Remedy
Chapter 2: Black SwanAera masih menatap pesan yang terpampang di layar ponselnya meski sekarang sudah lewat lima belas menit dari jam dimana Sunghoon mengirim permintaan tersebut. Ia sedikit bingung sebenarnya, mengapa pacarnya itu tiba-tiba meminta bertemu seperti itu. Biasanya, jika sedang ingin bercerita atau memang ada sesuatu yang perlu untuk dibicarakan, Sunghoon tak pernah meminta keduanya untuk bertemu di tempat spesifik seperti itu. Toh, biasanya ia akan diantar pangeran visual itu untuk pulang juga nantinya.
Tapi apa ini? Apa cecaran Sunoo yang tadi pagi tak cukup membuat perasaannya semakin kacau? Sunoo sudah pulang sejak awal karena katanya ia harus langsung pergi keluar kota untuk menjenguk neneknya yang mendadak jatuh sakit. Aera jadi sendiri, dan satu-satunya teman yang ia punya sekarang hanyalah Sunghoon yang nanti akan mengantarnya pulang. Uh, Jay juga teman sih—katanya. Tapi pria itu kini sudah jarang nampak batang hidungnya entah karena apa. Mungkin karena sudah sibuk dengan pacar barunya. Sementara Aera—dengan bodohnya—dirinya justru masih mengejar pria yang kini sudah tidak ada hubungan apapun sama sekali dengan dirinya itu.
Saat ini, Aera sudah berada di taman dengan tas ransel yang digendongnya sedari tadi dari kelas. Kepalanya menoleh kesana-kemari dengan matanya yang bergulir sibuk mencari keberadaan Sunghoon. Pria itu tinggi, jadi seharusnya mudah untuk dilihat oleh dirinya yang jauh lebih pendek. Tubuh Aera mulai berputar, mencari Sunghoon di titik-titik lain di luar taman karena siapa tahu pria itu memang belum datang. Tapi hasilnya juga nihil. Aera tak menemukan sosok yang dicarinya.
Cukup lama anak itu mencari. Mengitari taman satu kali putaran sudah ia lakukan, namun Sunghoon yang menjadi tujuannya tetap tak kunjung nampak di matanya. Ponsel pun tak luput dari percobaannya untuk mencari remaja itu, tapi tetap saja batang hidungnya belum terlihat sampai saat ini.
Sampai tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Aera dari arah taman diiringi sebuah panggilan lembut yang sedikit mengejutkannya. Aera yang mendengarnya pun spontan menoleh ke belakang, memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat hingga sosok yang memanggilnya itu menyambut pengelihatannya.
"Hey, Ra. Aku di sini loh, apa kamu nggak lihat pas noleh-noleh tadi?" Sunghoon tercengir hingga gigi-gigi putihnya terlihat.
Aera sejujurnya merasa kaget ketika mengetahui Sunghoon datang dari arah yang tadi sudah ia cek, tapi tidak ada siapapun di sana. Namun ketika pria itu mengacak rambutnya dengan senyum manis yang semakin melebar, Aera langsung mencairkan wajah tegangnya dan ikut terkekeh setelahnya.
"Nggak apa Ra, santai aja." Sunghoon berucap setelah melihat Aera tadi sempat tegang. "Kakak nggak marah kok. Lagi capek ya? Banyak tugas? Hm?" Sunghoon memijit bahu Aera sembari mengusapnya sesekali.
Aera hanya bisa tersenyum. Jujur itu terasa sangat nyaman. Pikiran buruknya yang semula tersemat begitu dalam di benaknya seketika lepas begitu saja ketika seluruh afeksi Sunghoon jatuh kepadanya. Kasih sayang pria itu efeknya sangat nyata dan dapat membuatnya merasa damai. Aera benar-benar merasa tenang untuk beberapa saat, sampai ketika ia kembali mengingat bahwa Sunghoon lima puluh persen hanyalah sebagai tempat pelariannya dari Jay, raut wajahnya langsung kembali berubah menjadi kosong seperti semula hanya dalam satu kedipan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Remedy | Jay Park
Fiksi PenggemarJay dan Aera; mereka itu mantan pasangan populer yang bisa berbaikan atau memang sulit untuk saling melupakan?