Carla memasuki kembali kelasnya yang tidak ada siapa-siapa. Harapannya untuk makan mie ayam yang lezat pun telah kandas."Semuanya gara-gara pengeran bobrok itu," gumam Carla. Lebih sialnya perut Carla berbunyi minta diisi.
"Gue bawain siomay, buat ganti mie ayamnya," ujar Arav di ambang pintu.
Carla hanya diam, menoleh kepada Arav pun ia enggan. Peduli setan, harga diri Carla juga tinggi, namun perutnya menghianati Carla, ia berbunyi dengan nyaring, sengaja mempermalukannya.
Arav terkekeh geli, dan duduk di samping Carla. Meletakkan satu bungkus Siomay di dekatnya.
"Makan, jangan ngebantah. Biar lo ada tenaga buat ngelawan gue di teater," ujar Arav yang dibalas Carla memutarkan bola matanya.
Tidak ada mie ayam, siomay pun jadi. Lagipula cacing yang ada di perut Carla serasa sudah berdemo. Carla mengambil siomay tersebut, dan berdehem.
"hmm, makasih, rav," ujar Carla terbata. Bahkan dirinya sendiri merasa kata-kata yang keluar barusan adalah hal teraneh. Berterima kasih kepada musuh bebuyutan? Hmm mau gimana lagi, Ibunya selalu megajarkan bahwa ada tiga kalimat penting dalam hidup ini, yakni tolong, terima kasih dan maaf.
Selain itu, Carla lemah kalau urusan perut.
"Okey, jadi artinya lo ngga marah lagi sama gue kan?" tanya Arav sembari menaik-naikkan alisnya.
"Tergantung sikap lo," jawab Carla.
"Siip, gue pergi yaa, jangan kangen Car," gumam Arav yang dibalas muka jengah Carla.
Namun, Carla merasa lega, begitu Arav menghilang di balik pintu. Dikarenakan Carla akan lebih leluasa memakan siomay pemberian Arav tanpa jengkel.
Beberapa mahasiswa sempat heran dengan kedatangan Arav, dan juga kedekatannya dengan Carla. Bagaimana tidak, kecantikan Carla, dan gayanya yang cool memang kerapkali menjadi perbincangan kaum adam. Carla itu cantiknya tidak membosankan, dandanannya juga tidak berlebihan. Sifatnya juga tidak terduga, membuat banyak lelaki penasaran. Namun Carla tetaplah Carla, ia tidak mempedulikan semua itu.
Siomay pemberian Arav tandas tak bersisa. Pelan-pelan mood Carla membaik. Ia pun memainkan hp dan membuka instagram. Tanpa Carla duga, Arav memfollow dirinya, baru saja. Kalau yang di follow bukan Carla, mungkin cewek itu akan jingkrak-jingkrak kesenangan.
"Lah, kok gue difollow sih," gumam Carla dengan muka datar. Tanpa ekspresi sedikit pun.
Tidak mau berlarut-larut memikirkan itu, Carla memutuskan untuk mendengarkan musik sembari menunggu dosen masuk pada jadwal keduanya. Carla sudah berencana, setelah jam perkuliahan selesai, ia akan mampir ke Teater. Hari ini akan dikonfirmasi, siapa saja anggota yang diterima di Teater No 7.
***
Sebagai senior di TN7 (Theater No 7), Dava begitu telaten jika membaca formulir anggota baru. Ketika ia membaca formulir milik Carla, Dava hanya mengangguk-anggukkan kepala. Tidak banyak anggota baru yang mendaftar, totalnya hanya 5 orang. Salah satunya Carla.
Jay, dan Riko sedang asyik membuat konten tiktok. Sedangkan Arav tidak ada di sana. Seperti biasa, Arav pergi ke rumah sakit.
"Lu goyangnya agak lentur dikit dong," ujar Riko kepada Jay.
"Gila lo, gue udah keren maksimal nih!"
Dava hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat karibnya itu. Selesai menyusun daftar formulir, perhatian Dava teralihkan kepada seorang perempuan yang memakai seragam SMA sedang kebingungan di depan pintu teater.
"Lagi cari siapa?" ujar Dava menghampiri anak SMA tersebut.
"Hmm... hmm..., gue .., eh saya ..., mau daftar jadi anggota teater."
"Santai aja, ngga usah gugup gitu. Nama kamu siapa?"
"Saya Tia Vernandes kak." Tia menetralisir kegugupannya.
"Vernandes? Adeknya Jay?" Dava terkejut mendengar nama belakang Tia. Dava melirik Jay yang tidak menyadari kedatangan adeknya, dikarenakan masih goyang jedag jedug bersama Riko.
"Iya kak, saya adeknya Jay." Tia melirik ke arah abang laknatnya itu dan menepok jidat melihat kelakuannya.
Kelakuan Jay di rumah dan di luar rumah ngga ada bedanya. Jay saudara Tia satu-satunya. Adakalanya Tia ingin memukul kepala abangnya itu. Ya, Tia sebenarnya sangat ingin mempunyai kakak perempuan, tapi mau bagaimana lagi.
Dava tersenyum hangat, senyum yang membuat Tia ngebug sejenak. Jantung Tia rasanya mau copot. Baru kali ini Tia melihat senyuman sehangat itu. Tia merasa semakin mantap untuk bergabung di teater seperti Jay.
"Eh bocil, lu ngapain main ke sini," cecar Jay saat berjalan menuju Dava dan adeknya itu. Riko tertawa melihat interaksi antara abang dan adek itu.
"Gue udah mutusin buat jadi anggota TN7," ujar Tia.
"Ya udah, ini formulirnya buat kamu. Langsung diisi ya," ujar Dava yang mendapat tatapan aneh dari Jay.
Setelah Tia menjauh dari mereka untuk mengisi formulir, Jay langsung saja mencecar Dava karena dengan begitu mudahnya memberikan adeknya formulir.
"Ngapain lu gampang banget ngasih formulir sama tuh bocil Dav, kan pendaftarannya udah tutup kemarin."
"Kasih kesempatan adek lo gapapa kali, lagian formulirnya belum gue serahin ke Mami Maryam."
Jay hanya menghela nafas. Pasalnya Jay sebagai abang khawatir dengan Tia, jika kegiatan teater mengganggu prestasi adeknya. Walaupun Jay menyebalkan, tapi dia sebenarnya peduli dengan Tia. Selesai mengisi formulir, Tia memberikannya kepada Dava. Untung saja masih sempat dan diberikan kesempatan oleh Dava.
Selang beberapa menit, Tia melihat sosok perempuan yang cool dan cantik, berjalan santai tanpa menghiraukan orang-orang disekelilingnya. Bahkan Jay, abangnya pun tidak menarik perhatian perempuan itu.
Gila, lo keren banget, andai lo jadi kakak gue, batin Tia. Penasaran, Tia mengahampirinya dan melihat lebih dekat. Kayaknya gue bakal cocok temenan sama kakak ini.
"Carla, sini dulu!!" panggil Riko. Carla menghampiri Riko yang sudah menunggunya bersama Jay dan Dava.
"Oh, nama kakaknya Carla," gumam Tia.
Sebelum Arav pergi ke rumah sakit, ia berpesan kepada trio kwek-kwek itu agar meminta maaf kepada Carla dan membelikan Carla cemilan. Ketiga temannya itu setuju, dikarenakan mereka kapok melihat Carla yang mengamuk di kantin kampus siang tadi.
"Kenapa?" tanya Carla.
"Car, maafin kita-kita ya, soal di kantin tadi," ujar Riko.
"Nih ada cemilan buat lo," imbuh Jay.
"Santai aja. Gue maafin kok." Lalu Carla berlalu meninggalkan mereka dengan muka tanpa ekspresi. Carla sedikit heran, kenapa Arav tidak bersama mereka. Tapi, Carla cepat-cepat menepis pikirannya dari laki-laki menyebalkan itu.
"Gila, kak Carla lo keren banget. Pokoknya kita berdua akan menguasai dunia ini kak, kita akan menjadi duo angels yang tangguh, pokoknya kita bakal jadi yang terbaik kak," gumam Tia.
Jay yang melihat adeknya cengar-cengir sendiri merasa heran. "Kesambet apa nih bocil."
Tbc....
Next ga nih?
Kalian mengfavoritkan karakter siapa?
Jangan jadi silent reader yaa.
With love,
Renai
KAMU SEDANG MEMBACA
Theater No 7 || Hendery WayV(On Going)
Teen Fiction"Tampang sih kayak pangeran, kelakuan random." -Carla Levana Jingga "Biarin, yang penting happy ...." -Arav Sergio Lamonda