"Ga perlu, gue baik-baik aja hatcim" ujar Regina jengah dengan kelakuan teman satu-satunya itu.
"Nah lohh, baik-baik aja gimananya? Dari tadi Lo bersin-bersin Mulu Re" ucap Eca gemas dengan keras kepala Regina.
"Udahlah, kalo Lo merasa terganggu dengan bersin-bersin gue, mending Lo pindah tempat duduk aja sana" usir Regina lalu menelungkup kan kepalanya keatas meja yang beralaskan tas sekolahnya.
Tadi malam Regina sampai di rumah pukul setengah dua belas dalam keadaan basah kuyup. Tidak heran jika saat ini Regina merasa agak sedikit meriang.
"Re, bukan itu maksud gue, Lo itu sakit jadi ayo gue anter ke UKS" Eca masih mencoba membujuk Regina. Jika Regina keras kepala, Eca juga bisa keras kepala.
Eca menarik tangan Regina, Regina tersentak lalu menghempas kasar tangan Eca.
"Aw" Ringis Eca saat tangannya menabrak meja dibelakang.
Bisik-bisik tetangga mulai berkeliaran melihat tingkah Regina.
"Eww, udah dibaikin malah ngelunjak"
"Tau tuh, punya teman satu aja malah gak baik"
"Eca mau aja si temenan sama dia ih"
"Ga sadar diri banget ga si? Untung Eca mau temenan sama dia"
Regina hanya memutar bola matanya jengah, bukan heran kalau mereka semua memperlakukan Regina seperti itu. Setiap hari Regina selalu mendapat Bullyan atau Hinaan dari mulut-mulut para penikmat harta orang tua.
Regina sudah beribu-ribu kali mengingatkan pada Eca untuk jangan terlalu dekat dengannya hanya saja Eca sangat keras kepala.
"Biarin kata mereka Re, gue ga peduli. Gue mau temenan sama Lo, apa salah?"
Setidaknya sudah beribu-ribu kali juga Regina mendengar Eca mengatakan kalimat itu.
Regina menoleh pada tangan Eca yang memerah akibat hantaman meja. Regina juga melihat sedikit air mata Eca yang akan tumpah tapi ditahan kuat oleh Eca agar tidak jatuh.
Regina mendengus, menarik napas dalam lalu membuangnya dengan kasar.
"Ayo ke UKS, tangan Lo perlu diobatin" Regina berdiri dari duduknya lalu berjalan lebih dulu meninggalkan kelas.
Eca diam-diam tersenyum, ada baiknya juga tangannya memerah seperti ini, jika tidak Regina akan keras kepala untuk tinggal di kelas.
Saat sampai di UKS Regina langsung membuka lemari pendingin untuk mengambil batu es.
Regina menoleh kearah pintu yang baru saja ditutup oleh Eca.
"Duduk disana, tangan Lo biar gue kompres"
Eca hanya menurut saja, kalau tidak nanti Regina malah kembali ke kelas.
Regina menyiapkan handuk kecil dibawah tangan Eca yang memerah.
Regina dengan telaten mengompres tangan Eca, sensasi dingin langsung menjalar dikulit Eca."Lo denger kan?" Ujar Regina disela-sela kegiatannya.
Eca tau arah maksud pembicaraan Regina.
"Jangan di dengerin Re apa kata mereka".
"Tapi gue gamau kayak gini, jadi Lo jangan berteman sama gue deh" Regina me-lap tangan Eca menggunakan handuk lalu menempelkan plester.
Regina bangkit untuk menggantungkan handuk pada alat penjemur elektronik.
"Re, Lo istirahat disini aja, jangan balik ke kelas. Nanti gue ijinin sama guru" Eca berjalan menuju pintu UKS lalu keluar meninggalkan Regina yang menatap kosong pintu UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regina's Story
Teen FictionUntuk diriku sendiri, jangan berharap untuk bahagia. Siapapun, bahkan semesta tidak mengizinkannya. Hidup saja sudah cukup hm, jangan bertingkah dan jangan banyak mau! Dari Regina Untuk Regina