Belajar Privat

36 5 1
                                    

Suatu hari yang entah kapan itu, kami yaitu empat orang pemuda tanggung tengah belajar privat Di rumah si Amat, salah satu dari empat pemuda tersebut sebab kakaknya adalah seorang guru di sekolah kami.

Gua selalu tersiksa ketika belajar di sana. Bukan, bukan karena pelajaran yang diberikan, tapi karena gua ini masih jomblo! Lo gak bakal tau rasanya kalau Lo bukan jomblo!

Karena guru kami tersebut adalah pengantin baru! Jadi waktu itu masih masa mesra-mesranya, tiap kali beliau mengajar selalu saja ada yang nempel,
udah kayak anak kucing aja.

Gini aja deh, coba Lo bayangkan gimana kelakuan anak kucing yang comel nan menggemaskan ketika ia berada di dekat Lo, dan lagi kucing tersebut suka dimanja! Pengen Gua elus-elus, gua peluk, gua cium, dan banyak lagi.

Tapi Lo gak mungkin bisa melakukan hal-hal tadi terhadap istri beliau! Kecuali kalau Lo mau jadi murid durhaka. Mengenaskan... Joness...

Gua gak tau bagaimana perasaan temen-temen yang lain, mungkin mereka biasa aja, atau memendam rasa jauh di dalam hati. Entahlah.

Dari kami berempat, gua adalah yang paling dewasa, karena masa kecil gua kurang indah... Bukan, bukan, masa kecil gua malah terlalu indah, saking indahnya gua jadi benci bernostalgia.

Beneran gaes, gua gak sarkas, emang kenyataan bahwa masa kecil gua itu begitu indah. Tapi saking indahnya itu hanya dapat dikenang tanpa bisa kau harap kembali terulang. Sangat jauh berbeda dengan kehidupan gua yang sekarang ini. 🤧

Oke, kembali ke cerita utama.

Jadi gua itu sebenarnya dua kali terlambat setahun masuk sekolah, tapi menurut gua gak ada bedanya terlambat masuk sekolah dengan tinggal kelas, intinya gua gak lagi setara dengan teman SD gua!

Satu kali waktu MTS, satu kali lagi pas MA. Hitungannya gua dah tinggal kelas dua kali, padahal gua selalu dapat ranking Tiga besar waktu SD.

Gua merasa telah menjadi yang paling bodoh diantara temen-temen SD gua.
Karena itulah gua gak pernah mau lagi ketemuan sama mereka.

Mungkin karena masalah usia itulah gua menjadi yang paling tinggi tingkat pemahamannya mengenai pelajaran yang diberikan guru kami yaitu kakak dari si Amat yang juga gak akan kalah pinter kalau dibandingkan sama gua.

Secara dia yang paling teliti diantara kami berempat, jadi nilai dia selalu jadi yang terbaik kalau bukan gua.

Gua males banget kalau masalah koreksi mengoreksi, walhasil gua sering, teramat sering malah. Ketika dikasih soal biasanya selalu saja ada "satu" ya! Satu kesalahan, kenapa harus satu? Gua pun gak tau kenapa, mungkin karena gua suka angka satu aja kali ya... 🤔 Entahlah...

Karena gua gak mau dianggap bodoh oleh kalian yang bahkan lebih bodoh dari gua, jadi gua buat alasan yang paling menjaga harga diri gua. Jadi sebenarnya gua itu bisa mendapatkan nilai sempurna, tapi takut riya aja, akhirnya gua pun menyalahkan satu jawaban. Udah jelaskan?

(Sementara gua dalam hati sedang meratap ' astaghfirullahAladzim! Apa yang terjadi kepada diriku ini wahai Tuhan!? Kenapa daku sangat sering salah satu tatkala menjawab soal yang diberikan ketika daring ataupun tatap muka secara langsung!? Apakah ini karma? Sepertinya tidak mungkin... Ampunilah Dosaku ini Ya Allah Ya Ghofur! Jangan biarkan kesalahan masa lalu terulang kembali!' 😭)

Kembali ke cerita utama.

Guru Hifdzi, ya itulah nama beliau, meminta kami untuk menjawab soal yang telah beliau tulis di papan tulis, aku pun langsung menuju ke depan karena terdapat kesepakatan tidak tertulis diantara kami, murid dan guru, bahwa soal akan semakin sulit seiring berjalannya kegiatan ajar mengajar.

Dengan tulisan ala kadarnya, gua pun menjawab soal pertama, karena gua males mengoreksi jawaban, jadi gua hanya memandang sekali, sekilas pula lalu gua balik kanan. Aku pasrahkan hasil akhir kepada Tuhan. Karena manusia berusaha Tuhan lah yang menentukan hasilnya. Begitulah argumen gua.

Seperti yang gua bilang sebelumnya, gua hobi membuat satu kesalahan jika menjawab soal.

Lalu yang kedua, Apis, yang paling muda diantara kami berempat, ia butuh waktu sedikit lebih lama dari gua ketika menjawab soal yang kedua. Jawabannya juga salah satu.

Yang ketiga maju ialah Amat, soalnya agak rumit jika dibandingkan dengan dua soal yang sebelumnya. Mungkin karena dia adalah adik dari sang pemberi soal, jadi soalnya menjadi penuh tantangan.

Karena dia adalah seorang yang teliti jadi tentulah waktu yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut jauh lebih lama dari kami. Tapi hasilnya masih tidak berubah. Salah satu.

Gua curiga temen-temen gua udah sepakat untuk mengikuti hasil yang gua punya 🤔 kenapa bisa begitu kebetulan coba? 'Pasti ada sebuah konspirasi yang disembunyikan dari diriku' begitulah batin gua.

Dan yang paling kita tunggu-tunggu, WAPI!!! yup, dia harus ditunggu dulu sebelum maju, secara dia adalah yang paling bego diantara kami berempat.

Buka buka buku buku dulu~ tanya tanya sama temen di sampingnya~ kebetulan konfigurasi tempat duduk kami hampir selalu sama. Dia selalu duduk paling kiri di samping Apis.

Ketika gua melamun karena WAPI belum maju maju padahal waktu terus berlalu. Apis bertanya ke gua

''Sob, apa bahasa Arabnya OLEH?"

Lalu gua bertanya ke Amat.

"Mat, apa bahasa arabnya OLEH?"

Dia pun bertanya ke Malaikat Rakib yang berada di sampingnya. Enggak deng, canda doang, mana mungkin dia bisa ngomong sama Malaikat.

Dia jawab.

"Gak tau"

Gua juga bilang begitu ke Apis.

"Gak tau"

Lalu Apis pun ngomong kayak gitu juga ke WAPI. Oohhh.... Jadi WAPI yang bertanya. 🗿

Bukankah itu artinya, WAPI bertanya ke Apis lalu Apis bertanya ke gua lalu gua bertanya ke Amat yang menjawab "Gak tau" sungguh membagongkan...

kami menunggu WAPI  maju agak lebih lama daripada ketika kami menunggu Amat menyelesaikan jawabannya.

Dia pun akhirnya maju juga setelah mendapatkan jawaban berantai dari kami, dia maju dengan cepat, lalu menjawab tanpa banyak berpikir lagi, karena sudah dirancang sebelum dia maju. Mundurnya bahkan lebih cepat.

Dan hebatnya lagi! Dia gak salah satu sebagaimana kami sebelumnya! Ini membuktikan bahwa mereka bertiga tidak berkonspirasi di belakang gua. Tapi hanya berdua, Amat dan Apis... Mungkin mereka malas mengajak WAPI yang notabenenya agak blo'on.

Well~ sebenarnya WAPI salah dua sih, yang mikirnya lama aja bisa salah dua! Apalagi kalau mikir kilat kayak gua, auto lebih banyak dah... 🥴

Gua harap mereka bertiga (Amat, Apis dan khususnya WAPI) tidak membaca diary gua yang penuh aib ini.

adiós mi amigo~










Karya Ini Butuh PembacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang