S A T U

38 15 16
                                    


______

Seperti ombak yang tak berhenti bergerak untuk meraih pantai, seperti itu pula diriku saat melihatmu. Namun layaknya ombak yang tak akan pernah bersatu dengan pantai, seperti itu pula kita.
__________


Senin pagi yang cerah ini tidak di temukan ketenangan di dalam kelas sebelas MIPA dua. Setelah satu setengah jam lebih berpanas-panasan saat upacara, kini kelas menjadi riuh karena berbagai tingkah manusia di dalamnya.

Ada yang sedang berebut kipas angin mini, ada yang berebut air minum dan ada pula yang berkerumun untuk menjalankan aksi menggibah dengan buku catatan sebagai penyejuk pikiran. Salah besar jika kalian berfikir buku itu akan menjadi topik pembahasan pembicaraan mereka. Karena nyatanya buku tersebut hanya sekedar untuk berkipas kipas.

Dari arah kantin Gio datang bersama teman-temannya. Dengan sebelah tangannya yang di simpan di dalam saku celana dan satu tangannya lagi memegang tangkai permen Hot-Hot nya, Gio berjalan dengan begitu gagahnya.

Bukan temannya terlalu bodoh atau terlampau miskin untuk tidak pergi ke kantin seperti yang di lakukan olah Gio dan antek-anteknya, hanya saja mereka tidak ingin melanggar aturan dan berujung mendapat hukuman dari guru piket. Karena memang selesai upacara tidak di berikan waktu untuk istirahat.

Kelas yang awalnya ricuh mendadak hening sejenak karena kedatangan Gio.

"Woi...!! Diem diem bae. Tersepona lu pada kan?! Hehe biasa aja kalik, gue tau kok kalo gue emang ganteng hahaha." Dengan tidak tau dirinya Apip berkata demikian. Terang saja hal tersebut menuai protes dari para siswi di kelas itu.

"Cih! Eh, Apip lo itu dirumah punya kaca gak sih? Lo liat tuh bulu hidung lu udah pada keluar keluar. Gigi lo udah kayak mas batangan. And... Ihh, ketiak lo basah tuh. Jorok banget si lu." Cecar Viona mengomentari penampilan Apip.

Bukannya tersinggung atau malu, dengan jiwa boborok yang di atas rata-rata Apip menjawab.

"Lo kok gitu sih Vio, padahal kan selama ini lo seneng banget cium-cium ketek gue. Lo yang bilang lo nyaman banget sama aroma ketek gue."

"Amit-amit. Jangan sembarangan lo kalo ngomong. Lo mau gue bantai?"

"Eh santai dong sayang, masih pagi juga. Ntar malem aja kita saling membantai mwahh..." Ujar Apip dengan ciuman memabukkan anti badai dari jauh di akhir kalimatnya. Hal itu jelas memancing emosi Viona sekaligus gelak tawa dari teman teman sekelasnya.

Gio yang sudah duduk di kursinya hanya menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah temannya itu.

Saat hendak membalas ucapan Apip yang terdengar ambigu, Bu Jamilah datang dan menghentikan kata kata yang hampir keluar dari bibir Viona.

Apip yang masih berdiri tak jauh dari Viona langsung bergegas menuju tempat duduknya. Begitu pula dengan murid-murid lainnya. Seketika suasana kelas menjadi hening.

"Assalamualaikum, selamat pagi." Salam Bu Jamilah.

"Waalaikumsalam."

"Pagi Bu..." Jawab siswa siswi kelas 11 MIPA 2.

"Baiklah, disini Ibu tidak akan lama karena ada rapat dadakan untuk para guru, jadi langsung ke intinya saja. Yang pertama saya ingin memperkenalkan kalian dengan teman baru kalian yaitu Aqilla Adhisti. Aqilla sini nak, masuk."

GIOVANNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang