DMA #ADELIO

1.6K 279 94
                                    

Usai dengan insiden yang tidak di duga -Bertemu Devan di toilet dan memakai kemeja miliknya- Aku menemui Lily yang menunggui ku.

Bibir Lily terbuka, hendak bersuara namun aku terlebih dahulu mendahuluinya.

"Aku harus pulang." Kataku, memang kurang sopan dan benar-benar terlihat seperti bajingan.
Terlihat jelas wajah Lily itu kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Aku benar benar merasa gelisah saat memakai pakaian milik orang lain.

"Aku akan membayar makanannya. Maafkan aku Ly, aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatmu kecewa. Aku pergi." Kataku, menoleh sekilas kearahnya menampilkan raut wajah yang benar-benar merasa bersalah.

Tanpa menunggu sepatah dua patah kata dari Lily, aku segera keluar dari tempat tersebut. Sebelumnya aku telah menelpon Paman Jack untuk segera menjemputku, jadi aku tidak perlu menunggu waktu lama menunggu jemputan.

"Kita langsung pulang kerumah, Paman." Ujarku, setelah masuk kedalam mobil.

Tidak berkomentar, Paman Jack langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat, karena jalanan memang sedikit lebih padat dari sebelumnya.

"Paman, jika bisa tolong lebih cepat sedikit. Aku merasa tidak--" aku menghentikan ucapanku sendiri, menatap tubuhku yg dibalut pakaian orang lain. Aku benar-benar tidak nyaman, "begitu baik. Aku ingin segera membersihkan tubuhku."

"Baik, akan Paman usahakan untuk sedikit lebih cepat. Jalanan sedang ramai, Lio."

"Oke Paman."

Beruntung mobil dan motor tidak memadati seluruh jalanan yang aku lewati, hanya beberapa titik saja selebihnya normal dan itu membuay kendaraan yang aku tumpangi sudah sampai di halaman depan rumah.

"Terima kasih, Paman." Ujarku, sebelum keluar dari dalam mobil.

Dengan tergesa gesa aku mendorong pintu utama, mengabaikan teriakan Mama dan Kak Adam -Kakak laki-lakiku- yg sayup sayup aku dengar mereka menyebutkan kenapa aku pulang lebih cepat bahkan tidak sampai satu jam sejak aku pergi tadi.

Sampai di kamar dan tidak lupa menutup pintunya, aku langsung membuka seluruh pakaianku dan berlari menuju salah satu pintu bewarna putih yang terhubung di kamar mandi yang ada dikamarku.

Selasai mandi, aku segera memakai pakaianku. Sebelumnya, aku memakai sarung tangan plastik yang memang ada didalam laci kamarku untuk mengambil pakaian milik Devan yg berserak diatas lantai dan memasukkannya kedalam keranjang cucian yg kebetulan masih kosong.

"Hampir saja aku mati." Keluhku berlebihan, tapi memang benar. Seseorang yg memiliki phobia sepertiku pasti merasa hampir mati sama sepertiku.

Untuk sesaat aku terdiam, pikiranku teringat akan kejadian tadi. Aku mendegus kesal saat mengingat Devan mamanggilku dengan sebutan yang tidak aku sukai, princess Yu . Huft menyebalkan sekali.

Kalau dipikir-pikir, anak pintar seperti Devan tidak belajar saat malam hari? Bagaimana dia bisa mempertahankan peringkatnya jika begitu?

Sebenarnya ada rumor yang beredar, mengatakan kalau Devan bekerja pada malam hari, tepatnya-kalau tidak salah, menjadi bartender disalah satu club malam.
Tapi entahlah, jika pun iya kenapa aku harus sepeduli itu?

"Aish!"

Lagi aku hanya mengerutu tidak jelas, mengabaikan ketukan didepan pintu kamar, suara kakak perempuanku terdengar dari luar, dan mereka menawarkanku untuk memakan buah yg baru saja mereka kupas.

"Tidak kak. Aku ingin tidur." Teriakku dari dalam kamar, menolak ajakkan mereka.

Ya, aku harus tidur.
Setidaknya dengan tidur, aku tidak bertanya-tanya mengenai Devan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devan Meet AdelioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang