Setelah sekian purnama akhirnya gue berhasil menyelesaikan semester satu hingga semester tujuh dengan nilai yang sangat memuaskan. Hanya memiliki nilai B- di satu mata kuliah yang gue ambil di semester lima.
But, it's okey. Setidaknya nilai gue tidak separah Devon maupun Rehan. Rehan memiliki satu nilai D dan tujuh ragam nilai C. Yang gue salutin dari Rehan, dia tidak memiliki ragam nilai B (B+, B, maupun B-) di portalnya. Hanya nilai A dan A- saja disertai dengan nilai C maupun D. Sedangkan Devon memiliki 3 buah nilai C, selebihnya nilai A dan B yang berserakan.
Pagi ini gue tinggal sendirian di rumah karena Kendrick harus ke kampus lebih dulu untuk melaksanakan tugasnya sebagai Dosen Pembimbing Akademik (PA). Sekarang gue tengah menikmati sarapan yang ada di meja makanan di mana Kendrick yang memasaknya.
Ponsel berbunyi, menampilkan video call grup antara gue, Devon, dan Rehan.
Gue berdecih lalu mengangkat panggilan videonya. "Bisa sabar nggak sih? Ini gue lagi sarapan. Kalau gue mati gara temani kalian konsul mau tanggung jawab?"
"Orang-orang sarapan jam 7 njirr bukan jam 9 bolong begini." Sindir Rehan.
"Itu mah orang-orang. Bukan gue."
"Kami baru sampai depan rumah lo." Devon mulai angkat bicara.
"Astagfirullah. Ini gue baru dua suap sumpah. Masuk aja deh kalian, ikutan sarapan bareng gue."
"Bol--"
"Kami di luar aja." Potong Devon. "Buruan!"
"Kenapa nggak masuk? Masih belum bisa move on dari Neysa?"
"Jangan sampai mulut lo gue sumpel ya, Han!"
"Diam-diam Devon masih suka mandangin foto lo lho, Ney."
"Gue keluar sekarang." Gue mematikan sambungan vidcal grupnya lalu buru-buru ke luar rumah.
Gue berjalan dengan tatapan tajam tertuju ke Rehan. Bukannya takut, Rehan malah tertawa cengengesan melihat gue.
"Noh lihat Devon!"
"Masya Allah?!"
"Ini bukan pertama kalinya Neysa pakai jilbab njirr."
"Cantik luar dalam--"
"WOI! Lu kalau ngomong suka ngaur banget sih, Von. Istigfar. Cantik luar dalam lambe mu itu! Nih satu lagi, kalian nggak ngehargai perasaan Ken ya? Kalau suami gue dengar gimana?"
"Kenapa kalau dia dengar? Lo di hukum untuk gituan sama pak Ken ya? Kan bener apa yang gue pikir selama ini, pak Ken pasti kasar ya kalau urusan ranjang?"
"Anj--Astagfirullah Al'azim. Sabarin Hamba ya Allah. Ingin sekali hamba mencakar-cakar mulut Rehan ya Allah, tapi hamba kasihan sama kak Farah nggak bisa cipoan lagi sama Rehan ya Allah."
"Do'a yang bagus. Ntar gue nggak bisa nikmati bibir manis kak Farah ya 'kan? Tapi ni ya kak Farah kalau udah ciuman, beh. Serasa ingin gue nikahin detik itu juga."
"Mapan dulu bro baru nikahin anak orang. Kerja aja nggak punya sok-sok mau nikahin anak orang, anak hukum pula tuh." Ujar Devon yang sadar akan lamunannya atas ootd gue.
"Udahlah buruan! Dah jam sembilan lewat ni." Ketus gue dan memilih masuk ke dalam mobil.
Rehan tampak berpikir sejenak, menyusul gue yang udah masuk ke dalam mobil. "Gue kerja di tempat pak Ken bisa nggak sih? Pencitraan doang biar langsung di acc sama bokap nyokap Farah."
"Nipu itu namanya lo ogeb!" Celetuk Devon yang masih berada di luar mobil.
Gue tertawa cemooh. "Ingat, gue orang pertama yang cepuin lo ke bokap nyokap kak Farah."
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH ME, PLEASE
Novela JuvenilPERJODOHAN anak kuliah dengan dosen muda dikampusnya. ••••••• "Oke. Kalau gue berhasil jadi cewek feminim lo bakal ngasih apa?" "Anak?" 🧚♂🧚♂🧚♂🧚♂🧚♂ Note : Lanjutan dari cerita aku yg berjudul 'I Love You, Young Lecturer'. Maka dari itu, bac...