Aeroport de Barcelona - el Prat
Di luar, beberapa orang dari agensi pariwisata dan jasa taxi berdiri di depan pintu keluar bandara, mengatakan sesuatu dengan tulisan Spanyol pada papan yang di angkat sepanjang lengan. Vannesa berjalan terus sebelum menemukan salah satu dari kerumunan orang-orang yang sedang berteriak mencari pelanggannya. Mata Vannesa berhenti tertuju pada pria dewasa dengan papan nama bertuliskan "Vannesa, Indonesian."
Dengan mengarahkan sedikit tenanganya,Vannesa mendorong troli mendekat ke pagar pembatas. Vannesa meninggalkan trolinya dan menerobos keluar dari kerumunan.
"Permisi, Aku Vannesa Misora, nampaknya kau sedang mencariku tuan." Vannesa menarik senyum.
"Es usted la Sra. Vannesa Amora?" -apakah kau nyonya Vanessa Misora?- tanya pria dewasa dengan bahasa spanyol.
"Betul, Tuan."
"Aaahh, Bienvenido a Barcelona, Paddock girl." Pria itu berseru. "Senang bertemu denganmu, Nyonya."
Saat SMA Vannesa memgambil kelas otomotif pada tahun junior dan seniornya. Ibunya tidak mendukung mengenai keputusan yang ia ambil, tetapi pada akhirnya Vannesa mampu meyakinkan sang ibu untuk belajar lebih dalam di sekolah menengah atas. Ketertarikannya terhadap dunia otomotif ia temukan semasa kecil, sebab seringnya bermain balap-balap an bersama kakak laki-laki dan sang ayah. Selain menjadi penulis, Vannesa memiliki pekerjaan inti yaitu menjadi Paddock girl di salah satu agensi besar Indonesia. Pekerjaan inilah yang Melissa manfaatkan untuk rencana liciknya.
Pria paruh baya itu mengambil koper yang berada di samping Vannesa. "Mari, saya bantu, Nyonya."
"Ae! Thank you, Sir, Mivae." Vannesa melirik nametag yang berada di sisi kanan saku kantong kemejanya. Vannesa sendiri pun membawa paper bag berisi cemilan yang tak sengaja ia beli di swalayan dalam bandara.
"Kenapa kau tidak bersama dengan tim agensimu yang lain, nona?" tanya Mivae sambil menyodorkan perpen yang berada di atas dashboard. "Apa kau ingin?"
Vannesa tersenyum. "Tidak, Sir. Terimakasih."
Memang benar, jika Vannesa mencintai kegemerannya di bidang otomotif. Tetapi terkadang dirinya juga merasa menyesal telah memperdalam ilmu otomotif. Sebab jika ia tidak memasuki dunia per otomotif an maka dirinya tidak akan terjebak dalam dunia gelap Melissa.
"Sepertinya kau menggemari otomotif, nona Misora." Mivae bertanya seolah pria paruh baya itu tahu akan kebeneran.
"Memang, sir. Saya menggemari dunia otomotif." jujur Vannesa.
Mendadak ia ingin sekali pergi ke sebuah tempat peribadatan mendoakan keselamatan ibu dan ayahnya. Pilihannya menerima ajakan coach Alex adalah kesempatan Vannesa untuk membawa kembali kedua orang tuanya ke rumah sederhana mereka dan tampaknya ia harus menelan setiap resiko yang akan ia hadapi kedepannya. Pada akhirnya dirinya tidak bisa mengulang waktu untuk menolakan ajakan coach Alex. Setidaknya Vannesa memiliki kontribusi besar setelah ini.
Circuit de Barcelona-Catalunya.
Race director room merupakan ruangan pimpinan lomba. Dari sinilah seluruh kegiatan balapan dapat dipantau. Mulai dari catatan waktu dari sang pembalap hingga gambar yang terhubung ke kamera jump start bahkan sampai gerak-gerik pembalap dapat diketahui.
Vannesa sedang mencari kamera jump start di dalam race director room untuk ia bawa ke pitstop. "Kev, apa kau melihat kamera jump start?" tanya Vannesa.
Kevaiter yang di tanya pun menggeleng tidak mengetahui. "Tidak, Nes."
"Baiklah." Vannesa pun berpindah tempat mencari kamera tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
224:(Dua Puluh Empat)
Random"Kamu, adalah nyata yang tidak ku genggam." -Raven Dov Maverick Awalnya, hanya bercerita tentang pria yang memiliki pekerjaan inti menjadi seorang pembalap ulung yang mencoba merekrut anggota baru. Pilihannya pun jatuh kepada wanita muda yang dirasa...