1

7 1 0
                                    

Aleska menghela napasnya lelah. Sore ini ia telah menyelesaikan semua persiapannya untuk pergi ke sekolah barunya besok. Aleska mengecek ponselnya dan melihat beberapa pesan grup dari teman-temannya di Solo.

KAUM GABUT

Anita

demi apa sih lo pindah di tangerang kaga kabar2, les.

Syakila

sumpah ya lo jahad bgt

Feby

nyebelin emang tu anak setan @aleska.latisha

maapin gue ya guys, gaada pilihan lain

Aleska mencoba menerawang akan berapa tahun ia di sini. Ia merebahkan dirinya dan memutuskan untuk mematikan ponselnya. Ia sedang ingin beristirahat dan bermain dengan pikirannya saat ini. Aleska mencoba menebak-nebak bagaimana kisahnya di kota ini nantinya? Akankah ia bahagia? Akankah ia menemukan sahabat-sahabat sebaik dan se-absurd 'KAUM GABUT'-nya. Terlalu asik berimajinasi, Aleska lantas terlelap dengan pikiran yang masih penuh imajinasi.

***

Aleska POV

"Satu dua tiga, yash!" teriak gue keras setelah menghentakkan satu kaki gue. Gue telah menyelesaikan satu set yoga pagi ini. Gue melirik jam yang tergantung di dinding rumah.

"Lah, anjir kok udah jam 6.15 sih. Mana belum mandi gue, astagaaa........." gue berlari kencang menuju kamar mandi. Sialnya, adik gue yang paling laknat itu juga kesiangan dan berniat mandi juga saat itu. Alhasil, kami berdua bersamaan masuk ke pintu kamar mandi dan badan kami saling berhimpitan.

"Lo ngalah, kek, Mbak! Gue dulu, ya?" ujarnya dengan rasa tidak bersalahnya.

"Ogah, gue kan anak baru hari ini. Gue gak mau telat. Lagian gue mandinya cepet gak kayak lo. Udahlah, gue dulu aja, Vin," sahut gue dengan tampang kesal.

"BIG NO. GUE DULU, MBAK. BURU IH LO KELUAR DULU!" teriak Kelvin.

"Apa sih ribut-ribut?" Tante Lina yang baru datang memasang muka kesal dengan kedua tangannya di pinggang.

"Ini, Tan. Mbak Leska gak mau ngalah sama adek sendiri. Orang aku duluan yang masuk kamar mandi."

"Heh, gak usah ngada-ngada, ya lo. Gue duluan ya yang masuk," sahut gue sambil menoyor kepala Kelvin.

"Kalian tu, ya, udah pada gede masih aja berantem. Sekarang mending kalian keluar aja dari pintu kamar mandi itu. Terus suit, siapa yang menang pake kamar mandi duluan," ucap Tante Lina. Gue dan Kelvin terdiam lalu kami keluar dari pintu kamar mandi yang menghimpit tubuh kami, dan suit di hadapan Tante Lina.

"SU...IT!"

"YES! GUE MENANG. GUE DULUAN, BYE ADEK LAKNAT!" Gue berlari masuk ke kamar mandi. Sementara Kelvin misuh-misuh sembari memasang muka kesal.

"Udahlah, Vin. Mending kamu sarapan dulu, aja. Itu Tante udah beliin nasi uduk paling enak se-Tangerang. Hahaha..." ujar Tante Lina sembari berlalu menuju dapur. Kelvin yang kesal hanya mengikuti Tante Lina dari belakang.

***

Suara sendok dan garpu beradu terdengar di ruangan luas nan mewah. Ya, ruang makan keluarga Tante Lina. Gue merasa hidup gue seberuntung itu, bisa memiliki Tante Lina yang sebaik itu mau menampung gue dan adik gue, Kelvin untuk tinggal dan menamatkan pendidikan kami di Tangerang. Apalagi di sini kami sama sekali diperlakukan layaknya seorang ratu dan raja. Tante Lina telah menikah dengan Om Erwin sekitar 5 bulan yang lalu. Akan tetapi, sebelum menikah, keduanya memang sudah memiliki rumah mewah yang dibeli dengan hasil menabung selama bertahun-tahun.

ALANO : CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang