Kaira merasakan nyeri yang menjalar di seluruh tubuhnya, sungguh, rasanya seperti habis terbanting dari lantai 20, tubuhnya terasa kebas, gerakannya pun terbatas, dingin menyelimutinya, entah mengapa sel otaknya memberi sinyal pada organ di dalam dada Kaira untuk tak menghirup nafas.
Ia memberankinan diri untuk membuka mata. Kaira linglung menyaksikan bagaimana tubuhnya melayang, ia tengah berada dalam air, jauh dari permukaan. Kaira panik, menyadari tubuhnya tergerak perlahan semakin tenggelam hampir ke dasar. Ia tak dapat mendengar apapun kecuali gemuruh air yang amat mengerikan baginya.
Paru-paru Kaira semakin tertekan sebab kehilangan banyak cadangan oksigen, kepalanya mulai pening. Terakhir kali yang ia ingat adalah saat ia keluar dari bilik toilet di pesawat yang ia tumpangi, ketika itu tiba-tiba pesawat mengalami turbulensi, laju pesawat mulai tak stabil sebelum akhirnya terhenti, disertai suara gemuruh kencang, awan gelap jelas terlihat melingkupi pesawat tersebut. Kaira tak mengerti, suasana di dalam pesawat sangat kacau, jeritan pasrah para penumpang beradu dengan suara para kru pesawat yang berteriak-teriak agar penumpang tetap tenang.
Mereka berlomba mengenakan alat keselamatan seperti rompi dan masker oksigen dalam keadaan panik. Kaira pusing sendiri, sebab saat itu ia sedang dalam kondisi mabuk udara. Tak sempat ia mengenakan alat keselamatan, gadis itu sudah lemah luar biasa, ia memejamkan matanya sebelum kemudian terjatuh tak sadarkan diri.
Beberapa menit kemudian, ia merasa tubuhnya membentur benda keras beberapa kali. Sakit, ia sempat mati rasa. Dalam keadaan setengah sadar, Kaira merasa tubuhnya melayang, terhempas entah ke mana.
Kaira menangis dalam hati, ia menyesal menyadari bahwa dirinya tak memiliki kemampuan untuk berenang, ditambah rasa sakit ditubuhnya yang teramat sangat, sekedar bergerak saja rasanya sangat berat. Ia berusaha, menggerak-gerakan tubuhnya, namun usahanya malah membawa tubuhnya semakin sakit sekaligus mempercepat gerakannya ke dasar. Pasrah mungkin menjadi satu-satunya pilihan.
Mama, Papa.. tolong Kai..
Wajah kedua orang yang sangat berarti baginya terlintas. Kaira berulang kali memanggil kedua nama itu dalam hati meski mustahil untuk mama dan papanya dapat mendengar Kaira.
Kaira teramat lemah, kepalanya semakin berat, sekarang ia benar-benar ingin menyerah. Pandangannya mulai menggelap sebelum ia melihat siluet seseorang yang sedang berenang cepat ke arahnya.
Mama, Papa, apa itu malaikat yang mau jemput Kai?
Kaira hanya bisa menunggu hingga siluet itu semakin jelas seiring dengan jaraknya yang semakin dekat. Sosok yang berenang ke arahnya menatap Kaira sejenak sebelum Kaira merasakan lengangannya diguncang oleh sosok yang ia kira malaikat itu.
Hyunwoo? Malaikatnya mirip Hyunwoo. Atau Hyunwoo yang mirip malaikat? Atau jangan-jangan Hyunwoo itu jelmaan malaikat? Ana, Hyunwoo di sini! Ah, malaikat Hyunwoo.
Setelahnya, Kaira benar-benar tak sanggup lagi menahan tekanan bawah laut yang semakin besar, tubuhnya tak setangguh itu, pandangannya semakin kabur hingga akhirnya kembali terpejam tak sadarkan diri.
¤¤¤¤¤
Hyunwoo membuka kelopak matanya perlahan, sinar matahari yang hampir tenggelam kala itu langsung menyilaukan pandangannya, ia kemudian terduduk. Dadanya yang nyeri spontan terbatuk, memuntahkan air yang cukup banyak dari dalam mulutnya. Hyunwoo merasa tubuhnya teramat lemas sekaligus sakit.
Sendirian, Hyunwoo mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, tak ada siapapun di sana, yang ia dapati hanya hamparan pantai berpasir putih nan luas, tak jauh dari sana terdapat pepohonan yang amat rimbun. Dari sekian pemandangan yang ia amati, Hyunwoo menerka bahwa pulau itu mungkin jarang sekali terjamah oleh manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallin' In Survival || SHOWNU
FanficKaira dan Hyunwoo, dua manusia yang tak saling mengenal lagi mempunyai kepribadian yang berbeda harus bertahan hidup bersama di suatu pulau terpencil setelah pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Akankah mereka dapat bertahan? Temukan j...