dan ke dua sahabatnya menuju parkiran untuk mengambil montor kecuali Fio dan Alya mereka di antar jemput oleh supirnya. Sekali-kali mereka pakek montor kalau di izinin sama ortunya.

"Eh Fio ntar pas mau ke mall kumpul di rumahnya Athala dulu oke."

"Oke deh, yaudah gue duluan udah di jemput supir gue, bye-byee." Pamit Fio kepada sahabatnya.

"Lo pulang bareng siapa Al?" Tanya Athala.

"Nungguin supir gue La."

"Mau gue temenin gak?" Tawar Athala.

"Engga usah, Lo pulang dulu aja bentar lagi juga datang kok supir gue." Jawab Alya.

"Oh yaudah gue duluan ya." Ujar Athala sambil memasang helem nya.

"Oke hati-hati La."

Athala yang mendengar hanya mengacungkan jempolnya.

Athala menikmati perjalanan pulang sore ini, agak sedikit macet karena banyak orang kantoran pada pulang di jam-jam seperti ini.

Athala memasuki kompleks perumahannya ia memarkirkan montor Scoopy di garasi nya, setelah itu ia melihat Bundanya sedang menyiram tanaman di depan rumah.

"Assalamualaikum Bunda." Salam Athala sambil menjabat tangan sang Bunda.

"Waalaikumsalam, eh anak Bunda udah pulang, ganti baju gih terus makan udah Bunda siapin di meja makan." Ucap Bundanya sambil menyirami tanaman janda bolongnya.

"Oke Bun Athala ke atas dulu." Ujarnya sambil masuk ke rumah.

Ditengah perjalanan menuju lantai dua tepatnya di kamar Athala, ia meliha Abang satu-satunya sedang berjalan sambil main ponsel menuju sofa yang ada di depan tv.

"Emm kerjain ah keknya seru." Ujar Athala dalam hati.

Satu

Dua

Tiga

Dan "Dorrr jangan kagettt."

"Astagfirullah Allahuakbar, Athala kaget bangkee." Ujar Satria sambil memegang dada nya karena terkejut.

SATRIA NERO ARDIAZ kakak satu-satunya Athala, ia sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas yang ada di Jakarta.

"Bwahahaha, muka lo bang kocak banget pas kaget." Tawa Athala sambil memegangi perutnya, biasa kalau orang kebanyakan ketawa pasti perutnya sakit.

"Awas ye lo La, gue bales ntar." Kata Satria sambil ancang-ancang mau  mengejar Athala ke lantai atas tepatnya kamar Athala. Athala yang melihat itu ia pun lari terbirit-birit terlebih dahulu.

"Kabur." Ucap Athala, ia sambil berlari menuju kamarnya. "Bunda tolong Bang Sat ngejar Athala, aaaa bunda tolong." Teriak Athala di sela-sela larinya.

Bunda yang baru saja selesai menyirami tanamannya melihat ke dua anaknya hanya geleng-geleng kepala. "Kalau gak ada salah satu nyariin, sedangkan kalau ada semua malah berantem." Ujar Bunda sambil melihat anak-anaknya.

Sesampainya di depan pintu bernuansa abu-abu bertuliskan ATHALA, ia pun segera masuk dan mengunci pintu itu.

"Huh huh huh huh, untung Bang Sat kagak bisa ngejar Athala." Ujar Athala sambil menetralkan nafasnya.

"Woyy Athala keluar Lo, gue belum balas dendam ye awas aja ntar." Teriak Satria dari depan pintu.

"Gak mau wlee, sana-sana jangan di depan pintu kamar gue terus, mau ngemis."

ATHALA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang