Rencana Izin

2 0 0
                                    

Waktu telah berjalan selama 22 jam untuk hari ini. Mohar yang tengah mengerjakan tugasnya merasa terkejut ketika pintu kamarnya terbuka secara tiba-tiba.

"Nenek !" ucap Mohar seraya mengusap dadanya.

Ini adalah kebiasaan Sang Nenek. Ia tidak terbiasa mengetuk pintu sebab rumah yang sekarang Ia tempati di Makassar, tidak semua yang memiliki pintu. Total hanya ada 3 pintu di rumahnya yang terbilang luas itu, yakni pintu kamar mandi, pintu depan, dan pintu kamar Mano. Bukannya tak mampu, tapi inilah keinginan Nenek. Ia tak ingin pintu menghalangi keluarganya untuk berbaur satu sama lain.

"Ini nak susu almond untukmu. Aku yakin Ibumu jarang memberikanmu ini, meskipun Nenek sudah seringkali mengingatkannya untuk memberikanmu susu ini setiap hari," ucap Nenek dengan penuh hangat.

Mohar pun mengambil gelas yang dipegang oleh Neneknya.

"Terima kasih Nek,"

"Sama-sama nak, selamat malam," ucap Nenek sambil menutup pintu.

Mohar menyadari kalau ini sudah larut malam, Ia pun membereskan meja belajarnya dan hendak tidur di kasurnya. Namun pandangannya teralihkan oleh kanvas yang berada di belakang lemarinya.

Siapa pria yang sering muncul dalam mimpiku ? Aku rasa aku masih normal sehingga aku tidak mungkin menyukai lelaki. Sudahlah, lebih baik aku tidur. Siapa tau ada hal baru lagi yang bisa aku mimpikan.
batin Mohar.

(Suara tirai terbuka) Srek..

Sinar lembut sang mentari kini mulai menyentuh wajah tampan Mohar. Saat merasakan cahaya itu, Mohar malah menutup wajahnya menggunakan bantal guling.

"Ayo bangun sayang !" ucap wanita tua itu seraya mengambil guling yang menutupi wajah Mohar.

"Ngngh, Nenek ! Apa yang Nenek lakukan sepagi ini ?" tanya Mohar yang kembali menutupi wajahnya dengan guling.

"Bukankah kamu akan memimta izin kepada Ibumu untuk pergi ke Makassar nak ?" tanya Nenek.

"Tapi kan masih ada waktu 6 hari sebelum kegiatan berlangsung Nek, dan kenapa harus sepagi ini ?

Nenek menghela napas dan berkata, "Memangnya kamu tidak tahu, Ibumu itu sangat sulit dibujuk untuk mengizinkanmu pergi jauh darinya. Nenek tidak bisa membantumu jika kamu meminta izin padanya sehari atau dua hari sebelum kegiatan,"

Mendengarnya, Mohar langsung bangun dan matanya membulat.

"Kenapa begitu Nek ? Nenek harus membantuku. Ini sangat penting untuk kuikuti. Memang benar, Ibu pasti akan sulit dibujuk. Sedari kecil, aku tidak pernah terpisah dari Ibu. Tapi aku yakin Ibu akan mengizinkanku, inikan demi pendidikanku Nek,"

Nenek hanya tersenyum dan melihat ke arah lantai.
-
"Selamat pagi Ibuku sayang," sapa Mohar kepada Mano yang tengah sibuk berbincang dengan Fira.

"Pagi anakku. Tumben kamu cepat bangun hari ini,"

Mohar menampilkan cengiran khas miliknya lalu berkata, "Aku kan biasanya juga seperti ini Ibu. Aku selalu bangun pagi karena aku ingin menyemangati Ibu sebelum ke kantor. Oh iya, apa Ibu sibuk hari ini ?"

"Iya nak, Ibu cukup sibuk hari ini. Memangnya kenapa ?"

Mohar terlihat kecewa dengan jawaban Ibunya.

"Rencananya aku ingin makan bersama dengan Ibu,"

Mano terkejut, " Loh, kita kan selalu makan bersama nak, meskipun kadang hanya di malam hari,"

"Iya memang, tapi aku mau makan di luar Bu, aku kan harus mengajak Nenek jalan-jalan,"

Mano tersenyum.
"Baiklah, Ibu akan usahakan agar kita bisa makan malam bersama. Nanti Ibu kabari lagi ya nak. Ibu harus ke kantor sekarang,"

"Siap Bu Bos !" ucap Mohar sambil hormat kepada Ibunya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SILANGWhere stories live. Discover now