chap 2

6 1 0
                                    

Vita berada di depan Shei, menuntunnya ke resepsionis dan ikut menemani Shei menunggu untuk dipanggil oleh tim HRD. Vita yang sedari tadi sibuk membantu Shei mengurus ini itu, tampak kaget melihat wajah Shei yang tampak pucat dan keringat dingin. 

"Shei, lo gapapa? Kok pucet banget?" Tanya Vita sedikit cemas

"Hah? Eh gapapa kok Vit, aku cuman sedikit gugup aja. Masih keinget yang di kantor dulu. Hehe." Jawab Shei sembari memberikan senyum gugupnya.

Melihat bibir Shei yang terlihat pucat, Vita mengeluarkan lipcream dari dalam tasnya. 

"Shei, pake ini dulu biar gak keliatan pucet bibirnya. Mana tau setelah pake ini tim HRD terpana liat kecantikan lo" Goda Vita sembari menghibur Shei.

Tak lama setelah Shei selesai memakai lipcream yang diberi Vita, Shei pun dipanggil masuk keruangan wawancara. Vita yang tak bisa masuk hanya bisa menyemangati dan merapikan pakaian Shei sebelum sahabatnya itu masuk keruangan wawancara lalu menunggu Shei di depan ruangan itu. 

Shei memasuki ruangan dingin itu dan duduk dikursi yang telah disediakan. Di depannya terlihat 4 orang yang dia tebak adalah atasannya nanti, tapi masih terdapat satu kursi yang kosong. Yang ia tebak akan datang satu orang lagi. Untuk sekarang terdapat 3 laki-laki dan 1 perempuan. Pak Hendra, pak Susilo, pak Hamdan dan bu Siska. 

Pak Susilo tampaknya sedang menunggu seseorang, beliau sejak tadi melirik terus kearah pintu masuk. Setelah menjawab beberapa pertanyaan, tiba-tiba saja seorang perempuan masuk kedalam ruangan wawancara sambil membawa kertas yang diapitkannya dengan lengan dan juga pena yang sudah ada dalam genggamannya. 

"Halo Shei" sapanya ramah. 

"Halo juga Bu" jawab ku ramah. 

Perempuan yang baru masuk itu langsung duduk dikursinya dan memperkenalkan namanya. Bu Wila. Wawancara pun dilanjutkan dengan suasana yang berubah menjadi sedikit lebih tenang dibanding suasana tadi yang sedikit mencekam dan serius. Saat wawancara hampir selesai, terlihat jelas dari tampangmereka wajah puas dengan hasil jawaban yang ku berikan serta CV yang ku buat. 

"Mister Hamdan, any question for Alina Shei?" Tanya bu Wila sambil melihat pak Hamdan dan kemudian melihat kearah ku sambil tersenyum manis. Mendengar bu Wila berkata seperti itu membuatku panik dan gugup kembali, entah kenapa ada rasa takut jika pak Hamdan menanyakan alasanku pindah ke perusahaannya. Entah apa dan bagaimana harus ku jelaskan. Tapi melihat senyum bu Wila membuatku sedikit tenang meski tak memperlambat detak jantungku.

"Disini tertulis kalau kamu pernah bekerja disalah satu perusahaan ternama di Indonesia. Saya lihat posisi kamu bagus disana, dan saya juga tau berapa kisaran gaji yang didapat dengan posisi itu. Kenapa kamu mau masuk ke perusahaan ini dan rela melepaskan jabatan serta gaji yang fantastis itu?" Tanya pak Hamdan.  Pertanyaan yang membuatku bepikir cukup lama dan semakin panik hingga membuat wajahku pucat kembali.

"Shei? Are you okay? kamu keliatan pucat." Tanya bu Siska yang sedari tadi memperhatikan serta menunggu jawabanku.

"Saya baik-baik saja bu, tapi maaf sebelumnya pertanyaan tersebut termasuk privasi saya. Apakah kita bisa bediskusi hal yang lain? Terimakasih pak, bu." jawab ku yang benar-benar sama sekali tak tau bagaimana cara menjelaskannya.

Mendengar jawaban ku tadi, kelima orang di depan ku terlihat menganggukkan kepalanya dan mulai berdiskusi. Detak jantungku sudah sedikit melambat tapi tetap ada rasa gugup dan keringat dingin. Sejenak aku mengambil nafas dalam dan menghembuskannya pelan-pelan sambil berkata dalam hati "Kayaknya mereka memaklumi jawabanku tadi. Sekrang tinggal tunggu hasilnya. Diterima atau nggak ya?"

Cukup lama mereka berdiskusi. Hingga akhirnya pak Hamdan memberitahu kan hasil diskusi mereka.

"Alina Shei. Kami sangat takjub melihat CV kamu terkhususnya pengalaman kerja kamu. Saya pribadi sangat berharap kamu bisa masuk di perusahaan dan memberikan kontribusi yang cukup dan sangat bagus selama kamu bekerja disini. Seperti yang sudah kamu lihat, kami sudah berdiskusi dengan matang. Dan hasil dikusi kami adalah, kami menerima kamu bekerja dan memberikan kontribusi yang besar dalam perusahaan ini. Selamat." Jelasnya sambil tersenyum sedikit kearah ku.

Perasaan gugup yang sedari tadi menghantui ku kini berubah menjadi perasaan senang hingga tanpa ku sadari air mata ku keluar. Melihat aku yang menangis bahagia sambil membungkukkan badan dan mengucapkan terimakasih banyak, bu Wila dan bu Siska menghampiri ku sembari mengelus punggung ku dan mengucapkan selamat. 

Pak Hamdan keluar terlebih dahulu sebelum membuka pintu ia kembali melihat kearah ku yang sedang tersenyum bahagia dan mengobrol sedikit dengan bu Wila dan bu Siska hingga akhirnya keluar dari ruangan ini. Vita yang melihat  pak Hamdan keluar ruangan langsung berdiri dan menyapa nya.

"Pagi pak Adi." sapa Vita

"Pagi juga Vit. Itu temen kamu yang di dalam?" tanya pak Hamdan

"Iya pak itu sahabat saya" jawab Vita singkat

"Oh... Manis juga anaknya" kata pak Hamdan sambil memalingkan wajahnya dan telinganya terlihat sedikit merah.

Vita yang paham sikap atasannya itu hanya bisa tersenyum 

"Haha iya pak, Shei emang manis anaknya. Dulu ceria banget tapi udah dari tahun kemarin dia mulai jarang senyum dan jarang ngomong. Tapi ya tetap sekalinya senyum langsung adem. Saya kadang heran dia yang manis gitu kok masih belum ada yang mau ya." Jelas Vita yang sedikit menggoda pak Hamdan agar terpikat dengan Shei. 

Mendengar penjelasan Vita tadi, pak Hamdan hanya tersenyum dan kembali menanyakan kabar suami dan juga anaknya Vita. Pak Hamdan dan Vita memang akrab ditambah lagi suami Vita merupakan teman dekatnya pak Hamdan. Setelah mengobrol sebentar dengan Vita, pak Hamdan lekas pergi untuk menghadiri rapat.

"Ya ampun Shei, baru juga hari pertama udah ada aja yang kepincut sama lo." Kata Vita yang tersenyum sambil mengintip ruangan wawancara itu untuk melihat Shei.


KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang