8. Hero II

119 27 2
                                    

vote&comment jangan lupa yeorbun biar aku makin semangat update
happy reading<3

××××

"Tupai! Tupai!"

Pelan-pelan Rose mulai membuka matanya dan mendapati Jungkook yang tengah menatapnya sembari menepuk-nepuk pipinya.

Rose tersentak kaget, "Sir, mereka-"

"Mereka sudah pergi. Kamu nggak apa-apa?!" Jungkook membantu Rose berdiri. "Kamu... Kamu terluka?" Dengan cemas Jungkook memperhatikan wajah Rose.

"Tunggu disini, saya ambil mobil dulu dan nganter kamu pulang" ucapnya.

Tak berapa lama Jungkook datang.  Jungkook membuka pintu mobil dan membawa Rose ke dalam mobilnya. Setelah menutup pintu mobil ia menuju kursi pengemudi. Rose yang sudah lemas tidak bisa melakukan apa-apa. Jungkook memasangkan seat belt untuk Rose.

"Saya antar kamu pulang" ucapnya lalu menyalakan mesin mobil.

Diperjalanan, Jungkook terus memandang Rose dengan khawatir.

"Sir.." lirih Rose. Ia yang tidak tega hanya bisa mengelus lembut kepala Rose, seolah memberikan sinyal kuat untuk Rose.

×××××

Jungkook memberhentikan mobil di depan rumahnya. "Kita obati lukamu dulu, Kakakmu bisa panik kalau melihat keadaanmu kayak gini." Jungkook lalu turun dari mobil dan segera membukakan pintu untuk Rose. Ia membawa Rose ke dalam rumahnya.

Setelah menyuruh Rose duduk di ruang tamu, Jungkook dengan cepat masuk dan mengambil kantong air es dan kotak P3K.

Jungkook duduk didepan Rose dan mulai mengamati wajah wanita di hadapannya itu. Tangannya terangkat untuk menyentuh dagu Rose mengarahkan pipinya ke arah lampu. "Parah juga".

Jungkook mengambil obat, lalu menuangkan sedikit dikapas. Ia mengoleskan obat pada luka Rose, Rose sedikit menjerit karena perih.

"Tahan sedikit, kalau nggak diginiin lukamu bisa bengkak, bahkan infeksi". Dengan hati-hati ia mengoleskan obat itu disekitar tulang pipi Rose.

Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa senti. Rose berdebar menyaksikan pemandangan didepannya kini, melihat rambut dan baju Jungkook yang masih basah karena pertandingan tadi.

"Nah, sekarang baru bisa diplester," ucap Jungkook, kini ia menatap mata Rose yang juga tengah menatapnya. Mereka saling pandang dalam diam.

"Ada apa?" Jungkook tersadar duluan.

"Mmh... makasih," ucap Rose canggung. Ia takut gurunya itu sadar bahwa Rose tadi terhanyut oleh tatapannya. "...sir udah nolong aku."

"Sudah kewajiban, saya kan guru kamu. Mana mungkin saya membiarkan murid sendiri disakiti?" Ia lalu memplester luka Rose. Ia juga menyuruh Rose menempelkan kantong air pada memar disekitar lukanya. "Ada luka lain?"

Rose menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan memar di lengannya yang terasa sangat perih kalau ia menggerakkan tangan.

Rahang Jungkook mengeras saat melihatnya. "Bajingan!" umpatnya tertahan "Siapa Mereka? Kenapa mereka bisa berbuat kayak gini ke kamu?" Ia duduk disamping Rose dan membersihkan luka dilengan dengan kapas yang sudah diolesi alkohol. Rose meringis menahan sakit.

"Beberapa bulan lalu aku mau berbagi mereka sedang godain cewek di mall. Bukan cuma godain tapi sampai nyolek nyolek cewek yang lagi sendirian itu.  Kurang ajar banget. Waktu salah satu dari mereka sudah mulai keterlaluan, saya tarik cewek itu, kemudian saya tampar cowok kurang ajar itu. Kami jadi tontonan. Sempat terjadi keributan, lalu satpam datang, terus gerombolan itu pergi dengan marah. Hebat, kan?" Rose tersenyum getir sambil menahan perih dilengannya.

"Hebat apanya? Itu tolol namanya? Kenapa nggak panggil satpam dari awal? Cari masalah aja" ujar Jungkook sewot "Memang kamu dapat apa setelah bersikap sok heroic kayak gitu?"

"Seorang sahabat," Rose menghela nafas. "Cewek yang aku tolong itu Sejeong. Sejak kejadian itu, kami dekat dan jadi sahabat. Tapi hari ini, persahabatan kami putus karena kesalahpahaman. Saya nggak nyesel itu terjadi karena akhirnya aku tahu ternyata dia jadi sahabatku cuma karena merasa punya utang Budi. aku nggak butuh teman kayak gitu," Rose kembali menatap Jungkook yang sedang membalut lukanya dengan perban.

"Mungkin kamu aja yang punya pikiran begitu. Bisa aja kan, Sejeong tulus jadi temanmu, nggak ada hubungannya dengan pertolonganmu waktu kejadian di mall itu."

"Sudah nggak penting lagi apakah dia jadi temanku untuk balas budi atau memang tulus. Yang jelas, dia udah nyakitin aku, bilang hal-hal jelek tentang aku. Dan yang paling percaya dia nggak percaya sama aku. Emang sahabat kayak gitu?" Rose berusaha meyakinkan Jungkook kalau dia tidak sepenuhnya salah, atau bahkan memang tidak salah.

"Apa sahabat juga seperti yang kamu lakukan? Mendendam, nggak mau ngalah dan nggak mencoba menyelesaikan masalah? Bersahabat itu artinya saling menyayangi, mempercayai, dan mau mengerti." Jungkook berhasil memojokkannya. Sepertinya Jungkook tidak berada dipihaknya. Ia merasa ini tidak adil.

"Harusnya Sir ngomong begitu ke dia, bukan ke aku. Dia yang nuduh aku yang nggak-nggak, dia nyalahin aku atas hal yang nggak kulakuin, dia yang nggak percaya sama aku."

Jungkook mengikat perbandingan kasar, membuatnya meringis kesakitan. "Terserah bagaimana pendapatmu." Jungkook berdiri "Saya akan mengantar mu pulang sekalian menjelaskan apa yang terjadi pada Kakakmu."

"Nggak usah! Aku bisa pulang sendiri. Aku yakin nggak akan pingsan di tengah jalan." Rose berdiri tapi lututnya tiba-tiba terasa lemas. Ia terhuyung dan hilang keseimbangan. Untungnya Jungkook dengan cepat menangkap tubuhnya.

"Kamu bisa berhenti nggak sih, bersikap sok kuat kayak gini," bentak Jungkook kesal. "Saya punya tanggung jawab sama kamu"

"Karena Sir wali kelasku? Kita nggak lagi dikelas dan Sir bukan siapa-siapaku." Ia menatap mata Jungkook dengan kesal, lalu ia tersentak melihat memar ditulang pipi kanan Jungkook.

"Saya..." Jungkook tidak melanjutkan ucapannya karena tangan Rose kini menyentuh wajahnya.

"Sir terluka..," ucap Rose lirih.

"Bukan apa-apa," balas Jungkook ketus "cuma luka kecil karena saya bertindak bodoh menolong orang yang bukan siapa-siapa saya."

Hati Rose mendadak bergetar. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa sedih dengan apa yang terjadi pada Jungkook. Ia merasa bersalah. Ia menyesal telah bersikap buruk pada Jungkook. Ada perasaan aneh dalam hatinya. Bersalah, menyesal dan sedih. Matanya mulai basah, "Sir, maafin aku, aku sudah bersikap kasar, padahal gara-gara aku sir jadi luka gini," ucapnya serak, ia berusaha menahan air mata.

"Jangan ngomong gitu. Biar sampai babak belur pun, saya tetap akan nolong kamu dan nggak biarin mereka nyakitin kamu"

Dan tanpa sadar tangan Rose terangkat memeluk Jungkook, "Makasih..." bisiknya.

Jungkook menepuk lembut kepalanya, "Sudah, jangan dramatis begini. Kamu jad nggak kayak Tupai, Murid yang paling Badung"

Malam ini Jungkook berhasil menjadi Hero untuk Rose.

****

To be continued

****

Jungkook jadi hero ini wkwk!

TUPAI ; TaeRoseKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang