Aku hanya ingin menjabarkan unek-unek setelah sekian lama terkubur dalam samarnya kiasan. Aku adalah pecinta keindahan, tetapi kali ini izinkanlah aku menulis lebih langsung dan terbuka. Aku cukup menyambut pendapat lainnya selama tidak memancing kerusuhan. Tidak ada maksud menyudutkan pihak tertentu; tulisan ini murni diekstraksi dari sanubariku.
Kemerdekaan itu sebenarnya masih ada batasannya. Menurutku, kemerdekaan tidak sama dengan kebebasan. Benar kalau dua-duanya perlu perjuangan. Keringat, darah, air mata ... sudah pasti tidak bisa dilewatkan. Mendaki gunung terjal tanpa kenal lelah ataupun keterbatasan kondisi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bentuk gunungnya beragam, yang menunggu di gunungnya apalagi. Rasanya tidak afdol kalau kemerdekaan atau kebebasan digenggam tanpa menjerit atau punya keinginan untuk kabur. Namun, kemerdekaan dan kebebasan bagiku seperti saudara kembar tidak identik.
Yang namanya bebas, ya, tidak ada sekatnya, bisa melanglang buana tanpa perlu mengira sana-sini yang buat pikiran meledak. Namun, kemerdekaan tidak demikian. Masih ada minimal norma universal yang perlu dipahami dan diikuti. Tanpa sadar, kalau memang eksistensi sebagai manusia masih mau diakui, kesepakatan mengenai batasan bersama wajib dicamkan dalam benak. Tidak usah jauh-jauh dari tulisan, kira-kira beginilah ilustrasinya ....
Bayangkan kalau tulisan ini mengandung SARA, secara tidak langsung mengadu domba walau sebenarnya tidak bermaksud demikian, hanya ingin mengutarakan pemikiran .... Tidak perlu menunggu lama, akun ini pasti akan dinonaktifkan berkat laporan mayoritas pembaca tulisan ini. Opini kontra akan memenuhi kolom komentar, tentu karena negara ini punya asas, prinsip, dan landasan yang perlu diterapkan. Bagiku, itu bentuk kemerdekaan berpendapat di negara ini, tapi bukan kebebasan.
Hal yang sama berlaku pula di negara ini. Sudah tujuh puluh enam tahun negara ini merdeka, masih banyak masalah yang membelenggu. Sebagai generasi penerus, tentu selalu lahir usaha putar otak untuk menjadikan negara warisan para founding father ini lebih baik, untungnya semakin konsisten. Namun, mustahil rasanya kalau yang dituntut adalah kemerdekaan penuh. Sama dengan berorasi untuk kebebasan, kira-kira ada berapa banyak isi kepala dari satu desa saja yang perlu ditampung supaya definisi "kemerdekaan penuh" ini terwujudkan? Ingat loh, penduduk negara ini salah satu yang terbanyak di dunia! Daripada cuma bersuara tanpa bertindak, lebih baik negara ini disayang dengan diperjuangkan sesuai porsi tanggung jawab. Lebih-kurangnya negara ini minimal diterima apa adanya. Bukankah tumpah darah ini bakal terharu juga?
#ChallengePenaHarapan #Kemerdekaan #Day01
KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge Pena Harapan
RandomBeragam tema, beragam jenis tulisan (?) Hanya untuk bersenang-senang