Bab 3 : Sebuah Cerita

206 64 7
                                    

***

Jiyeon, Jaemin dan Bibi Molly tengah menunggu mobil Eunwoo di depan lobby gedung apartemen. Setelah mengalami kelabilan yang membuat Jiyeon jengkel, akhirnya Eunwoo bisa menemani mereka ke acara pentas seni di sekolah Jaemin. 

Berkat Jaemin yang merengek dan akan membenci Paman Eunwoo, pun pria itu berjanji akan datang dan menemani mereka. Jiyeon masih tidak percaya dengan tingkah anaknya ini, dari mana dia mempelajari sikap menyebalkan seperti itu? Tidak bisa Jiyeon biarkan, dia akan menasehati Jaemin agar tidak mengancam orang-orang supaya keinginannya dikabulkan.

Padahal Jiyeon akan baik-baik saja jika pergi sendirian tanpa Eunwoo, malah lebih baik. Tapi Jaemin sudah terlanjur jatuh cinta pada pria itu. Jiyeon tidak bisa berbuat apa-apa selain berdo'a agar Jaemin tidak meminta hal aneh-aneh. Seperti ingin mencari ayahnya yang sudah meninggal atau menanyakan kenapa Jaemin tidak punya ayah.

Jujur saja, Jiyeon sangat takut suatu hari nanti Jaemin menanyakan keberadaan ayahnya. Jiyeon belum siap menceritakan kronologis bagaimana Seokjin meninggal kepada Jaemin. Tapi suatu hari nanti, Jiyeon akan menceritakannya tapi tidak sekarang. 

Mobil Eunwoo datang dan Jaemin berjingkrak kegirangan tak sabar ingin naik. Jiyeon menghela napasnya, ini bukan pertama kalinya Jiyeon naik mobil, tapi kenapa dirinya sangat berdebar-debar? Apa karena Eunwoo sehingga dirinya berdebar-debar tak karuan seperti ini?

Eunwoo turun dari mobilnya, membantu Jaemin masuk ke dalam mobil dan Jiyeon sendiri dengan mandiri segera membuka pintu mobil untuk dirinya. Namun sebuah tangan menghalanginya dengan menimpa punggung tangannya dengan telapak tangan yang lebar dan hangat. 

Jiyeon mengangkat wajahnya, melihat Eunwoo dengan perasaan yang semakin berdebar-debar. Eunwoo tersenyum tipis, Jiyeon bisa merasakan pria itu tengah menggoda dirinya dengan mengusap punggungnya dengan sengaja. Jiyeon pun segera menarik tangannya dan membiarkan Eunwoo membukakan pintu mobil untuknya.

"Hati-hati di jalan," ucap Bibi Molly yang membuat Jiyeon tersadar.

Jiyeon berdeham gugup, sebelum masuk ke dalam mobil, Jiyeon menoleh pada Bibi Molly dan memintanya untuk menjaga kediaman mereka. Tanpa disuruh pun Bibi Molly akan menjaga apartemen Jiyeon dan berharap majikannya bersenang-senang dengan tetangga yang tampan itu. Semoga saja ada kemajuan dari kegiatan hari ini. 

Selama di perjalanan, Jiyeon banyak diam dan hanya menyimak pembicaraan antara Eunwoo dan Jaemin. Sesekali Jiyeon meresponnya dengan senyuman dan anggukan kepalanya saja. Karena ini adalah pengalaman pertamanya, Jiyeon merasa aneh sendiri dengan keadaan ini.

Jiyeon sudah terbiasa sendiri dan bahkan jarang pergi naik mobil bersama anak semata wayangnya. Sudah berapa banyak hal yang Jiyeon lewati? Jiyeon merasa bodoh dan tidak berguna. Pantas saja jika Jaemin merengek meminta Eunwoo datang, mungkin Jaemin sadar bahwa ibunya ini sama sekali tidak mengasyikkan.

Tak lama, mereka sampai di sekolah Jaemin. Tempat itu sangat ramai oleh banyaknya orang dan juga derai tawa anak-anak yang begitu semangat.

Jaemin segera turun begitu Eunwoo mematikan mesin mobil, kemudian berlari begitu melihat teman-temannya.

"Kim Jaemin! Jangan lari-lari!" seru Jiyeon.

Jaemin tidak mendengar perkataan Jiyeon dan fokus bermain dengan teman-temannya. Jiyeon menghela napasnya, well, Jaemin memang suka lupa dengan sekitarnya jika sudah menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Eunwoo datang menyusul dan berdiri di samping Jiyeon. Pria itu tersenyum tipis melihat betapa aktifnya Jaemin—seolah baru keluar dari kandang—dan kemudian perhatiannya beralih pada wanita yang ada di sampingnya.

Hello Future✔ || Cha EunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang