02. Penyesalan

83 9 0
                                    

3 hari sejak papa dirawat, keadaan nya mulai membaik. Beliau sudah sadar, walau masih menggunakan alat bantu pernafasan. Aku sangat bersyukur melihat keadaan papa. Aku yang baru saja masuk ke ruangan rawat inap papa menghampiri beliau. dikarenakan beliau menyuruhku untuk mendekat.

"papa minta maaf ya jarang ada waktu buat kamu. Papa tau kamu pasti kecewa sama papa." ucap papa terbata - bata. Aku kaget dengan ucapan tiba - tiba dari papa. 

"Apa sih pa. Udah fokus buat kesembuhan papa dulu aja." balasku sambil menahan tangis

"Papa gak pinter ngungkapin perasaan. yang jelas papa sayang banget sama kamu dan Angga. Papa baru bisa tenang kalau kamu sudah maafin papa." ucap papa. Kulihat mama menangis terharu melihat ku dan papa.

"Iya pa, aku maafin. udah papa istirahat sekarang." balasku sekenanya. Kulihat papa tersenyum lega mendengar aku sudah memaafkan beliau. Setelah itu keadaan papa berangsur membaik. Bahkan alat bantu pernafasan beliau sudah dilepas. Aku sangat lega, mama juga tampak bahagia. Dikarenakan keadaan papa sudah mulai membaik, aku akhirnya pulang ke rumah diantar ajudan papa. Sampai rumah aku segera bersih - bersih kamar dan rumah. Setelah selesai bersih - bersih aku putuskan untuk belajar mengejar ketertinggalan ku karena 4 hari tidak sekolah. 

Hari ini hari pertama aku sekolah lagi setelah 4 hari nemenin papa dirumah sakit. aku sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan bekal seadanya untuk aku dan adeku sekolah. Pagi ini aku diantar oleh ajudan papa lagi, sebenarnya aku tidak nyaman diantar jemput oleh ajudan papa. Karena teman - teman sekolah ku tidak ada yang tau jika papa ku tentara. Sampai sekolah aku segera menuju kelas. Baru saja aku duduk, teman - teman ku sudah mengelilingi meja ku dan bertanya kemana saja aku 4 hari ini. Aku hanya menjawan sekena nya saja. Jam pertama dimulai dengan pelajaran Matematika. Pagi - pagi kepala ku sudah dibuat pusing dengan rumus - rumus dan latihan soal yang diberikan. Belum selesai Bu Dian memberi tugas untuk minggu depan, tiba - tiba ada Pak Ganjar memanggilku. Aku pun mengikuti Pak Ganjar ke BK. Disana kulihat tante dan ajudan papa ku sedang duduk. Aku bertanya - tanya ada apa. Lalu tante menjelaskan jika beliau ingin mengajaku menengok papa di rumah sakit. Aku yang sudah merasa tidak enak langsung mengikuti tante pulang. Begitu masuk mobil tante langsung memeluku dan menangis. Aku masih bingung dengan situasi ini. Tapi perasaanku sudah tidak enak. dan kulihat jika ini jalan pulang ke rumah, bukan jalan ke rumah sakit. aku yang seperti tau ada apa tiba - tiba menangis.

Sampai rumah kulihat bendera kuning sudah terpasang. tenda dan kursi - kursi sudah di tata. Aku menangis sejadi - jadi nya. Sampai badan rasa nya lemas tidak mampu berjalan. Aku di papah oleh tante dan ajudan papa ke dalam kamar. Tante memberi ku minum dan menjelaskan perlahan jika Papa sudah meninggal. Beliau meninggal 1 jam yang lalu. Sekarang sedang perjalanan dari rumah sakit ke rumah. Aku tambah menangis sejadi - jadi nya. Tante memeluku dan menyuruhku sabar. Begitu ambulan sampai, jenazah papa langsung dimandikan. Kebetulan orang tua papa, kakek dan neneku sudah tiba di Jogja sejak kemarin. Aku duduk di depan rumah. Menyaksikan mama yang menangis tersedu - sedu. Aku sudah tidak menangis, aku merasa kosong. Aku merasa ini seperti mimpi. Aku hanya bisa melamun melihat orang lalu lalang mengurusi ini itu. Yang aku sadari saat ini adalah mama sendirian. Proses pemakaman papa dilaksanakan menurut protokol militer atau entahlah. Aku tidak tau dan tidak peduli. Bahkan untuk melihat teman - teman papa yang berseragam pun aku enggan. Yang aku rasakan saat ini adalah penyesalan dan kecewa.

The AthleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang