🖐Empat 🖐

8 6 2
                                    

Jangan lupa tekan bintang pojok kiri ya, Pou yakin kalian pasti tahu caranya menghargai.

Kalian nemu cerita ini dari mana?

Baca cerita ini tanggal berapa?

Happy Reading

___________

Suasana kelas X MIPA 2 saat ini sangat sunyi, karena mereka sedang mengerjakan soal ulangan harian kimia, pelajaran yang menurut Aina sangat susah. Mella, selaku guru kimia mereka mengamati murid-muridnya yang terlihat kesusahan, padahal dia sudah menerangkan materinya, serta menjelaskan beberapa contoh soal.

Mella membenarkan kacamatanya, melihat salah satu muridnya terlihat ingin menyontek.
"Aina kamu sudah selesai?"

"Belum, bu"

"Jangan ada yang nyontek, kalau sampai Ibu liat. Maka tidak akan Ibu nilai"

"Mampus gue" gumam Aina.

Niatnya ingin menyontek ia urungkan, Aina lebih takut jika tidak mendapatkan nilai sama sekali. Sepertinya nasibnya kali ini sedang tidak baik, lihatlah dia hanya mencoret-coret tidak jelas dan membaca berulang-ulang soalnya.

"Huft, akhirnya terbebas juga dari penjara" Aina berucap sambil merenggangkan otot-otot tangannya.

"Emang semalem lo gak belajar, Na?" Winsya bertanya, dengan tangannya sibuk memasukkan buku-buku miliknya ke dalam ranselnya.

"Belajar sih, tapi gue tetep gak ngerti. Gak nyambung banget soalnya," keluh Aina "kayak hubungan gue sama dia" lanjutnya.

"Hubungan apaan?"

"Lo punya pacar, Na?" tanya Winsya dan Milla bersamaan.

"Hubungan sama seseorang lah, dah lah gue laper. Ke kantin yok"

Keadaan kantin saat ini sangat ramai, waktu istirahat pertama sedang berlangsung, membuat murid-murid SMA Gunung Cahya berhamburan keluar kelas.

Terlihat beberapa siswa-siswi berdesakan didepan Stan kantin, ada juga yang sudah mendapatkan pesanan mereka menuju meja kantin. Sedangkan keempat cewek itu baru saja sampai didepan kantin, mereka melihat sekitarnya mencari tempat yang masih kosong.

Setelah mendapatkan tempat duduk, tepatnya dipinggir pojok. Milla dan Rahma duduk disana sedangkan Aina dan Winsya, mereka pergi memesan makanan.

"Pesan makanan aja, lama banget"

"Sabar Ma mereka lagi ngantri kali, lo kan tau sendiri ini kantin lagi rame. Eh, itu dia mereka"

"Eh, kenapa mukanya kok kayak gitu?"

"Tadi ada sedikit masalah, tapi udah kelar"

"Tadi kita kenalan sama cowok ganteng, siapa tadi namanya, Na?"

Jawaban yang berbeda membuat Milla dan Rahma bingung. "Jadi, yang mana yang bener?" tanya Rahma tanpa basa-basi.
Sekedar info, diantara mereka berempat Rahma paling gak banyak omong, lebih tepatnya trgantung mood nya.

"Tadi tu, kita kenalan sama cowok ganteng," Winsya berucap dengan sedikit berbohong. "Tadi siapa ya namanya?" Winsya berfikir, tangganya mengaduk-aduk soto miliknya.

"Kinoa! Iya Kinoa namanya. Kayaknya gue jadi suka sama dia, deh" ucap Winsya antusias, tangannya menangkup pipinya sendiri. Melupakan sejenak soto didepannya, membayangkan wajah tampan milik Kinoa.

"Lebay lo" Aina mulai menyiapkan soto kedalam mulutnya. Matanya tak sengaja melihat Agil beserta anteknya berada di kantin agak jauh dari tempatnya. Dan yang membuat ia terkejut, ternyata cowok yang menolongnya tadi ada salah satu diantara mereka.

"Berarti mereka temenen" ucap Aina dalam hati.

****

"Hai, boleh gabung?" seorang cowok tak dikenal datang tiba-tiba meminta duduk bergabung.

"Boleh, kak" ucap Winsya kikuk, sedangkan cowok tak dikenal itu terus menatap Aina yang membuat Aina risih.

"Boleh, aku duduk di samping dia?" menunjuk Aina, sedangkan Milla yang memang duduk disamping Aina harus pindah tempat, bergabung dengan Rahma dan Winsya. Untungnya mereka duduk di bangku papan yang panjang.

"Oh iya, kenalin aku Lasmal, kelas XII MIPA 3"

"Salam kenal juga kak, aku Winsya ini Rahma dia Milla dan yang di samping kakak namanya Aina"

"Iya, aku udah tau kok nama Aina. Bahkan dari dulu" Aina menyerngitkan dahinya, bingung dengan pernyataan cowok di sampingnya.

"Aina, nanti pulang bareng ya?"

"Sorry, kita gak kenal"

"Kan tadi aku udah kenalan"

"Gue duluan ke kelas, gue titip bayaran makanannya" Aina beranjak sambil meninggalkan uang sepuluh ribu, mood makanya tiba-tiba hilang seketika. Padahal tadi dia merasa sangat lapar setelah mengerjakan ulangan kimia.

Lasmal melihat kepergian Aina dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan ketiga cewek di depannya memandang dengan tatapan bertanya. Merasa bersalah lebih baik dia beranjak pergi.

"Maaf, gara-gara aku waktu makan kalian jadi terganggu. Kalau gitu aku pergi duluan"

"Iya, gak papa, kak"

Milla beranjak dari tempat duduknya berniat mengejar Aina, "gue duluan"



"Kenapa lo?"

"Kenapa gue baru sadar kalau kak Lasmal sekolah disini juga"

"Emangnya kenapa? Lo terima aja dia sebagai teman kayak dulu, masa lalu gak perlu lo sesali cukup lo pelajari aja. Tentang apa yang gak baik buat dilakukan"

"Gue masih ngerasa sedih, Mil. Bay the way, kok lo di sini? Emang acara makan lo udah selesai?"

"Gue ngejar lo, Aina. Gue tau pasti lo sedih lagi"

"Na, kenapa lo tadi langsung cabut aja waktu kak Lasmal nyamperin?" Winsya datang langsung memberikan pertanyaan.

"Iya, kenapa, Na. Gue bahkan sering liat kak Lasmal merhatiin lo" ucap Rahma menimpali.

"Gak papa, cuma males aja. Sebenarnya kita-gue sama Milla udah kenal dari SMP sama kak Lasmal"

"Lo punya masalah gitu sama dia, makanya lo ngabur gitu?"

"Gak gitu, Winsya. Siap-siap aja nanti ada ulangan fisika" Milla mengalihkan pembicaraan tentang Lasmal, karena dia tahu pasti Aina juga butuh privasi.

"Ulangan mulu, mana mapelnya yang susah-susah lagi. Kayaknya gue salah masuk jurusan deh" ucap Winsya mengeluh.

****

Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu, tetapi kelas X MIPA 2 belum diperbolehkan untuk pulang. Karena, Mella guru mata pelajaran kimia sedang memarahi murid kelas tersebut. Alasannya mereka tidak ada yang mendapatkan nilai yang baik saat mengerjakan ulangan tadi.

Dari ujung kelas sebelas, terlihat empat anak cowok sedang berjalan ke arah parkiran sekolah. Sambil mengobrol atau bercanda bareng.

"Val Val, lo tau kan Winsya adek kelas yang lo taksir itu. Udah digebet sama Kinoa"

"Jangan ngadi-ngadi lo, Val gak usah percaya sama si Mamad, mana mungkin gue nikung temen sendiri" ucap Kinoa tidak terima.

"Heh, gue tadi ngeliat lo kenalan kan sama tuh cewek"

"Cuman kenalan, emang gak boleh?"

"Takutnya dari kenalan berujung cinta" ucap Ahmad diiringi tawanya yang keliatan hambar.

"Gak jelas lo" ucap Rivaldi, berjalan lebih dahulu, terlalu malas mendengarkan ocehan Ahmad yang tidak ada hentinya.


TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak
Terimakasih
210912











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang