anything for you

2.2K 240 64
                                    

⚠ beberapa alur (asli) diubah untuk kepentingan cerita (ini) ⚠
⚠ Wajah Voldemort kaya pas masih muda. Bukan wajah ular ⚠
⚠ Di sini Draco nggak disuruh buat ngebunuh Dumbledore ⚠
⚠ Dumbledore belum mati
⚠ Bila ada kesalahan mohon dimaklumi ⚠

.
.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.
.

Pangeran Kegelapan tidak bisa mencintai.

Setidaknya itulah yang Draco deskripsikan tentang Tuannya. Dia kuat, kejam, jahat, pintar, licik, dan manipulatif. Dia tidak segan-segan membunuh siapapun yang menghalangi jalannya. Bahkan bayi sekalipun.

Setiap kali dia memandang semesta, itu kosong. Tidak ada emosi. Pangeran Kegelapan akan menunjukkan emosi ketika dia marah. Dia menghilang selama beberapa tahun kemudian muncul kembali tahun 1994.

Tahun 1996, Pangeran Kegalapan menjadikan Malfoy Manor sebagai markas pengikutnya sebagai hukuman karena Lucius gagal.

Sejak Pangeran Kegelapan tinggal di Malfoy Manor, Draco dan keluarganya hidup dalam ketakutan.

Setidaknya sebelum dia melihat gadis itu. Gadis dengan rupa seperti malaikat dan fitur lembutnya yang sedang menari di kamar Pangeran Kegelapan. Rambut coklat panjangnya berkibar seiring tarian. Tubuhnya kecil dan kurus.

Draco mendengarnya bersenandung merdu. Dia tidak tahu siapa gadis itu dan kenapa bisa berada di kamar Pangeran Kegelapan. Setahunya area tersebut terlarang bagi siapapun.

Lalu apa yang gadis itu lakukan di sana?

Gadis itu memutar tubuhnya dengan anggun. Dia berhenti berputar dengan wajah menghadap pintu yang sedikit terbuka. Dia tersenyum lembut padanya.

Jantung Draco berdegub kencang. Darahnya berdesir. Tak ingin mendapat masalah lebih jauh, Draco pergi dari sana.

"Aku melihat seorang wanita di kamar Pangeran Kegelapan," bisik Draco pada ibunya. Sebelum itu dia sudah memasang mantra Muffliato. Dia tidak ingin mengambil risiko percakapannya didengar oleh siapapun.

"Mungkin itu Bella," sahut ibunya yang sedang merajut.

"Tidak. Dia jauh lebih cantik dari Bibi. Wajahnya asing."

Narcissa terlihat tidak nyaman dengan percakapan ini.

"Draco sayang, itu bukan urusan kita. Jangan ikut campur dengan urusan Pangeran Kegalapan."

Draco mengiyakan. Namun hatinya tetap penasaran. Pangeran Kegelapan sama sekali tidak membahas gadis itu di setiap pertemuan. Seolah-olah gadis itu tidak pernah ada.

Mungkin itu hanya ilusi Draco.

Ketika dia tertidur, dia selalu memimpikan mata coklat rusa betina.

Namun nyatanya itu bukan ilusi semata. Gadis itu benar-benar ada. Dia nyata. Dia berdiri di samping Pangeran Kegelapan dengan gaun putih sutra selutut.

anything for youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang