Ombak, Jingga, Jejak, dan Kenangan

15 4 0
                                    


Debur ombak memecah di batuan karang. Terasa renyah dan berkilau layaknya permata yang terkena pantulan cahaya dari senja. Tapi tahukah kamu? Bahwa pemandangan seapik ini mengundang memori yang telah lama terpendam? Senja dan ombak adalah sinonim dari keberadaanmu. Engkau yang begitu berani bak ombak dan unik pun ramah selayaknya warna jingga. Maaf, aku tidak bermaksud memberimu padanan benda mati, namun pikiranku sudah tak mendapat sinyal bagaimana engkau saat ini. Dalam jangka waktu yang lama, penghubung antara kita telah terputus, selayaknya mawar mati dan mengering setelah daunnya menggugurkan diri.

Namun percayalah, bunga tetaplah bagian cantik di alam semesta. Sekalipun kering, aku akan tetap menyimpannya di hatiku terdalam. Bertumpuk dengan memori lain yang usang ... memori berdebu atau menjadi debu halus seperti tanah pantai yang kupijak sedari tadi.

Ombak menghentikanku untuk berjalan lebih lanjut. Busa putih ombak menyapu lembut di sepanjang bibir pantai dan mengambil apapun yang ada di sana. Termasuk istana pasir yang roboh setelah susah payah didirikan, hanyutnya sampah dedaunan, pun lenyapnya jejak kakiku kala melamunkanmu.

Tanpa bisa kucegah, semua ini akan terjadi berulang kali. Jejak di pantai akan hilang pada saatnya. Sama halnya dengan kenanganmu yang akan buram seiring waktu berjalan. Tanpa bisa kucegah lagi dan lagi ...

Kini pandanganku mengedar. Tidak hanya pada sebatas pijakan dan jejak. Kuberanikan diri melihat lautan yang luas di seberang. Dengan rona jingga kegelapan saat sang surya berlabuh. Selayaknya dirimu yang mendermaga pada kawanan baru. Mencetak memori indah yang akan dibawa ke penghujung hayat.

Semoga perjalananmu menyenangkan, kawan! Sampai jumpa ... pada pertemuan selanjutnya ... mungkin, bila masih ada kesempatan.

Hanifadl

Best Friend Forever?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang