1. AZALEA - Gerimis

33 2 1
                                    

Langit sore ditempat ini masih terlihat indah, sama seperti tahun-tahun yang lalu saat aku duduk dibawah pohon ini dan merangkai sebait kata.
-Lea

Lea meneguk secangkir susu coklat hangat yang dia pesan disebuah kedai kopi tua. Tempat yang lumayan jauh dari sudut kota. Suasana sore itu hening, bahkan suara daun gugurpun bisa terdengar. Hembusan angin membelai pelan seakan-akan memberi kesan sore yang dingin.

Lea menatap hamparan taman dipenuhi bunga Azalea dan Daisy yang cantik. Masih sama, tidak ada yang berbeda. Pohon besar, bangku taman, dan bunga-bunga yang mengelilinginya. Lea tersenyum, menaikkan satu tangannya, kemudian menopang dagunya.

"Lea, jangan cuma main hp. Kerjain tugasnya dulu"

"Lea, serius kalau lagi belajar"

"Lea, niat belajar ato makan sih?"

Suara itu, masih teringat jelas ditelinga Lea. Suara lelaki yang selalu membuatnya terkekeh jika didekatnya. Zafran.

"Hmm ...." Sambil merasa dirinya sudah lelah, Lea menutup laptopnya yang masih memiliki beberapa file tugas sekolahnya.

Mencari inspirasi, mencari ide segar untuk menulis, dan semua dilakukannya sendiri. Bukan karena tidak memiliki teman atau sahabat, Lea lebih senang menelurusi lorong imajinasinya sendiri. Tanpa melibatkan orang lain dalam tugas karya tulisnya.

"Gue pernah tuh baca tulisan, bunyinya gini. Jangan terlalu banyak melamun, lamunanmu tidak bisa menjadi nyata jika kamu terus melamunkannya. Bangkit dan perlahan wujudkanlah. Agar lamunanmu tidak sia-sia. " Suara teduh seperti seorang lelaki yang tiba-tiba duduk didepan meja Lea. Membawa secangkir kopi hitam, dan kini dia tersenyum menatap Lea.

"Apaan dahh,, Za" Lea tersenyum kecil. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba muncul sosok Riza Argantara, teman satu sekolahnya yang baru.

AZALEA GLADYS PRADANA, gadis dengan senyum yang manis. Membuat siapapun yang dekat dengannya merasa nyaman, termasuk Riza. Riza sendiri, sosok yang ramah dan sedikit menyebalkan, menurut Lea.

Selain hobby menulis, Riza juga hobby mengganggu orang lain, termasuk Lea. Tapi, Riza sangat kekeh untuk mendapatkan hati Lea. Iya, hal itu yang selalu dia katakan setiap kali bertemu dengan Lea.

Beberapa pasang mata sudah saling beranjak meninggalkan kedai kopi itu. Terkecuali Riza dan Lea, yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lea yang kembali mengoreksi beberapa tugasnya, dan Riza yang tengah menyibukkan diri. Bermain dengan ponselnya.

Sesekali Riza tersenyum kearah Lea, sangat mencurigakan. Dan benar saja, beberapa potret wajah Lea memenuhi galeri nya. Untuk beberapa kali, Dia mengatur posisi handphone nya agar bisa selaras dengan wajah manis Lea.

Lea yang sudah menyadari kegiatan Riza tersebut, ia menutup laptopnya dan menatap tajam kearah Riza.

"Kenapa, hmm?" Suara berat Rizal terdengar, bukannya marah, Lea malah salting. Tidak biasanya Riza menampakkan wajah seintens itu tepat didepannya.

"S-stop liatin gwa Za!" Ucap Lea dengan nada kesal.

"Kelarin tuh novel lo!" Lanjutnya.

"Heran, nulis satu novel doang kaga kelar-kelar. Gimana mo naik rating lo kalo gitu terus. Mau lo kalo ntar, lo kalah saing ama tulisan gue? " Sindirnya kemudian.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang