Devonsta dengan aura kebesaran seorang pengusaha tambang terkenal mengetuk pintu kebanggaan Raven, sahabatnya.
"Masuk." Jawab Raven dari dalam.
Devon hanya melirik Raven tidak mengerti. Bagaimana ia dapat menggantikan posisi Makhluk di depannya saat bertemu dengan calon anggota barunya jika dirinya saja tidak mengerti apa-apa. "Apa kau gila heh."
Yang di tanya tidak menjawab.
"Meverick. Apa kau gila menyuruhku untuk menggantikan posisimu," oceh Devon.
"Aku tidak bisa menghadirinya, aku memiliki acara mendadak." Komentar Raven santai.
Devon menatap Raven, penuh pertanyaan. "Acara apa yang kau miliki."
"Aku terlupa, jika hari ini sepupuku berulang tahun, Dev."
"Dasar bodoh!"
Setelah hampir satu setengah jam Devon menyiapkan diri, kini ia sudah berubah menjadi pria formal dengan kemeja hitam lengan tergulung sebatas siku.
"Berandal tetap saja berandal." Raven mengangkat kaki kirinya ke atas paha.
Devon melihat pantulan dirinya dari depan. "Kau berbicara seakan kau pria paling taat agama saja."
"Ternyata aku tampan juga memakai kemeja." Batin Devon.
Bagi Raven, mencari keberadaan Mrs. Maverick merupakan hal terpenting daripada bertemu dengan anggota barunya yang tidak memiliki arti penting untuk hidupnya.
"Aku ingin mencarinya, aku harap kau dapat membantuku hari ini, Devonxta." Raven tersenyum padanya.
El Raco-Rambla Catalunya
Restauran dengan ratting seperti restauran bintang 4 tersebut menjadi pilihan dari coach Alex Dan Devon.
"Bienvenido, por favor. esta es la lista del menú." Ucap pelayan berbaju hitam putih menyodorkan sebuah santapan menu di restauran.
"Tabla de,'espadernes' (4 unidades). Bawa semua menu malam hari ini," jelas Pria bermanik biru tersenyum ramah.
Pelayan tersebut menyalin kembali pesanan yang telah laki-laki itu ucapkan. "Baik, Tuan. Ada lagi?"
"Segelas wine." Sahut Devon lembut.
Devon beralih menatap Vannesa, lalu tersenyum kecil.
Vannesa yang menyadari tindakan laki-laki di hadapannya, menolak. "Maaf, saya tidak meminum minuman bersoda," terang Vannesa. Memang, Vannesa tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya minuman bersoda sejak di usia sekarang. Bahkan ia sama sekali tidak tertarik untuk sekedar mencicipi.
Coach Alex beralih menatap Vannesa, sengit. Lalu Devon memutar bola matanya pelan. "Santai saja," ungkapnya. Mengapa semua orang menanggapi segala sesuatu terlalu serius?"
Coach Alex menaikan alisnya lalu tersenyum menatap Devon yang malam memakai kemeja berwarna hitam dengan lengan yang sudah di gulung sebatas siku. Tidak begitu formal sama seperti mereka, Devon terlihat seperti acak-acak an. "Emosimu masih setenang air di lautan." Alex berkomentar.

KAMU SEDANG MEMBACA
224:(Dua Puluh Empat)
Random"Kamu, adalah nyata yang tidak ku genggam." -Raven Dov Maverick Awalnya, hanya bercerita tentang pria yang memiliki pekerjaan inti menjadi seorang pembalap ulung yang mencoba merekrut anggota baru. Pilihannya pun jatuh kepada wanita muda yang dirasa...