Happiness and Worriness

2 1 0
                                    

"Latihan nggak, Da?"

"Skip dulu, deh. Gue mau anter Calista."

Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya, Mada berjalan pelan menuju kelas Calista. Sudah lebih lima belas menit dari bel pulang sekolah, sudah bisa dipastikan kalau gadis itu akan ia temukan dengan wajah ditekuk.

"Hai, Cal."

"Lama banget sih!"

Mada tersenyum, sudah diduga. "Iya, maaf ya."

"Karena kamu telat lima belas menit, temenin aku makan. Jangan nolak."

"Mau makan di mana hari ini?"

Calista menoleh cepat. "Kok tumben nggak nyari alasan?"

"Katanya jangan nolak." jawab Mada, masih dengan senyumannya. Jangankan Calista yang langsung luluh, beberapa siswi lain yang lewat di sebelah mereka dan mendengar itu, langsung ikut senyum-senyum.

Mada and the power of his smile.

"Nanti pulang mau ketemu Mami, nggak?" tanya Calista saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil Mada.

"Ada apa?"

"Nggak ada apa-apa. Mami mau ngajak makan aja, kayak biasa. Mau nggak?"

Mada tersenyum. "Boleh."

"Oke! Aku bilang Mami."

Mada menoleh, menemukan Calista sedang tersenyum lebar sambil mengetik pesan kepada Mami-nya. Ia ikut tersenyum, tangannya bergerak mengacak-ngacak rambut Calista yang lebat. "Makan sushi mau?"

***

"Koh Aheng?"

"Oi Nala! Lama nggak dateng, kemana aja?"

Nala menutup pintu toko buku itu, ia tetawa kecil. "Liburan ke rumah saudara, Koh."

"Yang di Bandung?"

Nala mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya ke seantero toko buku. Toko buku ini sudah ada sejak Nala pertama kali pindah di daerah ini. Mengalami banyak perubahan, baik isi maupun secara arsitektur. Tempat ini sudah lebih bagus sekarang. Bukan hanya buku, toko ini juga menjual berbagai macam album, merch dan vinnyl. Dari western sampai kpop, semua lengkap. Terakhir kali datang, Nala mendapati kaset campur sari di ujung rak bagian per-kaset-an.

"The Parallel Adventure of Bitna episode baru belum ada, Koh?"

"Ada. Udah gue simpenin buat lu."

Nala tersenyum sumringah. Ia mengikuti Koh Aheng yang berjalan menuju meja kasir. Koh Aheng menyerahkan satu buku dengan cover biru kepada Nala. "Makasih, Koh."

"Itu udah keluar dari bulan kemarin, besok udah ada episode lima belas. Lu ketinggalan banyak lah, Nala."

Nala meringis. "Sibuk daftar sekolah, Koh. Nala masuk Sebelas."

"Iya? Wah, selamat."

"Makasih, Koh. Episode lima belas-nya Nala titip lagi ya?" ujar Nala sambil berjalan keluar toko buku. "Oiya Koh, sama kalau Nadine and The High Heels udah dikembaliin, simpen buat Nala juga ya?"

Koh Aheng hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat gadis itu berjalan keluar toko buku. 

Nala berjalan menyisiri jalanan kompleknya. Toko buku Koh Aheng hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Nala pertama kali tahu toko buku itu dari teman-teman kompleks-nya saat masih SD. Mereka selalu pergi bersama ke sana setiap siang pulang sekolah. Selain membaca buku, tujuan lainnya adalah mendinginkan badan setelah berpanas-panasan di luar.

Menari Di MaldivesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang