04. Emas Perpisahan

74 11 0
                                    

PON 2012

Pekan Olahraga Nasional (PON) berlangsung dengan lancar dan meriah. Aku sangat senang bisa mendapatkan medali emas di ajang Nasional ini. Selain berkompetisi, aku juga mendapat banyak teman dari berbagai daerah. Sayang sekali besok aku sudah harus pulang ke Yogyakarta dikarenakan PON sudah selesai. Aku dan teman - teman ku tidak lupa berbagi akun sosial media untuk bisa terus berkomunikasi. Aku segera beres - beres barang - barang ku dikarenakan aku dan teman - teman ku dapat penerbangan pagi. Tiba - tiba telpon ku berbunyi, ternyata tanteku.

"Halo tante, ada apa ?" tanya ku.

"Halo nggun, kamu udah selesai lombanya ?" tanya tanteku ragu - ragu

"Udah te, besok pagi aku pulang ke Jogja. Oh ya te, dari kemarin mama aku telp kok gak bisa kenapa ya ?" tanya ku balik ke tante

"Besok penerbangan jam berapa ? tante jemput di bandara. Hp mama mu rusak" jawab tante. Aku memberitahuan jika besok aku flight  jam 07.00 WIB. Tante akan menjemput aku jam set 8.

Yogyakarta 

Aku menarik koperku menuju lobby. Aku melihat tante dan omku sudah menunggu. Aku segera masuk ke mobil. Tante memeluku sambil menangis. Sampai omku menegur tante ku. Aku bertanya - tanya dengan sikap tante. Om ku mengajaku sarapan terlebih dahulu. Aku pun hanya ikut saja, dikarenakan aku memang lapar tadi belum sempat sarapan. Selesai sarapan, tante menatap dan memegang tangan ku. Tante memberitau jika dari kemarin mama ku masuk rumah sakit. Sampai sekarang beliau koma. Bagai disambar petir, aku minta tolong ke om dan tante ku untuk mengantarku ke rumah sakit. Sampai rumah sakit aku menuju ruangan rawat inap mama. Aku melihat mama menggunakan alat bantu pernafasan seperti papa. Aku menangis sejadi jadinya. 

"mah, aku pulang. Aku bawa emas PON buat mama. mama pasti kuat kan. Mama jangan ketemu papa dulu ya." ucapku pelan di telinga mama. Tante menangis melihatku.

Aku ingin sekali menghentikan pikiran - pikiran buruk yang ada dikepalaku saat ini. Ruangan ini, sama persis dengan ruangan papa dulu. Tante memeluku dan bilang aku harus ikhlas, dikarenakan dokter sudah tidak bisa berbuat banyak. Tante menyuruhku istirahat dikarenakan aku baru aja sampai. Aku menurut, aku mandi dan istirahat di sofa di ruangan mama.

Pukul 2 dini hari aku terbangun karena mama ku kejang - kejang. tante segera memanggil dokter. Dokter menyuruhku untuk menunggu di luar sembari menunggu beliau memeriksa mama. Dokter keluar ruangan dan menyampaikan permohonan maaf dikarenakan tidak bisa menyelamatkan mama. Aku terjatuh di lantai. Badanku lemas, tante memeluku sambil menangis. Sementara omku menelpon kakeku di rumah. Aku duduk di depan ruangan mama. Om ku mengurus segalanya supaya jenazah mama bisa segera dipulangkan. Baru 5 bulan yang lalu papa pergi. Aku benar - benar tidak tau harus gimana. Tante segera mengemasi barang - barangku dan mama. Aku masuk ke mobil di ikuti mobil jenazah di belakang. Rasanya mau menangis susah. Aku seperti sudah memperkirakan semuanya akan berakhir seperti ini.

Pemakaman mama berjalan dengan lancar. aku terdiam di depan rumah. Aku menatap kosong neneku yang sedang memeluk adeku. Aku melamun memperhatikan orang berlalulalang keluar masuk rumah. Sampe tepukan dipundaku menyadarkan aku. Tante menyuruhku untuk makan. Dikarenakan dari kemarin aku belum makan. Aku menuruti tante, karena aku harus bertahan hidup, pikirku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The AthleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang