03. Tanggung Jawab

68 9 0
                                    

3 bulan kemudian

Setelah kematian papa, aku dan keluargaku mencoba menjalani kehidupan seperti biasa. Aku mulai menyibukan diriku belajar untuk ujian dan latihan taekwondo. Sementara mama mulai mencoba berjualan kecil - kecilan di depan rumah. Mama mencoba baik - baik saja di depan ku. Padahal aku tau mama tidak baik - baik saja. Kadang tengah malam aku mendengar mama menangis tersedu - sedu. Aku yang kaku ini hanya bisa berpura - pura tidak tau. Setiap pulang selalu membelikan hal - hal yang adeku inginkan menggunakan uang saku ku. Sampai mama selalu bertanya apa aku tidak pernah jajan. Aku seperti merasa tugas papa sekarang ada di tanganku. Aku benar - benar mati rasa. 

Hari ini aku libur sekolah untuk persiapan ujian Nasional. Mama mengajaku ke Bank dekat rumah. Setelah selesai ke Bank, mama mengajaku mampir ke beberapa tempat lalu pulang ke rumah. Sampai rumah, mama menunjukan buku tabungan nya kepada ku.

"Nggun, kamu lihat tabungan mama. Ini tabungan nanti buat kuliah kamu sama adekmu. Jadi kamu enggak usah khawatir. Kamu fokus aja belajar, untuk pendidikan mu sama adekmu sudah papa dan mama pikirkan sejak lama." Jelas mama menjelaskan panjang lebar. Ternyata mama sadar aku menghawatirkan pendidikan ku. Bahkan aku sudah terpikir tidak akan kuliah. 

"Udah gak usah dipikir mah. Kita lihat aja nanti, masih lama juga." Balasku seadanya.

"Nggun, Kamu kalau ada apa - apa cerita ke mama. Jangan dipendam sendiri semua. Tugas papa bukan tanggung jawab mu. Itu tanggung jawab mama." Jelas mama lagi

"Iya mah." Jawabku singkat. Mama menatapku lekat.

"Kamu harus akur sama adekmu ya. Besok yang nikahin kamu kan adekmu. Dia pengganti papamu. Dia juga keluargamu satu - satunya." Jelas mama sendu.

"Udah dong ma gak usah ngomongin kayak gini. (mama menatapku sambil tersenyum). Oh ya ma, soal taekwondo. Kalau di PON tahun ini aku bisa menang, aku gak perlu bayar lagi latihan nya." jelasku 

"Memang kapan PON nya" tanya mama sambil mengeluarkan barang - barang belanjaan nya.

"Akhir bulan ini ma. 3 Minggu abis ujian nasional." jelasku

"Nggun, apa kamu suka latihan taekwondo ? kalau kamu gak suka, kamu boleh kok berhenti. Atau kamu mau ikut klub lain. Kamu ikut taekwondo kan awalnya disuruh papa." Tanya mama khawatir. Aku hanya terdiam mendengar ucapan mama. Aku memang tidak menyukai taekwondo, tapi aku juga tidak membencinya. Mama menyuruhku memikirkan nya baik - baik.

Hari ini adalah hari terakhir ujian nasional. Aku merasa sangat lega, dikarenakan aku merasa bisa mengerjakan soal - soal ujian dengan baik. Sekarang aku tinggal fokus untuk latihan PON. Aku memutuskan untuk tetap lanjut latihan taekwondo. Setidaknya aku bisa dapat uang jika memenangkan kejuaraan. Aku berlatih dengan sungguh - sungguh. Bahkan dirumah pun aku selalu berlatih. 

The AthleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang