BERTEMU

10 2 3
                                    

"Gue mau kita putus!"

"Pu-putus? loe mau kita putus?" Anggit berusaha mencerna ucapan pria yang ada di hadapannya. Netra Anggi berpendar menatap mata Banyu.

"Gi, gue minta maaf. Gue harus fokus belajar, ujian sebentar lagi di mulai. Nilai gue harus bagus supaya bisa masuk universitas impian gue." Bayu mendekat, tangannya meraih tangan pacarnya yang masih menatapnya penuh kesenduan.

Anggita berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ia menunduk sebentar lalu menengadahkan kembali kepalanya. Bibirnya berusaha ditutupnya meski bergetar, Anggi sedang menahan segala emosi yang masih menyelimutinya.

"Gi ...." Banyu menyentuh pipi Anggi.

"Oke. fine," ucap Anggi dengan nada serak. Gadis itu berusaha tersenyum tipis sambil menimpa tangan Banyu yang menyentuh pipinya dengan tangannya. "Kita putus," lanjutnya.

Banyu merasakan kelegaan saat Anggi menyetujui permintaannya. Pria itu tanpa beban memeluk gadis yang beberapa detik lalu sudah menjadi mantan kekasihnya itu.

"Gue tahu kalau loe bakal melepaskan gue. Loe pasti akan baik-baik aja setelah ini tanpa gue, Gi," ucap Banyu.

Anggi menghela napas beratnya. Gadis itu bahkan tidak bisa berucap apa-apa. Dadanya terlalu sesak untuk mengatakan kalau dia setuju, semua akan baik-baik saja setelah ini.

"Apa gue akan baik-baik saja seperti yang loe bilang?" bisik Anggi dalam hatinya.

****

Dua tahun kemudian ...

"Anggita!" Suara dari kejauhan membuat langkah kaki gadis yang bernama lengkap Anggita Sasmita berhenti. Rambut kuncir kuda mengikuti pergerakkan kepala Anggi yang menoleh ke asal suara. Mata Gita membulat penuh seiring pria yang memanggil namanya mendekat.

"Kenapa?"

"Loe mau kena hukuman? Ini karton namamu ketinggalan."

"Aaaaa iya, hahhahaha ... thanks Kak Jo," ucap Anggi dengan terkekeh. "Aku telat nih, aku ke lapangan dulu ya. Sudah pengarahan. Bye, Kak!"

Anggi berlari menjauh dari Jojo. Pria yang dipanggil 'Kak Jo' adalah pria kesekian yang berkenalan dengan Anggi lewat media sosial. Sudah sekitar dua minggu ini, Jojo melakukan pendekatan dengan Anggi. Termasuk pagi ini. Pria itu rela harus bangun pagi, demi bisa mengantarkan gadis gebetannya itu ke kampus.

Hari ini adalah hari pertama Anggi melaksanakan masa orientasi di Universitas Bhakti Nusa. Salah satu Universitas yang menjadi idaman di kotanya. Anggi berlari menuju ke lapangan. Napasnya ngos-ngosan, dadanya naik turun tak beraturan, dan peluh membasahi dahinya.

"Kamu ... telat lima detik. Berdiri di sana!" ucap salah seorang meneriaki Anggi.

"Ck. Lima detik? Apa-apaan ini!" cibir Anggi dalam hatinya. "Tapi, Kak ...."

"Berdiri di sana, jangan membantah!" perintah gadis itu lagi dengan nada arogan.

Anggi mengumpat dalam hati sambil bersungut-sungut berbaris di tempat yang ditunjuk kakak seniornya.

"Anggi? Loe, Anggi kan?" tanya seseorang mendekati Anggi.

Anggi mengkerutkan dahinya. Ia mencoba mengingat-ingat, pria yang menyapanya itu. Namun dia gagal.

"Gue Arga. Ingat nggak sih? Kakak kelas loe, temannya Naya. Ingat?"

Anggi menyengir. "Eh iya, Kak ... maaf," ucap Anggi. Gadis itu sama sekali tidak mengingat pria yang ada di hadapannya itu.

"Loe dihukum? Telat berapa menit?" tanyanya lagi.

"Lima detik kak," sahut Anya.

"Hah?" Arga melongo.

"Iya, lima detik."

"Si Syifa pasti orangnya. Dia selalu semena-mena sama junior." Arga nampak menoleh ke kanan dan ke kiri. "Loe ikut gue. Kita pindah barisan," ucapnya.

"Tapi, Kak ...." Belum sempat Anggi menolak pria itu langsung menarik Anya dan memindahkannya ke barisan lain yang lebih posisinya lebih teduh.

"Arga! Loe jangan KKN dong," ucap kakak senior yang tadi memerintahkan Anggi berada di barisan orang-orang yang terlambat.

"Ssssttt! Jangan berisik kalau nggak loe yang gue laporin! " Arga menaruh telunjuk ke atas bibirnya.

Anggi merasa tatapan sang kakak senior itu begitu menyeramkan. Dia merasa takut dan memilih untuk melepaskan tangan Arga dari tangannya dan kembali ke barisan asalnya. Arga tidak bisa menghentikan Anggi. Dia hanya bisa menatap sebal ke arah perempuan yang bernama Syifa.

****

Satu jam berlalu, Semua junior berdiri dan melakukan baris berbaris menghadap teriknya mentari pagi itu. Anggi yang tadi pagi tidak sempat sarapan karena telat bangun, kini merasakan tubuhnya lemas dan kepalanya pusing.

Wajahnya memucat. Ia mencoba mengangkat tangannya untuk izin kepada kakak-kakak seniornya tapi sayangnya tidak ada yang memperhatikannya. Tubuhnya yang mungil itu berada di tengah barisan.

Tiba-tiba saja, Anggi ambruk karena tidak tahan lagi. Sontak membuat sekitarnya kaget dan segera menolongnya.

"Misi-misi!" ucap seseorang memecahkan kerumunan.

Anggi langsung digendong oleh salah satu kakak seniornya dan dibawa ke ruang uks.

"Gi ... Bangun, Gi ...," ucap pria itu sambil menepuk-nepuk pipi Anggi.

"Loe kenal Anggi?" tiba-tiba Arga muncul lalu mendekat ke ranjang tempat Anggi dibaringkan.

"Adiknya Naya. Loe bisa panggilin Naya nggak?"

"Loe aja, kan Loe cowoknya," tolak Arga.

"Kalau gue nyari Naya, terus yang jagain Anggi siapa?"

"Gue. Kan ada gue di sini," sahut Arga dengan cepat.

Belum sempat perdebatan antara kedua pria itu selesai, Anggi mulai sadar dari pingsannya. Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa pusing. Matanya mengerjap, mencoba mengenali seseorang yang berada disamping tempat tidurnya.

"Kak Banyu ...."

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang