Prolog

136 18 10
                                    

Udara malam hari ini terasa dingin hingga menyeruak sampai ke pori-pori. Padahal hoodie berwarna hitam tebal sudah terpasang rapi di tubuh seorang gadis, yang tengah membelah keramaian jalanan kota. Masker yang juga tak tertinggal diwajahnya, membuat ia nampak seperti orang misterius layaknya di film yang sering ditayangkan oleh televisi.

Berjalan sendirian, melangkah dengan pelan, lalu melihat setiap sudut kota. Menikmati semesta yang sudah disediakan oleh tuhan.

Dalam satu helaan nafas, ia memberanikan diri untuk memasuki jalan kecil yang hampir tak terlihat karena tertutupi oleh besarnya jalanan kota. Cukup terbilang sepi, lumayan gelap dan juga sunyi. Tak ada takutnya memang gadis ini. Mau lewat di rawa-rawa tengah malam pun ia hampiri. Prinsipnya berbunyi seperti ini "Gue hanya takut sama Allah".

BUGH BUGH

Suara yang cukup nyaring berhasil memasuki gendang telinganya. Sedikit terganggu, padahal tadi situasinya hening-hening saja. Ia langsung sembunyi dibalik semak-semak yang lumayan menjulang tinggi. Lalu mengintip, apa yang sedang terjadi?

Betapa terkejutnya ia saat melihat seorang pria tengah menjadi korban aksi gebuk-gebukan para preman. Terlihat wajah pria disana pasrah dan tak bertenaga lagi untuk melawan. Lebih terkejutnya lagi saat preman tersebut mengarahkan pisau tajam kearah pria itu.

BUGHHH

Tak ada pilihan lain, ia langsung berlari merebut pisau lalu menendang kasar perut preman itu. Lanjut, ia memukuli brutal dua preman sekaligus hingga tersungkur lemah. Gadis merk apa dia ini? Tiga preman bertubuh besar dengan gampangnya ia sebak.

"Pergi lo bertiga" ucapnya dengan mengarahkan pisau tajam. Para preman tersebut mengubah posisi dari tersungkur menjadi berdiri. Lalu menatapnya dengan mata elang.

"Lo pada mau gue buang ke kali apa pergi?" belum ada pergerakan dari ketiganya.

"GUE BILANG PERGI YA PERGI ANJING!" teriak gadis tersebut tanpa ada sabar lagi. Para preman itu melangkahkan kaki pergi dengan sempoyongan.

"Lo siapa?" tanyanya kepada pria yang beberapa menit yang lalu hampir habis jika tak ada yang menolong.

"Gue yang harusnya tanya, lo siapa?" tanya pria tersebut.

"Gue manusia"

"Lo bisa pulang sendiri atau gue anter sampai dep-" belum sempat menyelesaikan tawarannya. Kalimatnya terpotong oleh jawaban pria dihadapannya.

"Gue bisa pulang sendiri" ia mengangguk sebagai jawaban. Membenahkan hoodie dibagian kepala yang hampir terlepas dari rambutnya. Lalu melangkahkan kaki pergi dari hadapan pria dihadapannya.

"Tunggu!" baru tiga langkah berjalan, teriakan pria tadi membuatnya berhenti lalu menolehkan kepalanya kearah belakang.

"Makasih" lagi-lagi ia hanya membalas dengan anggukan.

*****

Assalamualaikum

Halo!:D
Jangan lupa vote ya
Jangan plagiat juga!
Oke see youuu

Wassalamualaikum

SEGARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang