Suasa cafetaria cukup ramai, beberapa orang terlihat sedang memperhatikan sekitar dengan sebuah nampan ditangan mereka, untuk sekedar mencari meja yang kosong. Beberapa dari mereka juga terlihat asyik bercanda gurau, dan sebagian dari mereka juga telah memulai menyantap makanan yang baru saja mereka pesan.
"Lio.." Suara itu masuk dalam pendengarkanku, dengan enggan aku menoleh pada lawan bicaraku.
"Kenapa?" Tanyaku bingung, aku mulai membuka bekal makan siang yang aku bawa dari rumah, sebelum itu meja tempat aku pakai telah aku bersihkan, begitupun dengan kursi yang telah aku duduki. Aku benci dan benar-benar tidak menyukai kotor, karena ada banyak bakteri yang menjijikkan.
"Semalam aku melihat Devan." Ucapnya dengan nada biasa, tangan kanannya mulai aktif untuk menyendokkan makanan kedalam mulutnya.
Sebelah alisku naik, tidak segera menanggapi ucapannya, sengaja untuk bersikap seolah-olah aku tidak tertarik sama sekali. " lalu?" Ujarku akhirnya, menanggapi ucapan Julian -temanku sejak Junior High School-
"Semalam aku pergi ke party milik Eleanour, dan ya aku tidak sengaja bertemu dengan Devan. Dia benar-benar berbeda dengan yang ada disekolah, you know.." Jeda sejenak, kemudian dia kembali berujar "Dia benar-benar seperti anak-anak 'nakal' pada umumnya."
Aku menelan pelan makanan yg sudah aku kunyah, kemudian meneguh seteguk air didalam botol minum yang sengaja aku bawa dari rumah.
"Karena dia ada di pesta itu?" Tanyaku sekenanya.
Julian menggeleng pelan. "Maksudku, dia itu pintar dan terlihat seperti anak baik. Lihat saja—" Julian menatap seseorang yang berada dibelakangku, dan aku mengikuti arah pandangnya, dan benar saja ada Devan yang sedang makan dengan beberapa orang dari teman dari eskul basker. "Dia tidak tampak seperti anak yang suka menghadiri pesta."
"Karena dia tampan, dan terlihat baik bukan berarti dia tidak punya sisi 'gelap' kan?"
Aku berhenti mencuri pandang kearah Devan, dan mulai menikmati makanan yang baru beberapa suap masuk kedalam mulutku.
"Ah kau benar. Jika saja dia lahir dari keluarga kaya mungkin dia akan menjadi brengsek dengan wajah tampannya itu."
"Kau terlihat sangat memuja ketampanannya, apa kau seorang gay?" Ucapku datar.
"Oh sialan. Tidak seperti itu, aku hanya sedikit muak dengan wanita disekolah ini. Mereka sangat memuja Devan seolah dia sempurnah, cih."
Julian mulai mencibir dan mulai berbicara banyak hal. Mengenai kek—ah tidak lebih tepatnya mantan kekasihnya yang sekitar sebulan lalu atau mungkin lebih; aku tidak begitu ingat pasti, yang jelas mantan kekasihnya itu bercumbu dengan Devan, dan Julian benar-benar patah hati saat itu.
"Kau sudah selesai?" Tanya Julian melihatku bangkit dengan kotak nasi dan botol minum yg telah aku simpan dengan baik di totebag itam yg memang aku selalu bawa.
"Ya."
"Tidak mau menungguku?"
"Tidak." Tolakku dan langsung meninggalkan Julian begitu saja, menghiraukan gerutuannya yang berhasil membuat penghuni kantin melihat kearah kami penuh minat. Pasalnya Julian baru saja berteriak sambil mengumpati karena kesal. Jika Dia hanya mengumpat sekedar 'sialan kau Lio' aku tidak masalah.
"Sialan kau Little Yu" itu lah umpatannya yang berhasil membuat penghuni kantin menatap kami—ah lebih tepatnya kearahku.
Aku menghentikan langkah kakiku, semua orang tau aku akan murka dengan panggilan seperti itu. Hell, aku ini laki-laki, Julian sengaja memanggilku seperti itu, aku tau. Dia kesal saat aku meninggalkannya sendirian, maka dari itu dia membalasku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devan Meet Adelio
Romance"Mysophobia adalah ketakutan berlebihan dan tidak masuk akal terhadap kontaminasi bakteri, kotoran, debu, kuman, dan risiko infeksi penyakit. Penyakit takut kotor ini juga dikenal dengan sebutan fobia kuman (germophobia) atau fobia kotor." ( source:...