tiga

204 39 5
                                    


Milo baru saja sampai didepan kelas dan sepatu tepat melayang mengenai kepalanya.

Cowok yang merupakan pelaku pelempar itu segera menghampirinya dengan wajah bersalah." Astaga, maaf Mil, gue nggak sengaja. Salahin Devon yang bego."

"Kenapa jadi gue bangke?!" Cowok jangkung bernama Devon menyahut tidak terima.

"Kalo lo nggak ngehindar gak mungkin kena Milo kampret!"

" Ya, malah kena gue ogeb betdah lu Soir!"

"Nama gue Rios!"

Milo langsung menyela dengan cepat sebelum Devon bersuara. " Gue nggak papa kok. Cuma sepatu yang lo lempar bukan kursi . Bisa-bisa gue benjol entar."

Cowok bernama Rios itu seketika memasang wajah shock dan menatap Devon." Dia kesurupan ya?"

Bukannya menjawab, Devon malah memegang bahu Milo dengan wajah tegang." Mil, gue tahu lo nggak mungkin berubah cuma karena dilempar sepatu ama si Soir."

"Rios setan!" ucap Rios geram karena Devon selalu membalik namanya.

Milo yang mendengarnya terkekeh, gemas melihat wajah Rios dan Devon yang melihatnya dengan wajah horor seperti melihat setan.

"Memang gue harus gimana njir? Mukul kepala lo berdua pake kursi?"

Rios mengangguk." Begitu lebih baik sih." Milo tersentak

"Serius?"

Devon mendelik." Ya nggak gitu juga kampret!"

Milo menghela napas." Yaudah, bangku gue yang mana?"

Pertanyaannya membuat Rios dan Devon menatapnya aneh.

"Lah, lo amnesia?" tanya Devon, yang dijawab anggukan kecil oleh Milo.

"Lah, kalian nggak tahu?"

Jawabannya membuat mereka berdua kaget.

" Jadi yang dikasih tahu di grup itu benar," gumam Rios, lalu menatap Milo yang tersenyum kecil.

"Jadi lo lupa dong sama kami?" Pertanyaan Devon dibalas anggukan oleh Milo.

"Tapi tenang kok, aku udah ngehapal semua nama dan wajah teman sekelas beserta guru. Jadi aku bisa tahu nama kalian."

Memang, Milo meminta mamanya sebelum pergi meminta data tentang teman sekelasnya dengan alasan agar saat disekolah tidak bingung, dan hal itu tentu saja disetujui mamanya. Dengan otak pas-pasannya, butuh banyak waktu mengingat.

Memdengar jawaban Milo, Rios dan Devon mengangguk paham.

Milo mengalihkan perhatiannya kesekeliling kelas yang sepi. Memang hanya dua cowok ini yang ada serta satu gadis bernama Sekar yang duduk dipaling depan sambil belajar, tidak memperdulikan keadaan sekitar serta suara berisik mereka.

"Yang lain belum datang yah," ucap Milo sambil menatap Devon.

"Baru jam enam pagi. Semuanya kan pada lelet. Nggak kaya gue yang selalu datang pagi." Kata Devon sambil menyugar rambutnya kebelakang.

"Alah, lo datang juga karena hari ini emak lo yang ngantar," cibir Rios kesal yang hanya dibalas cengiran oleh Devon.

"Jadi sayang Soir," ucap Devon genit

"Najis!"

~~~~

Kelas sudah mulai ramai. Para siswa sudah berdatangan. Milo sebenarnya merasa tidak nyaman, karena banyak yang menatap kearahnya lalu saling berbisik, pasti membicarakannya.

Nggak sopan!

"Hai Milo, gue senang lo sudah sembuh." Milo menatap dua cewek yang berdiri dihadapannya. Mody dan Fina.

Milo tersenyum." Iya makasih."

Mody tersenyum cerah dan langsung duduk disamping Milo sambil memegang tangannya." Gue senang banget akhirnya lo bisa senyum juga, Mil. Coba aja dari dulu lo gini ramah sama gue, udah jadi sahabat kita."

Milo meringis. Dirinya tahu, sifatnya yang dulu memang menyebalkan.

Fina yang masih berdiri juga ikut mengangguk." Iya, lo dulu ansos dan selalu nggak suka kalo didekatin."

"Lo juga dulu gampang marah banget. Jadi gue dulu benci banget sama lo," lanjut Mody dengan wajah cemberut.

Milo sekali lagi meringis." Lo orangnya blak-blakan yah." Menatap Mody yang gelalapan.

"Ehh tapi sekarang nggak kok. Gue jadi pengen temenan lo ama lo Mil."

Tiba-tiba Junet, cowok bermata sipit dengan lesung pipi menghampiri meja mereka. Menatap Mody kesal." Minggir lo dari kursi gue."

Mody memasang wajah cemberut dan menyingkir sambil menjulurkan lidah kepada Junet." Nyebelin lo. Orang gue cuma duduk, nggak maling tempat lo!"

Junet tersenyum miring." Orang jelek nggak boleh duduk ditempat gue." Mendengar itu, Mody menendang kaki Junet lalu kabur dengan cepat, diikuti Fina yang tidak mau terkena amukan juga.

"MILO, POKOKNYA KITA TEMENAN!" teriak Mody

Junet meringis mengelus kakinya yang sakit." Sialan lo Mody."

Milo yang melihat kejadiannya itu hanya bisa diam. Dirinya kan nggak kenal sama mereka semua. Cuma tahu nama, sifat mereka semua dirinya nggak tahu. Apalagi dengan teman sebangkunya si junet ini. Dilihat dari tadi, sepertinya tipe cowok yang cuek dan nyebelin. Milo jadi bergidik, kenapa harus sebangku dengan cowok begini.

Tapi ganteng, batinnya

Junet yang merasa diperhatikan, menatap kearah Milo dan mengerutkan alisnya tidak suka." Kenapa lo liat-liat?" ucapnya ngegas

Milo langsung mendelik." Bisa nggak sih, nggak usah ngegas ama gue!"

"Nggak bisa!" balas Junet cuek," dan elo juga ngegas ama gue tadi"

Milo mencebikkan bibirnya kesal.

Nggak jadi ganteng!

Tbc

Hehe, mudahan aja suka :v

Kamis,12 agt 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehidupan Kedua :pTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang