1.

8 3 0
                                    

Qola Muhammadun huwabnu maliki
Ahmadu robbillaha khoiru maliki
Musholliyan 'alan nabiyil mustofa
Wa alihil mustaqmilina syarofa
Wa asta'i nullaha fi alfiyah
Maqosidun nahwi biha mahwiyah
Tuqoribul aqso bilafdzil mujazi
Wa tabsuthul badzla biwa'dim munjazi
Wa taqtadi ridom bi ghoiri sukhti
Fa iqotan alfiyatab ni mu'thi
Wahuwa bisab qiha izun tafdzila
Mustaujibu tsana iyal Jamila
Wallahu yaqdi bi hibati wafiroh
Li walahu fi darojatil akhiroh
Kalamunal lafdzu mufidu kastakim
Wasmu wa fi'lu tsumma harfu nil kalim
Wa hiduhu kalimatu wal qoulu 'am
Wakilmatum biha kalamu qod yu'am
Bil jarri wat tanwini wan nida wa Al
Wa musnadin lil ismi tamyizul hashol

Terdengar lantunan nadhoman alfiyah Ibnu Malik yang begitu merdu sepenjuru pondok. Para santri setiap pagi bakda subuh pasti melafalkan nadhoman berjamaah di mushola pondok.

Suara yang serempak bernada dan berirama, terlantun begitu indah menyejukkan hati. Setiap pagi bahkan di hari libur pun, para santri tidak pernah absen muhafadhoh (nadhoman berjamaah). Karena muhafadhoh itu adalah salah satu bentuk pendidikan yang menerapkan cara mengulang-ulang hafalan agar hafalan para santri tidak hilang.

Dan aku adalah salah satu dari para santri itu. Namaku Aisyah. Teman-temanku biasa memanggilku Aisy.

"Aisy...!!!" Seseorang memanggilku.

"Ya?"

"Balik ke kamar pondok yuk"

"Yuk"

Kami berjalan beriringan keluar mushola pondok. Setelah muhafadhoh alfiyah sampai bait 700, biasanya aku memang langsung kembali ke kamar untuk siap-siap berangkat sekolah. Tapi ada juga beberapa santri yang masih tinggal di mushola pondok.

Oh ya aku perkenalkan pondokku dulu ya gaeeessss😘

Pondok yang aku naungi untuk ngaji bukanlah pondok besar seperti pondok Gontor ataupun pondok Langitan. Pondokku adalah pondok kecil di pinggiran kota. Hawa sejuk dan hidup rukun antar tetangga masih sangat kental disini. Masyarakatnya dengan para santri, sebagai besar pasti saling kenal. Karena ketika masyarakat ada kegiatan umum, para santri pasti disuruh ikut andil.

Pondokku bertitle "MAMBA'UL HUDA"

Pengasuhnya adalah Abah kyai Anwar Zahid. Dan pembimbingnya adalah umi Maemunah, istri Abah Anwar.

Kok pengurusnya cuma dua?

Yap. Cuma dua. Karena di pondok ini segala kegiatan masih dipegang langsung oleh pak yai dan Bu nyai. Secara, santrinya juga tak begitu banyak. Santri putri ada 17 dan santri putra ada sekitar 20 an.

Jadi, apapun kegiatannya, entah itu ngaji kitab, ngaji Al-Qur'an, setoran alfiyah, bahkan sampai belajar pelajaran sekolah pun semua di handle langsung sama Abah dan umi.

"Aisy, entar kamu ada pelajaran MTK gak?" Tanya Laila, teman sekamarku.

"Gak ada."

"Pinjem LKS ya? Hehehe" cengirnya sok imut. Anak itu emang teledornya minta ampun. Selalu ada aja yang hilang. Ya buku lah. Ya LKS lah. Ya sikat gigi lah. Untung aja hidungnya gak ikutan ilang sekalian. Ckckckck.

"Boleh, tapi entar beliin bakso ya"

"Beres bos tapi cuma kuah aja. Hihihi"

"Asyeeeeeemmmmmmm"

Kami tertawa. Dan begitulah memang suasana kami, para santriwati setiap pagi.

"Akhwati haiya nadzhab (saudari-saudariku ayo berangkat)!!!!" Ajak Widya. Teman sekamarku juga. Aku dan Laila sama-sama kelas 3 Aliyah walau beda jurusan. Kalau Widya baru kelas 1 Aliyah.

Sekamarku ditempati 6 anak yang berbeda-beda umur dan kelas. Aku dan Widya kelas 3 Aliyah. Widya kelas 1 Aliyah. Ada Nur dan Diah kelas 2 Aliyah. Ada juga mbak Elis yang sudah kuliah.

Biasanya kami berangkat sekolah bersama-sama, kecuali mbak Elis tentu saja.

"Assalamu'alaikum kang Hakim" sapaku sok manis pada petugas keamanan pondok.

Perlu dicatat bahwa ada peraturan di pondok yang perlu di perhatikan tapi sering kali di langgar para santri. Apa itu? Setiap keluar pondok, entah itu sekolah kuliah atau kegiatan lain, setiap santri diwajibkan lapor dan tanda tangan ke keamanan. Menulis jam keluar dan sekembalinya nanti. Pas kembali pun juga tanda tangan lagi masuk area pondok. Jadi keamanan tahu siapa saja yang telat balik ke pondok.

"Cak ..... Aisy," koreksi Laila gemas, "di daerah sini cara manggilnya 'cak'."

Pondokku memang berada di Jatim bagian timur. Jadi para cowok yang lebih tua biasanya dipanggil 'cak'.

"Biarin lah. Siapa tahu nanti kang keamanan mau pindah ke daerahku. Sekalian latihan. Betul gak kang?" Elakku sambil menggoda kang Hakim. Tak lupa kedipan mautku aku sertakan. Eaaaakkkkk. Hahahaha

"Ngarep" ejek si Widya.

"Hadech....kumat lagi nih anak" rutuk si Nur dan Diah bosen.

Sudah bukan rahasia lagi memang, kalau aku, Aisyah, naksir berat sama keamanan pondok. Lagian siapa suruh kang keamanan begitu ganteng dan cool. Aku kan jadi tersepona. Eh....terpesona. Hihihihi.

Namanya Hakim. Abdul Hakim nama lengkapnya. Abdul Hakim yang mempunyai arti hamba Allah yang bijaksana. Sungguh, nama itu benar-benar cocok tersemat pada seseorang yang kayak kang keamanan. Dia itu tipe orang yang mempunyai sikap yang selalu tenang dan terkendali. Ada masalah apapun, entah itu di pondok putri ataupun pondok putra, kang Hakim selalu bisa menyikapi dan mengatasinya dengan apik.

"Atur aja dech. Sak karepmu" kini ganti Laila yang meruntuk. Anak itu udah kayak merasa benar-benar sial punya teman dekat senekat aku. Setiap ijin keluar aku pasti absen muka pada tambatan hatiku. Hahahaha.

Tapi lihatlah si akang kaku itu. Digoda seperti apapun wajahnya selalu saja seperti itu. Tanpa ekspresi. Untung cakep. Dan lihat aja yang malah dilakuinnya. Cuma ngasih buku ijin keluar dan diaaaaammmmm terus. Senyum kek. Lirik aku kek. Atau pandangin aku gitu. Kan enak. Tapi ya dasar si akang dingin, tetep aja gak ada tanggapan. Kan aku jadi gemes. Eh....

Setelah semua anak nulis ijin dan tanda tangan, kami satu persatu keluar dari ruang keamanan. Dan ketika aku ikut melangkah keluar, sebelum sampai di pintu, aku berhenti sejenak dan menoleh.

"Kang..." Panggilku kalem di tambah ekspresi malu-malu.

Si akang hanya mendongakkan wajah dan menatapku.

Laila, Widya, Nur dan Diah juga ikut berhenti melihatku. Menungguku walau gregetan. Sudah jam 06.46. Dan mereka takut jika nanti telat. Aku tahu itu. Tapi mereka adalah teman-teman yang setia. Walau udah hampir telat, mereka tetap sabar menunggu temannya yang setengah gila ini. Best friend lah pokoknya.

"Buah kedondong dimakan di puncak gunung Alpen . Adek berangkat sekolah dulu ya, jangan kangen"

GUBRAK

"AAAAAIIIIISSSSSSYYYYY.......!!!!!!!!!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kang Keamanan, I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang