Chapt 05

288 43 21
                                    

Yoo saya update, udah lama gak up Book ini...

Masih ada yang nungguin cerita ini?

Yahh,, sekarang tanggal 17.

Selamat Hari Kemerdekaan!!!

Semoga negeri kita lekas pulih.









~HappyReading~
~JanganLupaFollowAkunSaya~











SRING.

Panggilan hologram itu terputus, Yangyang termenung memikirkan semuanya di atas kasur, ia belum mengantuk, pikirannya sekarang sedang penuh.

Flashback end.

❄❄

Haechan menghela nafas melihat orang di depannya, ia tak habis pikir. Bagaimana bisa kemampuan orang di hadapannya menurun drastis seperti ini?

"Jangan terus bermain-main, atau kau akan terbunuh di atas lapangan nanti." desah Haechan, anak di depannya mencebik. Sesuatu yang belum pernah dia jumpai.

"Aku lelah, ini sungguh gila! Kenapa aku harus mengangkat pedang seperti ini? Kun ge!!! Bantu Yangyang~" rengeknya, Haechan memutar mata malas.

"Pergi saja pada Kakak pertamamu, kau hanya membuang waktuku. Pangeran Yangyang." desis Haechan,

"Hahh... Ini menyebalkan. Sudahlah, istirahat dulu saja." Yangyang berjalan ke arah pohon rindang, Haechan memutar mata malas lagi.

"Apa kau berniat latihan atau tidak? Dan bagaimana bisa kemampuanmu turun drastis?!" Haechan berseru saat mengekor Yangyang, anak itu hanya menggedik lalu meminum air miliknya.

"Haechan, mau bernyanyi?" tawar Yangyang, tentu saja sebuah garis perempatan mampir di dahi anak bungsu Ratu Pertama itu.

"Kau gila?" datar Haechan,

"Huh kenapa memang? Ini hanya bernyanyi. Untuk menghibur diri dan melepaskan penat. Kau punya suara yang Indah." balas Yangyang dengan polosnya, "Daripada kau membuang waktu dengan bernyanyi, sebaiknya kau berlatih pedang lagi."

"Hah... Tunggu sebentar, pedang itu berat! Bagaimana bisa dia menyuruhku untuk belajar berpedang?!" Yangyang merutuk, tentu saja itu membuat Haechan bingung dan juga curiga.

"Kupikir, aku memang seharusnya membawamu ke dokter!" Yangyang menoleh pada Haechan yang kini sudah berdiri, apa yang anak ini maksud?

"Dokter? Untuk apa? Aku baik-baik saja," ucap Yangyang tak mengerti.

❄❄

"Yangyang, sungguh ini hanya koreo awal, kenapa tubuhmu terlihat sangat kaku?" Hendery mengeluh pada sang adik yang kini tubuhnya terlihat agak kaku, seperti tak pernah di pakai menari.

"Ini susah!" Yangyang membalas, ia berdecak dalam hati. Lebih baik dirinya memainkan pedang daripada harus seperti ini.

"Hei, ini tak seburuk itu. Coba lagi perlahan..." Johnny memberi saran agar Yangyang rilex, dia lihat anak ini seperti sedang tertekan.

"Kau ada masalah? Wajahmu seperti sedang ada dalam masalah besar." Jeno berujar, dan Yangyang menghela nafas. Ia kemudian duduk di pinggir ruangan.

"Ini mengesalkan! Harusnya sekarang aku memegang pedang dan mulai berlatih. Bukannya menari tak jelas seperti ini." dumel Yangyang, belum lagi dirinya harus berlatih rapp. Ini menyebalkan, seumur hidupnya, Yangyang belum pernah bernyanyi.

Dream Cross | Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang