CHAPTER 2
Suara ribut perdebatan dua orang gadis menggema di salah satu kamar milik keluarga Nareswara. Ibu, ayah beserta kakak laki-laki dari salah satu gadis itu, yang sedang berkumpul di ruang keluarga hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarkan keributan mereka. Sementara itu di kamar yang didominasi warna kuning tersebut, nara sedang bersusah payah menarik kikan dari atas tempat tidur.
"gue bilang gue gak mau!" Kikan menarik celananya yang hampir melorot akibat ikut tertarik tangan nara.
"please ki ? mau ya ? ya ya ya ?" bujukan nara hanya di anggap angin lalu oleh kikan.
"pokoknya gue bilang gak mau ya gak mau !"
Nara mendengus sebal saat melihat sahabatnya sepertinya tidak ada niat untuk menurut padanya dan malah semakin mengeratkan cengkramannya pada besi di kepala ranjang.
"Kok lo gitu sih, kalo nanti kalo gue dicabulin kak alva gimana ? mau lo liat temen lo yang imut ini kehilangan kegadisannya ?" Sebenarnya ia akan ikhlas-ikhlas saja kalau sampai alva melakukannya, membayangkannya saja sudah membuat nara gerah hingga pipinya perlahan memerah. ia menggelengkan kepalanya untuk menghentikan khayalan gilanya sebelum semakin parah.
"gak usah halu deh, gue aja sangsi si alva mau deket-deket lo apalagi buat nyabulin lo. yang ada lo terkam duluan tu si alva" cibir kikan yang langsung dihadiahi tepukkan keras di bokongnya oleh nara. Temannya ini bicara memang kadang suka benar dan membuat nara malas mendebatnya. Karena nara merasa kelelahan akhirnya ia memutuskan untuk berhenti membujuk kikan dengan cara bar-bar, ia sepertinya harus putar otak agar berhasil membujuk kikan untuk menemaninya kamping besok dan dua hari kedepan. Kerongkongannya terasa kering, untung saja nyonya pemilik rumah alias ibunya kikan tadi dengan penuh perhatian sudah mengantarkan 2 gelas es jeruk beserta beberapa camilan untuk ia dan kikan.
Nara meneguk es jeruknya hingga tandas, ia benar-benar kehausan sepertinya. Nara menghadiahkan tatapan kesalnya pada kikan yang sekarang sudah duduk di pinggir ranjang sembari mengelus pinggang rampingnya yang sakit akibat sesi tarik menarik tadi. ralat, karena faktanya nara-lah yang sedari tadi terus menarik kikan.
"lo ikut ya ki, lo kan tau gue gak ada pengalaman organisasi, mana gue gak kenal mereka lagi!" Nara berusaha memasang tampang sememelas mungkin berharap kikan akan luluh.
"gue ada janji sama risky, lo kan tau gue sama dia jarang ketemu" Nara dapat mendengar nada meminta pemakluman dari kikan.
Bukannya nara tidak tau masalah hubungan sahabatnya dengan risky kekasihnya yang sangat jarang bertemu. Tapi ia juga sangat membutuhkan kikan besok dan dua hari kedepan, ia tidak ingin berada ditengah-tengah kumpulan orang asing pada acara kamping besok. Meskipun acara itu hanya akan diikuti murid yang mengikuti ekskul pramuka dari sekolahnya saja, tetapi tetap saja tidak ada orang yang ia kenal dengan baik disana.
"gini aja deh, sebagai gantinya gue siap buat lo telpon kapan pun lo butuh." kikan menaik turunkan alisnya berharap nara menerima penawarannya.
"beneran gak bisa ya ki ?"
kikan menggeleng tegas, membuat nara menghembuskan nafasnya lemah.
Pada akhirnya mau tidak mau Nara harus pergi dengan ada atau tanpa adanya kikan, tidak ada pilihan lain. ia tidak mungkin membiarkan alva berada di alam bebas tanpa pengawasannya. pikirannya seketika was-was mengingat banyak adik kelas yang suka keganjenan ketika ada alva, padahal pada saat itu ada dirinya di sekitar alva. Terlalu bahaya membiarkan alva berkeliaran tanpa pawangnya. Tanpa sadar nara terkekeh geli dengan pikirannya sendiri. Sepertinya bukan hanya singa yang membutuhkan pawang, tapi alva juga. Nara tanpa sadar terkikik geli dengan pikirannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/214627916-288-k96174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND SPOT (On going)
Novela JuvenilPernahkah kamu menemukan seseorang yang menjadi titik butamu ? Titik yang membuatmu buta akan kenyataan, membuatmu lupa daratan, membuatmu tidak peduli bahkan jika seisi dunia menentangmu. Asalkan bersamanya tidak masalah untuk menjadi seorang krimi...