02

98 20 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment gais hehe

Happy readinggggg

.....

Setelah menempuh 30 perjalanan dengan berlari akhirnya Alisa sampai dirumah nya, begitu sampai di pagar rumahnya, Alisa langsung masuk dan berjalan kearah belakang dan masuk lewat pintu belakang.

Karena dirinya datang dengan keadaan yang basah kuyup. Begitu sampai di pintu belakang Alisa langsung masuk dan menemukan asisten rumah tangganya yang kebetulan akan menuju kamarnya.

“Yaampun non Alisa, kenapa bisa sampai basah kuyup seperti ini? Dan darimana saja?” Bi Anni menghampiri Alisa dengan terburu buru dengan membawa anduk yang ada disana.

Alisa tersenyum “Terimakasih Bi” Jawab Alisa mengambil Handul yang diberikan bi Anni. Alisa sangat beruntung ada Bi Anni disini karena dirumah ini yang peduli pada Alisa hanya Bi Anni seorang.

Saat Alisa sedang mengeringkan bajunya dengan Handuk tak lama kemudiaan ada suara langkah yang memasuki dapur saat dilihat ternyata ia adalah Jiyong, Ayah Alisa. Jiyong menatap Alisa yang basah kuyup dengan pandangan khawatir, namun segera diganti dengan kilat pandangan yang marah.

“Darimana saja kau baru pulang? Apakah anak SMA sekarang pulang diatas jam 10?” Tanya Jiyong dengan nada marah dan berjalan mendekati Alisa. Bi Anni yang melihat itu khawatir jika Alisa akan menerima pukulan lagi dari Jiyong.

“A-aku tadi belajar diperpustakaan dan saat akan pu-pulang hujan” Jawab Alisa gugup dan menundukan kepalanya.

Plak

Satu tamparan diterima Alisa, Bi Anni yang melihat itu ingin sekali menghampiri Alisa, namun Alisa segera melihat bi Anni dan mengatakan bahwa ia baik baik saja.

“Kenapa kau selalu membuatku marah Alisa!? Kenapa kau selalu mengatakan belajar belajar tetapi tidak pernah mendapatkan nilai yang sempurna seperti Jeni hah! Mengapa kau sangat bodoh dan tidak pernah membanggakan ku!?” Jiyong memandang Alisa yang terus menundukan kepala.

Jiyong menyeret Alisa keruang kerjanya, Alisa yang terseret hanya mengikuti Jiyong. Begitu sampai Jiyong lansung mendorong Alisa kedalam Alisa hanya pasrah saat tubuhnya menubruk lemari besar yang ada di dalam ruangan.

Jiyong menghampiri Alisa dan mengangkat dagu Alisa agar menatapnya “Apa kau akan terus seperti ini hah? Pulang larut dan bersenang senang diluar? Apa mungkin kau menjadi seorang jalang hah?”

Alisa yang mendengar itu tentu saja terkejut. Apakah sangat buruk dirinya itu dipandangan ayahnya ini?

“A-aku tidak pernah bersenang senang dan me-menjadi jalang ayah” Jawab Alisa berusaha menahan tangisnya.

“Jika tidak menjadi jalang apa yang kau lakukan hingga larut seperti ini hah!? Kenapa kau tidak pernah mencontoh Jeni, lihat dia! Dia tumbuh tanpa seorang ayah dari dulu namun ia tidak pernah mengecewakan ibunya!” Balas Jiyong mengencangkan cengkraman nya pada dagu Alisa.

Alisa melepaskan sekuat tenaga cengkaram Jiyong sampai terlepas “JENI JENI DAN JENI! MENGAPA KAU SELALU MEMBANDINGKAN AKU DAN JENI! DAN MENGAPA KAU SELALU TIDAK BERPIKIR DAN BERKACA MENGAPA AKU SEPERTI INI BUKANKAH INI JUGA ULAHMU JUGA!” Teriak Alisa, keluar sudah semua yang dipendam nya selama ini. Jiyong yang mendengar Alisa berteriak kepadanya sedikit terkejut, karena selama ini Alisa tidak pernah membalas ucapannya.

Plak                                                                                                                                                                              Plak

Dua tamparan kembali mendarat dipipi Alisa, Alisa bisa merasakan asinnya darah yang ada di dalam mulutnya.

“Berani kau berteriak kepada ku hah!” Jiyong menggeram marah pada Alisa.

“Tidak bisakah kau bersikap baik padaku ayah? Bukankah aku ini anakmu juga? Mengapa kau selalu kejam padaku yang jelas jelas anakmu dan mengapa kau selalu baik hati pada Jeni yang bukan anak kandungmu?” Tanya Alisa lirih pada Jiyong.

Alisa mengankat wajahnya dan mentap Jiyong lelah, dengan keadaan wajah yang kacau darah dan air mata yang sudah bercampur.

“Jika kau memang tidak mau berlaku baik kepadaku, mengapa dulu kau membawaku kesini hem? Apakah aku hanya dijadikan tempat untuk melampiaskan amarahmu ayah?” Lanjut Alisa lirih. Jiyong hanya diam menatap Alisa, hatinya sedikit bergetar melihat Alisa yang menatapnya dengan pandangan yang menunjukan bahwa ia sudah sangat lelah.

“Jika kau memang kau tidak mau mengurusku, setidaknya jangan pukuli aku lagi, aku lelah sungguh”

Kini Alisa ada dikamarnya, setelah ucapan terakhirnya tadi Jiyong pergi keluar meninggalkan Alisa didalam ruangan sendirian. Alisa duduk di samping ranjangnya dengan keadaan yang masih sama, Alisa belum mengganti bajunya bahkan sekarang bajunya telah kering dan jam menunjukan pukul 00.00. Alisa masih diam dan tidak melakukan apapun, wajahnya telah berubah menjadi pucat.

“Ibu, apakah kau tidak merindukanku? Mengapa kau tega meninggalkanku disini? Apakah kau sudah hidup bahagia sekarang?” Alisa berbicara dengan angin yang menghembus lewat kaca kamarnya. Ia berdiri dengan susah payah lalu melangkah keluar kamarnya dan memandang langit indah.

“Kenapa aku tidak dilahirkan menjadi bintang saja Tuhan? Menjadi manusia rasanya sangat menyakitkan untuku,” ucap Alisa lirih.

Alisa merasakan pusing dikepalanya. Alisa menunduk dan memegang kepalanya yang berdenyut hebat, ia merasakan ada darah yang mengalir dari hidungnya. Apakah ini efek dari ia kehujanan tadi dan belum mengganti pakaiannya?

Alisa masuk kedalam kamarnya dan segera menuju kamar mandi, ia membersihkan darah yang terus mengalir dari hidungnya.
“Ada apa denganku, megapa darahnya tidak mau berhenti” Alisa terus berusaha menghentikan darahnya.

Sekitar 10 menit berlalu, akhirnya darahnya berhenti namun kepalanya terasa sangat pusing. Tubuh Alisa terjatuh kebawah.

“Jika kau ingin mengambilku sekarang aku siap Tuhan” Perkataan terakhir Alisa sebelum ia kehilangan kesadaran dirinya.

.
.
.
.
.
.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya :)

A L I S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang