Bagian Enam

3.1K 432 168
                                    


Keesokan harinya, Harry benar-benar kacau. Walaupun sebagian besar karena kesalahan Eltanin, tapi seluruh kekacauan Harry tidak sepenuhnya salah sahabat penanya satu itu.

Dia terlalu fokus dengan NEWTs dan Draco akhir-akhir ini sampai dia tidak sadar bahwa tanggal 2 Mei adalah tepat satu tahun setelah Pertarungan Hogwarts usai. Di sepanjang hari, siswa-siswa dan profesor banyak diam dan muram. Kelas pagi dibubarkan dengan cepat dan seluruh kelas siang ditiadakan untuk menghormati peringatan yang akan dilaksanakan di Aula Utama. Banyak siswa yang menghadirinya; sementara banyak juga yang tidak sanggup untuk hadir.

Dan karena alasan yang sudah cukup jelas, Draco tidak menghadirinya.

Harry duduk di dekat Ron, Hermione dan Ginny. Akan tetapi, di tengah upacara peringatan, Harry mulai merasakan dirinya dipandangi oleh banyak orang. Ketika keinginannya untuk kabur semakin kuat, dia meremas pundak Ron, memeluk Hermione, dan mengecup puncak kepala Ginny sebelum akhirnya dia keluar dari sana.

Harry berpapasan dengan Luna di perjalanannya ke luar dari Aula Utama. "Halo, Harry," sapa Luna dengan suara lembutnya. "Sungguh hari yang indah untuk diingat."

"Kurasa begitu," Harry menyetujui setengah hati, dengan senyumnya yang dipaksakan. Lalu dia menambahkan, "Ginny duduk di depan sebelah kiri, kalau kamu mencarinya."

"Terima kasih," jawab Luna. "Dan Malfoy ada di perpustakaan bagian belakang, kalau kamu mencarinya."

Harry berhenti berjalan. Dia berbalik untuk mengerjap ke arah Luna. "Tunggu—kenapa kamu memberitahuku dimana dia?"

Sudah setengah berjalan, Luna berhenti dan menatap Harry lagi. "Bukannya biasanya kamu selalu mencarinya?"

Dada Harry mencelos. Apakah sejelas itu?

Luna sekarang sudah sempurna berbalik untuk menatap Harry. "Oh, kamu sedang tidak baik-baik saja sekarang," kata Luna memperhatikan Harry.

"Aku... uh," suara Harry serak. Dia lalu mengacak rambutnya dengan gelisah. "Berapa banyak orang yang mengira seperti itu?"

Memiringkan kepalanya, Luna bergumam sambil berpikir. "Tidak yakin juga sih. Mungkin kami semua sudah terbiasa dengan itu."

"Terbiasa?"

"Iya," Luna mengangguk membenarkan. "Kalian kan sudah memperhatikan satu sama lain selama bertahun-tahun. Jadi ya bukan hal yang baru, walau cara kalian memandang satu sama lain sekarang sudah berubah."

Harry benar-benar menatap Luna sekarang.

Luna hanya tersenyum. "Semoga soremu menyenangkan, Harry." Ujarnya, lalu masuk ke Aula Utama.

Harry berlari ke arah perpustakaan.

.

Saat dia sampai di sana, Harry menemukan Draco sedang bergelung di tempat persembunyian mereka. Matanya menutup, namun ada pena bulu di tangannya dan sebuah buku di pangkuannya.

"Apa kamu benar-benar mengerjakan tugas sekarang?" tanyanya sambil berjalan mendekat, kaget saat Draco tiba-tiba bangun dan terkesiap begitu mendengar suaranya. "Maaf sudah mengejutkanmu."

Draco menatapnya tidak nyaman.

Harry terkejut melihat kantung mata gelap di bawah matanya, kulitnya yang entah kenapa semakin pucat, dan gurat khawatir di dahinya. Pertanyaan yang ingin dia tanyakan—yang awalnya adalah menanyakan tentang bagaimana perasaan Draco padanya—menghilang seketika. "Apa kamu baik-baik saja...?" tanyanya sebagai gantinya, lalu duduk di samping Draco. Sebenarnya ceruknya tidak cukup besar untuk berdua, namun dia menggeser kaki Draco sampai ada ruang untuknya duduk.

✓ Dear Diary (INA Trans)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang