Bagian 1

13 2 0
                                    

"Mas, kamu ga bisa kayak gini terus"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas, kamu ga bisa kayak gini terus"

"Maksud kamu apa?"

"Mas ga bisa egois kayak gini terus!!"

"MAKSUD KAMU APA HAH?"

"Egois ga benerin semuanya Mas"

Aku, sudah biasa dengan teriakkan yang keluar dari mulut mereka. Percekcokan mereka, sudah menjadi keseharian ku.

Aku memejamkan mata, saat mendengar pecahan piring dari lantai bawah. Itu pasti Papah yang membanting.

Tuhan, sampai kapan keluarga ku harus seperti ini? Batin ku, berdoa pada tuhan, agar mengakhiri semuanya.

Line...

Aku tersenyum, saat membaca pesan dari Ravin. Ravin itu sahabat ku yang paling pengertian, saat keluarga ku sedang bertengkar seperti ini, maka Ravin akan menyuruhku untuk mendengarkan music. Ravin adalah tetangga ku, sudah jelas ia akan mendengar keributan disini.

Omong-omong namaku Selisa, aku berusia 15 tahun. Dan sedihnya, aku anak tunggal.

Kriett...

Aku menengok ke arah pintu kamar, disana ada Mamah yang membuka pintu. Wajahnya sembab, masih ada bekas air mata di pipinya.

"You oke mom?" Tanya ku, saat Mamah sudah masuk dan duduk di ranjang ku.

Mamah mengangguk, "Kamu belum tidur Sel?" Tanya Mamah, dengan senyum tipis di wajahnya.

Aku terhenyak, saat menyadari ada lebam di pergelangan tangan Mamah. Aku memerhatikan lebam itu, sebelum akhirnya Mamah menutupi nya dengan bantal di pangkuannya.

"Selisa tidur ya? Tidur disini bareng Mamah"

Aku hanya mengangguk, kemudian merebahkan diriku dikasur dan ikuti oleh Mamah.

Aku memejamkan mata, namun dalam hati berdoa. Semoga esok jauh lebih baik dari hari ini.

-o0o-

Sama seperti hari-hari biasanya, pagi ini Meja Makan kosong, hanya ada aku dan makanan yang sudah di siapkan Mamah pagi-pagi sebelum akhirnya pergi berkerja.

Aku menghela nafas sebelum akhirnya menyendokkan nasi, kepiring ku.

Tok tok tok...

"Selisa gue masuk ya!!"

"Kata Selisa, iya. Oke gue masuk"

Aku mengulas senyum, itu Ravin yang aku ceritakan semalam. Cowok yang sejak kecil, selalu bersamaku. Menemani ku setiap aku sedih. Aku tidak bisa menyembunyikan satu hal lebih lama darinya, bahwa aku, mencintainya.

Entah kapan dan bagaiman rasa itu datang, membuat kehangatan di hati ku dan rasa nyaman sekaligus. Ravin itu satu-satunya kebahagian ku saat ini. Ah ya, termasuk sahabat-sahabat ku di sekolah.

"Wih Selisa lagi sarapan, ikut boleh dong"

Belum aku menjawab, Ravin sudah duduk di meja makan, dan menyendokkan nasi di piringnya. Aku hanay bisa tersenyum melihatnya, dia itu satu-satunya orang yang mengerti perasaan ku.

"Sel, jangan sedih ya! Kan ada gue"

Aku menghentikkan suapan nasi ke mulut ku, lalu menatap ke Ravin yang sedang menatap ku lekat. Aku tidak suka, ada orang yang menganggapku lemah.

"Lo jangan ninggalin gue ya" Ujar ku sambil tersenyum, tapi Ravin diam menatap ku dengan pandangan yang sulit untuk terbaca.

Aku mengangkat sebelah alis ku, "Hmm? Kenapa Vin?"

Mendengar suara ku, Ravin mengedip-ngedip, kemudian menggeleng dan ia melanjutkan sarapannya.

Aku bingung dengan sikap Ravin, tapi, ah sudahlah.

Lima menit berlalu, dan yang selesai paling awal adalah Ravin. Cowok itu, berdiri dari kursinya dan membenarkan dasinya.

"Ayo Sel berangkat, keburu siang"

Aku mengangguk, kemudian menaruh piring-piring kotor ditempatnya, untuk nanti di cuci oleh pembantu disini.

-o0o-

Berangkat ke sekolah bersama Ravin adalah salah satu hal, yang paling aku suka, apalagi saat kita sama-sama berdesakkan didalam bus. Ravin akan berdecak, saat ada orang yang menyenggolnya, dan itu membuat aku tertawa.

"Sel, kayaknya besok kita ga usah naik bus lagi deh, berangkat sendiri-sendiri aja naik gojek kayaknya lebih bagus" Ujar Ravin, sembari membenarkan gendongan tas nya dipundak.

Aku mengerutkan kening, lalu sedikit mengembungkan pipi "Gue ga mau naik gojek, mahal, sayang duit"

"Bilang aja lo mau berangkat sama gue kan" Ujar Ravin

Aku hanya tersenyum. Saat Ravin marah, bola matanya akan membesar, dan entah mengapa itu lucu bagiku.

Bersama Ravin rasanya sangat bahagia, dan aku harap, kita bisa bersama selama mungkin. Tuhan tolong kabulkan harapan ku ya? Aku juga ingin bahagia.

Aku memejamkan mataku, berdoa kepada Tuhan, agar Ravin bisa selalu bersama-ku selama mungkin. Aku tidak bisa bayangkan, bagaimana jika Ravin tiba-tiba menghilang. Ah, apa yang kamu pikirkan Sel, itu tidak mungkin terjadi, sekarang biarkan waktu berjalan dan kamu hanya akan menikmati setiap hal yang terjadi padamu.

Bahuku ditepuk oleh Ravin, aku membuka mataku, kemudian melihat Ravin menatapku dengan alisnya yang terangkat sebelah. Bisa dibilang, ini salah satu kemampuan Ravin yang membuatku iri, dia bisa mengangkat sebelah alisnya itu.

"Jangan tidur Sel, bentar lagi nyampe di halte" ucapnya.

"Ga mungkin tidur juga lah anjir, mana ada tidur sambil diri"

Aku mengeratkan pegangan ku, pada bulatan berwarna kuning yang ada di atap bus. Apa ya namanya, handle grip ya? Ah, sepertinya iya.

Ravin membalas ku lagi, "Siapa tau tidur"

Cowok ini, kenapa dia selalu bisa membalas semua ucapan ku, dia terlalu cerewet bagi ku. Tapi setiap kata yang dia ucapkan, aku sangat menyukainya. Suara baritone-nya, hembusan nafasnya yang memiliki bau permen karet, karena dia sangat suka mengunyah permen itu.

Omong-omong, bus-nya baru berhenti di halte yang kita tuju. Kita berdua turun dari bus, dengan aku yang berada di depan Ravin, itu artinya aku turun lebih dulu lalu Ravin menyusul.

Satu lagi yang aku suka saat berangkat sekolah dengan Ravin, berjalan bersamanya dari hatel menuju ke sekolah. Biasanya, kita akan banyak bicara. Tidak tidak, hanya Ravin yang banyak bicara, dan aku hanya akan menjawab seperlunya.

"Sel"

Aku mendongakkan kepala-ku, lalu melihat dirinya, "Apa?"

"Kira-kira, kalau gue pergi, semua orang gimana ya?"

-oOo-

TBC ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia dan Bahagianya [ Mini Story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang