Prolog

20 4 0
                                    

"So, aku sangat tidak sabar untuk bertemu kalian di sana. Jadi, bersiaplah untuk bersenang-senang bersamaku. Bye! I love y'all!"

Hyunwoo melambaikan tangannya, memberikan senyuman tipis menawan yang selalu menjadi andalannya, tak ayal membuat para penggemarnya semakin menggila. Kolom komentar masih berhamburan di bagian bawah layar, namun Hyunwoo tetap mengakhiri sesi live-nya. Ia lalu menutup laptop, membiarkan benda persegi itu tergeletak di atas meja kerja, di mana beberapa piala penghargaan miliknya turut dipajang, mulai dari penghargaan sebagai aktor, model, hingga penghargaan yang baru ia dapatkan beberapa bulan lalu sebagai penyanyi solo.

Hyunwoo melirik jam dinding, sepuluh menit lagi sudah memasuki tengah malam. Ia kemudian bergegas menaiki ranjang, berbaring merasakan kenyamanan di atas kasur empuk di sana.

Lelah, Hyunwoo sebenarnya sudah jengah. Melewati hari demi hari yang ia habiskan dengan bekerja di depan kamera. Menjadi public figure yang selalu dituntut sempurna. Hampir tak bisa menjadi dirinya sendiri.

Terkadang ia berandai-andai, andai ia bisa mengulang waktu, ia akan mengubah ambisinya sewaktu ia remaja dulu. Mungkin menjadi nelayan seperti cita-citanya di masa kanak-kanak akan lebih baik dibandingkan dengan dunianya saat ini.

Notifikasi ponsel menyadarkan lamunan Hyunwoo. Ia kemudian menyambar benda sejuta umat itu. Rupanya hanya pesan singkat dari Jooheon, manajernya, yang mengingatkan bahwa besok Hyunwoo harus menghadiri pertemuan dengan beberapa staf yang ikut serta dalam acara fanmeet-nya. Jari-jari Hyunwoo kemudian tergerak untuk membalas pesan sang manajer.

Joo, sudah lama aku tak pergi ke pantai. Aku ingin ke pantai setelah acara fanmeet itu !
*sent*

¤¤¤¤¤¤

"Gue benci banget, Kaira!! Sebel banget tau gak?"

Si pendengar, Kaira, menjauhkan ponselnya saat suara di seberang sana meninggi, berteriak memekakan telinga kirinya.

"Ya udah, lo sabar aja ya, Na." Tanggap Kaira seadanya.

"Lo mah, dari tadi sabar-sabar mulu. Lo gak tau sih, gimana sakitnya gue. Hyunwoo bakalan ada deket banget sama gue, bakalan menghirup udara yang sama, bakalan liat langit yang sama. Tapi kenapa coba disaat itu bos gue malah nyuruh gue hadir meeting di Solo sih? Terpaksa gue cancle tiketnya, anjir. Sebel gue, sebel, Kai!"

Kaira memutar bola matanya, menghembus nafas berat beberapa kali. Sudah hampir satu jam indera pendengarannya direcoki oleh curhatan Ana, si fans garis keras Son Hyunwoo. "Terus gue kudu gimana, Ana sayang?"

"Ya, gimana kek. Elo kan lagi ada di Seoul, sama kayak Hyunwoo. Cari dia kek, bilangin kalo temen lo yang kiyowo ini minta dinotice."

"Enteng banget mulut lo. Ogah! Gila aja. Kalo Seoul cuma seluas Komplek Bumi Indah mah gue mau. Tinggal gue datengin Pak RW setempat, tanya namanya, kelar perkara." Jawab Kaira jengah.

"Ya, gue juga bercanda kali, Kai. Serius amat lu."

Jawaban Ana lagi-lagi membuaat Kaira harus mengelus dada. "Ya udah ah, bentar lagi Papa gue pulang nih. Gue mau pesen makanan dulu. Bye, Na!"

Tanpa menunggu tanggapan Ana, Kaira memutus panggilannya sepihak. Jika tidak, dapat dipastikan telinganya semakin memanas mendengarkan ocehan Ana yang tak pernah absen membahas Son Hyunwoo, si artis papan atas yang namanya tengah naik daun hampir tiga tahun belakangan ini, kiprahnya di dunia industri hiburan Korea tak dapat diragukan lagi, bahkan Kaira sampai bosan karena nama Hyunwoo sering muncul di trending topic akun Twitter-nya.

Ana sudah menjadi penggemar Hyunwoo sejak selebriti muda itu memulai debutnya. Kaira tahu, Hyunwoo adalah idola yang sangat pantas untuk digandrungi anak muda zaman sekarang mengingat betapa Hyunwoo dapat menginspirasi para muda-mudi dengan segudang talentanya. Tapi, ia sama sekali tak pernah tertarik untuk mengikuti jejak Ana menjadi Hyunwoo lovers. Lebih tepatnya, ia tak sedikitpun menaruh minat pada kegiatan fangirling.

Ia kemudian meletakan ponselnya di atas nakas, menggeleng tak ingin lagi memikirkan Ana dan Hyunwoo-nya itu. Tatapannya lalu tak sengaja tertuju pada selembar tiket pesawat yang tergeletak tepat di samping ponsel. Kaira meraihnya. Menatap jadwal terbangnya ke Indonesia besok lusa.

Entah mengapa, perasaannya tak enak. Tak seperti biasanya pula ia merasa ragu. Hal ini yang membuat Kaira belum memberi kabar tentang jadwal kepulangannya pada Mama, adiknya, juga Ana sahabatnya.

Biasanya, jika Kaira sudah merasa seperti ini, akan ada sesuatu buruk yang terjadi. Tapi ia berharap kali ini tidak, mudah-mudahan itu hanya perasaannya saja, yang mungkin masih betah bersama Papa-nya di tempat ini. Semoga saja.

Tbc....

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

HI HELLO ANNYEONG !!
DYSA'S BACK !!
Setelah mengalami write block pasca Strange Love tamat, akhirnya dapat inspirasi yang tiba-tiba muncul di kepala setelah nonton salah satu film hollywood jadul bertema survival yang direkomendasikan youtube. :)

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa tekan vote. Angka vote sangat berharga bagi penulis amatir macam Dysa 😊

Jangan lupa, mampir ke cerita sebelah juga yaa !! ♡

🔽🔽🔽

Untuk yang suka Oneshoot story bisa mampir ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk yang suka Oneshoot story bisa mampir ke sini. Free request story lho 😊
🔽🔽🔽

 Free request story lho 😊🔽🔽🔽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fallin' In Survival || SHOWNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang