Sudahlah sepertinya aku terlalu merenung cukup lama, Sampai aku tidak menyadari jika aku terlindung dari gerimis.
Aku mendongak sekilas dan menoleh kesamping, sedikit terkejut melihat kamu berdiri disebelah ku sembari cemberut.
Sungguh, aku tidak menyadari langkah atau lari mu untuk mengejar ku. Mungkin aku terlalu dalam merenung atau terbiasa mendengar langkah cepat dan lari orang orang di sekitarku yang membuatku tidak menyadari kehadiran mu.
Dan kehadiran mu yang tiba tiba ini sukses membuat aku tersenyum. tanpa aba aba dan seizin mu, tangan ini sudah bertengger diujung kepala mu, mengelus Surai halus, indah mu.
Aku tidak berbohong, kehadiran kamu yang terkadang tidak terduga, menjadi hadiah tersendiri untuk ku. Aku menyayangimu dan aku mencintaimu, perlu berapa ucapan, pengorbanan dan tindakan agar kamu semakin tahu itu.
Saat aku mengelus pucuk surai mu kamu selalu menikmati dan mata kita selalu bertemu satu sama lain, tentunya bibir kita yang melengkung keatas serempak.
Berbeda lagi jika aku mengacak-acak surai mu, kamu akan melakukan hal senada dengan ku, tidak tangung tangung setelah itu kamu mengikat rambut ku yang terasa risih bagi ku atau kamu akan meletakkan hiasan rambut mu di kepala ini, itu yang lebih memalukan dan Kamu akan mengancam Jika aku Berani melepas tanpa seizin mu.
Seharusnya kita bertemu di otreto cafe, tempat kita mengobrol, berbagai cerita atau terkadang berkeluh kesah dan juga menjadi saksi awal pertemuan kita.
Jika membayangkan bagaimana pertemuan kita, aku berpikir bagiamana bisa, bagiamana mungkin dan bagaimana seterusnya.
Tepatnya Lima bulan yang lalu. otreto cafe kunjungan keluarga ku setiap dua bulan sekali.
Saat itu, aku , adikku, ayah, dan ibuku Asik mengobrol santai disalah satu tempat duduk otreto cafe. Ayah dan ibu yang kebetulan duduk disebelah kerumunan anak perempuan yang salah satunya ada kamu. mereka tidak sengaja mendengar ucapan sopan dan gaya bicara mu.
Saat kami asik mengobrol tiba tiba ayah mengatakan “ nak, menurut papa, perempuan itu, mempunyai lingkungan yang baik dan sehat. “ aku mengikuti arah pandang ayahku, mengangguk mengiyakan, aku juga mendengar perbincangan yang dimaksud ayah ku. aku akui apa yang ayah ku katakan menurut ku juga benar.
Tiba tiba ibuku menimpali perkataan ayah sembari bercanda. Ya, aku pikir itu hanya candaan. Beliau mengatakan “ Sayang, ibu yakin suatu saat kamu akan bersama gadis itu, kamu cocok dengan gadis itu. iya kan dik?” adikku mengangguk mantap, semua tertawa terutama aku mendengar candaan ibu yang kelewat ngelantur.
Dan aku tidak akan menyangka yang dikatakan ibuku menjadi kenyataan, aku bersama mu, menjadi kekasih mu lebih tepatnya.
Beberapa hari setelah acara dinner di otreto. Aku tidak sengaja bertemu kamu di halte, saat itu sedang hujan, dan seperti yang awal aku katakan, aku menerjang hujan, tak sengaja melihat seseorang perempuan berteduh seorang diri di sana.
Sekitar pukul setengah enam sore waktu itu, aku tidak bodoh, membiarkan seseorang berteduh sendiri di sana atau bahkan berpikir dia menanti seseorang. Lagi pula Halte itu sudah tidak terpakai, beralih fungsi sebagai tempat teduh atau sekedar menanti seseorang.
Aku berjalan ke arah halte, bertapa terkejutnya aku melihat kamu, raut wajah khawatir terukir jelas di sana. Aku teringat perkataan ibu kala itu. dunia sesempit ini atau ini yang namanya takdir.
Aku menepis anggapan yang memusingkan kepala, membuka mantel tas, mengambil payung yang selalu ibu sediakan.
Aku juga menyadari kamu menatap aku terheran heran, baju basah kuyup dan kini mengambil payung di dalam tas. Kamu mungkin beranggapan aku gila dan aku tidak perduli.
Kamu malu malu mengambil payung yang aku sodorkan, aku ingat itu, dan dalam hati aku mengumpat, antara terkejut melihat reaksi kamu dan tidak mengetahui jika kita satu fakultas.
Yang membuat jantung aku tak berdetak semestinya, saat kamu meminta aku berbagi payung, dan bodohnya aku mengiyakan. Melupakan jika aku sudah basah kuyup menyisakan ransel yang terlindung mantel.
Hujan yang seharusnya dingin dan air yang seharusnya membuat ku menggigil entah mengapa terasa hangat, seakan kamu menetralisir dingin menghasilkan kehangatan yang mengitari seluruh tubuh ini.
Konyol memang, apa aku perlu menegaskan jika cinta bisa mengalahkan logika, atau menipu reaksi ? Intinya itu. Aku pun tidak begitu lihai mendeskripsikan cinta. Tapi aku bisa merasakan, karena saat ini aku sedang jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
injuri
Romancekisah cinta yang takkan terlupakan oleh seorang Dewa kanza Pradika Pratama. Pertemuan yang tak terduga membuat antar dua insan itu saling memimiki rasa, terlihat manis namun apakah cinta itu membawa mereka ke jalan yang lebih serius atau sebaliknya...