Tap tap tap
Seisi kelas tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Badan terasa dingin seketika. Jantung berpacu dengan cepat.
"Assalamualaikum," ujar guru perempuan dengan jilbab ungu itu dengan lantangnya.
"Waalaikumussalam."
"Dina, bawa kursi ke depan. Bawa kertas, pulpen, kalkulator. Rafa, Bintang, Raina bawa kursi juga ke depan dan duduk samping Dina. Rafi, Reza, Bulan, dan Sekar bawa kursi ke belakang mereka. Yang lainnya atur duduk berjarak ikuti seperti biasa!"
Semua menatap sekeliling dengan pias. Posisi ini, yah seperti biasa. Ulangan dadakan!
"Nomer 1!"
Semua seketika langsung berada pada posisinya. Mendengarkan soal dengan seksama dalam keheningan yang mencekam, sesegera mungkin menulis jawaban setelahnya.
"Nomer 2!"
"Bentar dulu bu," ujar salah satu siswi dengan nada yang lemah. Sepertinya dia belum selesai menjawab soal pertama. Namun Bu Armi, guru yang kini tengah duduk sembari melihat buku dan sesekali menatap sekeliling dengan tajam itu tidak peduli. Tetap melanjutkan soal kedua.
"Heh kamu! Ngapain celingak-celinguk?"
"Saya cari tip-ex saya bu. Gak tau kemana."
"Coret saja. Jangan banyak alasan kamu."
Bu Armi kembali melihat buku di tangannya. "Nomer 3!"
Begitulah seterusnya sampai 10 soal terlewati dengan heningnya. Kemudian dikumpulkan dan dikoreksi bersama dengan nama pemilik kertas dan pengoreksi yang berbeda.
"Lo dapet nilai berapa Ra?"
"50. Lo?"
Gadis yang bernama Raina itu menghela napas, kemudian bersandar pada kursinya. "Apa yang diharepin sih dari ulangan dadakan kayak tadi? Cepet pula. Tulisan gue udah sampek kayak tulisan dokter gini aja tapi tetep aja tuh soal gak kejawab semua. Yang kejawab juga banyak yang salah pula."
"Emang berapa?"
"30."
"Syukurlah, ada yang lebih jelek dari gue."
Raina mengerutkan keningnya, matanya menyipit menatap Mira yang duduk di sampingnya.
"Kurang ajar sekali ya anda." Tangan Raina terulur, menampol Mira.
Mira tidak merasa bersalah. Dia justru tertawa melihat wajah masam teman sebangkunya itu. Sudah biasa.
"Ra, nih tip-ex lo."
Mira melihat Rafa dengan tatapan datar. "Jadi tip-ex gue ada di lo? Dan karena itu gue jadi kena semprot Bu Armi gegara nyari tuh tip-ex."
Rafa nyengir. "Lagian tadi tuh tip-ex ada di meja gue. Jadi pas disuruh maju bawa kertas pulpen ya gue bawa aja sekalian."
"Oh ya itu kan bisa di meja lo juga karena lo sendiri yang minjem tadi pas pelajaran akuntansi dan keuangan."
"Iya, iya maaf. Gue traktir makan deh."
Mira nyengir lebar, matanya berbinar. Makan gratis, siapa sih yang gak mau?
"Eit, gue juga!"
"Iya, iya. Apa sih yang enggak buat cewek-cewek cantik ini." Rafa menaikturunkan alisnya.
Raina menangkupkan kedua tangannya. Menatap Rafa dengan binar. "Wah, lo emang paling the best."
Rafa nyengir. "Iya dong. cowoknya siapa dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Love And Destiny
Ficção AdolescenteTakdir yang diinginkan siapa yang akan menang? Rafa yang sangat mencintai Mira, sepupunya. Raina yang mencintai Rafa sejak pertama jumpa. Atau Biru yang entah sejak kapan menyukai Mira sedangkan dirinya mempunyai pacar bernama Naira? Siapa yang...