Sweet 9

710 111 10
                                    

💚 Happy Reading 💚

🍀🍀🍀

Westpoort, Amsterdam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Westpoort, Amsterdam. Kediaman Wang.

Dengan wajah murung, Wang Yibo menurunkan kaki keluar dari pintu mobil yang terbuka. Dia menatap ke depan dimana seseorang berjalan keluar dari pintu putih lebar dan tebal.

“Tuan Muda, kau sudah datang..”

Seorang laki-laki paruh baya, berpakaian rapi kemeja dan celana kain. Rambut hitam yang disisir rapi, sebagian depannya dibiarkan panjang dan sedikit ditarik ke belakang. Bentuk wajah persegi dengan rahang yang cukup lebar dan tulang pipi tinggi, dibingkai kacamata bening bergagang hitam.

 Bentuk wajah persegi dengan rahang yang cukup lebar dan tulang pipi tinggi, dibingkai kacamata bening bergagang hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kumis tipis menghiasi atas bibir, cambang yang menutupi rahang dan dagu serta garis bibir yang ramah. Manik mata kecoklatan miliknya menatap prihatin pada Wang Yibo yang melangkah lesu ke dalam rumah.

“Paman Zhen.. Bagaimana keadaan disini?” Wang Yibo menghempaskan diri pada sofa besar berukir warna coklat.

Menyandarkan punggung dan memejamkan kelopak mata dengan sebelah tangan terangkat menutup kening. Benaknya langsung melayang pada sosok manis yang ia tinggalkan di rumah kecilnya.

“Belum banyak berubah, Nn. Melissa masih sering datang menanyakanmu,” pria yang mendekati usia 50 itu mengamati tuan mudanya yang terpejam.

“Dia benar-benar mengikatku,” Yibo setengah mengeluh.

“Paman yakin dia sudah jatuh cinta padamu. Awalnya mungkin memang kalian bersandiwara, tapi perasaan cinta datang tanpa terduga,” paman Zhen menanggapi sambil melangkah ke arah belakang.

“Dia hanya menjadikanku pelampiasan. Merasa membutuhkan hanya karena aku ada bersamanya.”

Sesaat hening tanpa ada yang menanggapi perkataan Wang Yibo sampai terdengar lagi langkah kaki mendekat.

“Pengajuanmu tidak ada gunanya. Dia tidak akan melepaskan sosok sempurna sepertimu,” paman Zhen kembali berdiri di depan Wang Yibo. “Minumlah,” ia menyodorkan satu cangkir teh hangat. “Paman sudah menghubungi Aldert. Sepertinya tuntutanmu mengalami hambatan.”

𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽 𝐄𝐧𝐜𝐨𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang