Sepulang sekolah Salwa dan teman-temannya memilih pulang langsung ke asrama seperti biasa. Mereka bukan tipe murid yang senang mengikuti ekstrakulikuler atau kegiatan lainnya kecuali klub dance karena semua siswa diwajibkan aktif minimal satu kegiatan di sekolah.
“Aduh capek banget,” Riska menghembuskan napasnya lalu merebahkan diri diatas kasur, diikuti Salwa yang ikut-ikutan tidur dikasur Riska.
“Apaan sih kasur lo diatas, pindah sana.”
“Oke deh gue pindah.” Salwa dengan setengah hati bangkit dan naik ke ranjang atas tempat tidurnya dan Riska.
Seisi kamar menjadi hening sebentar melihat hal yang tidak biasa, tapi Salwa tak menghiraukan itu.
“Tumben gak ada adegan baku hantam kayak biasanya.” Seloroh Sindy yang sedang merapikan rambutnya didepan cermin.
“Kenapa?” Tanya Fani yang baru keluar dari kamar mandi, dan dibalas gelengan kepala oleh Riska dan Sindy.
“Sal ada apa?” Tanya Fani.
“Ada yang nyebelin tapi bukan ulangan dadakan. Ada yang bikin gereget tapi bukan Chanyeol,” Balas Salwa ngawur.
“Iya sih yang paling gereget kan’ Sehun.” Riska menimpali kalem tak kalah ngawur. Ia pun membuka laptopnya.
“Sal are you okay?” Tanya Sindy kemudian.
“Udah biarin aja otaknya emang bermasalah dari lahir, tadi aja dikelas dia gelisah terus seharian.” Riska berujar tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
“Masa sih gue gelisah seharian?” Tanya nya lebih kepada dirinya sendiri.
“Iya bambang, pas lo masuk kelas lagi setelah nganterin anak kelas bawah keluar dari kelas kita dan sampe sekarang lo masih gak berhenti gelisah, mana dua alis lo hampir nyatu lagi. Lo mau keriputan sebelum waktunya ya?” Riska terkekeh diujung kalimatnya.
Salwa menggedikkan bahu lalu turun dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi sambil bersenandung. Dia memilih untuk tak ambil pusing dengan kejadian di koridor dengan Lucky tadi.
“Lo gak ngutang sama anak yang tadi, terus uang jajan lo sebulan jadi habis dan lo khawatir ga bakal jajan sebulan, kan?” Riska bertanya setengah berteriak. Khawatir jika uang jajan Salwa habis, maka tidak ada Snack gratis yang gadis itu berikan kepadanya.
“Enak aja!” salwa yang mendengar pertanyaan konyol Riska pun berteriak dari dalam kamar mandi, sementara Sindy melipat kedua tangannya di dada, sedangkan Fani hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.
***
Keesokan harinya..
Suasana hening kelas berubah menjadi ribut kembali saat Ketua OSIS dan wakilnya meninggalkan kelas Salwa. Mereka menginformasikan mengenai waktu menjabatnya yang tinggal menghitung minggu dan membahas tentang pemilihan Ketua OSIS yang akan dilaksanakan pada satu bulan mendatang.
“Perhatian sebentar!”
Seluruh kelas memperhatikan Ibnu sang ketua kelas berdiri di depan.
“Tadi kan Kakak-kakak dari OSIS udah nyampein informasi mengenai pemilihan OSIS, nah disini siapa yang mau ikutan? Coba angkat tangannya biar gue tulis namanya.”
Beberapa orang mengacungkan tangan dengan serempak termasuk Rifani. Ibnu mulai menuliskan nama-nama yang akan berpartisipasi.
“Sal lo mau ikutan?” Tanya Riska yang duduk disamping bangkunya sambil berbisik.
Salwa menggeleng, “Ogah, capek. Dance Club yang kumpulnya dua minggu sekali aja gue masih males, apalagi ini yang tiap minggu rapat.”
Riska tersenyum, “Itu baru sahabat gue.” Mereka berdua tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Luka!
Teen FictionSalwa Aprilia Firmansyah atau yang kerap disapa Salwa itu dikenal sebagai Google-nya murid Bintang. Kenapa Salwa dipanggil begitu? Itu karena dia tahu semua orang dan tahu seluk beluk tempat di Bintang Boarding School, sekolahnya. Dia mengenal semua...